Sudah dua hari Jennie mengurung diri di kamarnya. Ia jadi malas melakukan apapun, bahkan ke kampus pun dia tidak bersemangat. Chaeyoung berusaha menghiburnya tapi tetap saja tak bisa mengobati luka hatinya. Kai juga sering menghubunginya tapi dia tak pernah mau mengangkatnya. Ponselnya dibiarkan tergeletak begitu saja di atas meja. Bahkan Namjoon sudah tidak pernah lagi menghubunginya yang semakin membenarkan akhir hubungan mereka.
“Honey… bangunlah..” Suara lembut ibunya membangunkan Jennie dari tidurnya. Dia menggoyang-goyangkan tubuh putrinya dengan pelan.
Jennie dengan mata masih tertutup, meraih selimut di kakinya dan kembali menutupi seluruh tubuhnya. “5 menit lagi bu~” rengeknya.
Ibunya menggeleng. “Tidak. Kau harus bangun sekarang.”
Dengan malas Jennie membuka matanya. “Ini hari minggu bu... aku tidak akan kemana-mana hari ini.” gumamnya sembari menguap, dia masih mengantuk.
“Kau akan berangkat ke Jeju hari ini.”
"Jeju?"
"Ya, hari ini."
"Kenapa Jeju?!” Jennie terlonjak kaget. Kesadarannya kini pulih sepenuhnya. “Apa maksud ibu?”
Ibunya tersenyum. "Kita akan mengadakan perjalanan wisata ke Jeju sayang.”
Kening Jennie berkerut. "Kenapa tiba-tiba sekali? Kenapa aku baru diberitahu?” tanyanya setengah percaya.
“Itu karena kau selalu mengurung diri di kamarmu,” jawab ibunya. “Segera bersiap-siap, pesawatmu akan terbang jam 8. Jadi pastikan kau tidak ketinggalan pesawat.”
“Tunggu, tunggu, tunggu..” Jennie berdiri menatap ibunya dengan heran. "Ibu bilang pesawatku? Bukan kita pergi sekeluarga?” tanyanya bingung.
“Kita memang akan pergi kesana tapi tidak bersama-sama. Kau pergi lebih dulu.”
“Ibu?! Ibu tega meninggalkanku naik pesawat sendiri? Bagaimana kalau diclik orang? Bagaimana kalau aku tersesat? Atau aku tiba-tiba hilang?” Jennie mulai panik. Di kepalanya telah tercipta beberapa pikiran buruk.
“Kau dan imajinasimu.” Ibunya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ibu tidak mau tahu, kau harus selesai dalam waktu 15 menit. Hanya 15 menit.”
“Tapi bu, aku belum berkemas!” protes Jennie. Ia setengah kesal karena ibunya tiba-tiba menjadi pemaksa.
“Ibu sudah menyiapkan semuanya tadi malam.”
Jennie ingin memprotes ibunya tapi ibunya sudah terlanjur keluar kamarnya. Dan entah mengapa ia merasa seperti terusir dari rumahnya sendiri. Ia mengerutu sebelum masuk ke dalam kamar mandinya.
–––
"Apa yang di lakukannya disini?!" mata Jennie membulat lebar ketika melihat Namjoon berjalan ke arahnya. Mendadak dia teringat ucapan ibunya sebelum ke bandara. "Jaga kelakuanmu."
Tanpa pikir panjang, Jennie segera mencari ponselnya dan langsung memencet tombol cepat nomor ibunya. Hanya selang beberapa detik setelahnya, suara ibunya terdengar dari seberang.
“Ibu, apa maksudnya ini? Kenapa Namjoon juga ada disini?” jika saja tidak mengingat ada Namjoon di sampingnya, Jennie pasti sudah berteriak pada ibunya di telepon.
“Ooh itu... kami lupa memberitahumu kalau Namjoon dan keluarganya juga akan ke Jeju,” jawab ibunya. Jennie melirik Namjoon yang ternyata sedang memandanginya. Aneh. Tiba-tiba saja Jennie menjadi gugup dan kembali berdebar. Jennie langsung pura-pura mengalihkan perhatiannya. “Tapi sepertinya Namjoon juga berangkat lebih dulu, jadi kalian berangkat bersama saja.” tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDD [END]
Fanfiction[COMPLATED] Jennie-Namjoon | Romance Jennie kekakanakan... Namjoon menjadi sibuk dangan pekerjaannya.... Haruskah pernikahan mereka BATAL?!