"Kau cemburu pada Kai?”
“Tentu saja,” jawab Namjoon cepat. “Aku tidak suka melihat dia memelukmu”
Jennie tersentak. Ia ingat, Kai memang pernah memeluknya tapi itu hanya untuk menenangkannya setelah melihat Namjoon di restoran bersama si pirang itu. Jika Namjoon tahu tentang itu, berarti…
Dia mengejarnya dan mengikutinya?!
“Jangan lakukan itu lagi baby... Aku sangat terluka melihatmu bersamanya.”
Tatapan Jennie melembut. Dia semakin mengeratkan pelukannya. “Aku tidak akan melakukannya lagi.” Namjoon tersenyum mendengarnya tapi mendengar kalimat Jennie selanjutnya, senyumnya seketika hilang.
“Kami hanya berteman. Dia pria yang baik. Termasuk dua pria yang bertemu denganku tadi. Ah, siapa lagi namanya tadi? Mark dan…?Ahhh, andai saja kau tidak langsung marah-marah, aku pasti sudah tahu namanya,” Jennie dengan serius mencoba mengingat nama dua pria yang tadi tidak sengaja bertemu dengannya. Ia tidak sadar jika saat ini wajah Namjoon sudah dipenuhi dengan aura gelap mendengarnya mengucapkan kedua nama pria itu.
“Kau benar-benar senang melatih kesabaranku, baby?” Namjoon menampakkan senyum di wajahnya.
Jennie otomatis langsung menggeleng cepat. Tatapan Namjoon yang begitu mengintimidasi membuatnya gugup. Namjoon tersenyum. Raut wajahnya kembali normal kembali.
“Aku punya sesuatu untukmu." Dia bangkit duduk seraya merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan kotak kecil. Karena penasaran, Jennie ikut duduk dan berhadapan dengannya. Dia terkejut, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Namjoon membuka kotak itu di depannya.
“Cincin?”
Namjoon mengangguk. “Aku membeli cincin yang baru,” ujarnya tersenyum.
Jennie hanya diam membiarkan Namjoon menyematkan kembali cincin di jari manisnya dan mengecupnya. “Kau menyukainya?”
Jennie hanya mengangguk. Dia menatap cincin di jarinya dengan senyum di wajahnya. “Ini sangat indah. Lebih indah dari sebelumnya,” gumamnya pelan. Masih tak tatapan matanya dari cincin itu.
“Aku ingin kau menjaganya.” Jennie mengalihkan perhatiannya menatap Namjoon. “Jangan menghilangkannya karena jika kau melakukannya-“
“Aku mengerti!” Jennie cepat-cepat memotong kalimatnya.
“Aku tidak akan menghilangkannya.” Dia kembali menegaskan. “Aku tidak ingin kau marah padaku oleh sebab itu aku akan menjaganya baik-baik.”
Namjoon tersenyum geli. “Istriku benar-benar sangat kekanak-kanakan.”
Jennie seketika cemberut mendengarnya. Namjoon hanya tertawa dan mengecup bibirnya sepintas. “Aku sudah bilang padamu kalau aku tidak akan marah padamu.”
“Lalu?” ekspresi Jennie yang bingung semakin membuat Namjoon tersenyum lebar.
“Kalau kau menghilangkan cincin itu lagi…. tentu aku akan membelikanmu lagi yang baru. Aku tidak kekurangan uang saat kau membuangnya.”
Jennie terkejut sesaat, memproses kalimat itu di otaknya dan akhirnya tertawa. Namjoon ikut tertawa bersamanya.
“Tapi, aku yakin kau tidak ingin menghilangkan cincin itu,” Namjoon berubah serius. Kening Jennie berkerut. "Karena itu adalah cincin pernikahan kita.”
Jennie terkejut. “A-apa maksudmu?”
“Kita akan menikah besok. Disini, di pulau Jeju,” jawabnya.
Jennie menganga mendengarnya. Dia menatap Namjoon tak percaya. “M-menikah?”
Tenggorokannya tercekat. “D-di Jeju?”
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDD [END]
Fanfiction[COMPLATED] Jennie-Namjoon | Romance Jennie kekakanakan... Namjoon menjadi sibuk dangan pekerjaannya.... Haruskah pernikahan mereka BATAL?!