Chapter 8

315 47 2
                                    

"Maaf, tapi gadis ini adalah istriku," geram Namjoon. Dia menatap tajam pada pria di depannya. Tanpa menunggu pria itu menjawab, dia segera meninggalkannya dengan membawa Jennie di lengannya.

Pria itu tersenyum kaku dan akhirnya juga meninggalkan tempat itu.

“Namjoon apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” Jennie meronta-ronta tapi Namjoon tidak menurutinya.

“Tidak”

“Semua orang melihat kita!”

“Aku tidak peduli” Namjoon tetap tenang.

“Tapi-“ Jennie tidak jadi melanjutkan kalimatnya karena Namjoon sudah melayangkan tatapan tajam padanya. Jennie gugup saat menyadari wajah Namjoon yang nampak serius.

“Baru beberapa menit yang lalu kau meninggalkanku dan sekarang kau mulai menggoda pria lain lagi? Apa kau sengaja mempermainkanku Jennie?”

Jennie tersentak. Tekanan suara Namjoon padanya terdengar dingin tapi matanya menyiratkan kemarahan yang tertahan. Tapi meski begitu, Jennie tidak ingin membiarkan Namjoon menuduhnya begitu saja.

“Lalu kau sendiri bagaimana?” Namjoon tersentak. “Kau juga menggoda wanita itu bukan?” Jennie menatapnya sinis. Namjoon memilih diam tapi Jennie tahu, kediaman Namjoon bisa berarti banyak hal dan itu menakutinya.

Mereka sampai di depan kamar Namjoon. Jennie mengeryitkan keningnya saat pintu kamar itu terbuka.

“I-ini bukan kamarku..” suaranya pelan, tapi nada gugupnya terdengar jelas di telinga Namjoon.

Namjoon membawanya masuk ke dalam kamarnya tanpa menurunkannya, kemudian menutup pintu kamarnya dengan kakinya. “Siapa bilang aku akan mengembalikanmu ke kamarmu?” senyum seringaian di bibirnya membuat Jennie membulatkan matanya.

“N-Namjoon..k-kumohon... a-aku ingin k-ke k-kamarku..” Jennie mulai panik.

Namjoon menggeleng. "T-tidak sebelum kita menyelesaikan satu hal,” ucapnya datar.

Dia meletakkan Jennie di tempat tidurnya dan sebelum gadis itu sempat melarikan diri, dia segera menindihnya. Jennie sangat terkejut,  dia tidak mengira Namjoon akan melakukan ini padanya. Dia pun mulai meronta berusaha melepaskan diri tapi tubuh Namjoon yang lebih besar darinya seakan menarik semua kekuatannya.

“Cukup Jennie,” Namjoon berucap pelan. Jennie masih berusaha meronta, dia memukul dada Namjoon dan menggerak-gerakkan kakinya seakan ingin menendangnya.

Namjoon menarik nafas panjang dan langsung menahan kedua tangan Jennie tapi Jennie masih belum menyerah.

“Aku bilang cukup Kim Jennie!” teriakan Namjoon membuat Jennie terlonjak kaget. Dia baru menyadari tatapan sedih Namjoon padanya. Perlahan, Namjoon melepaskan kedua tangan Jennie dan beralih memeluk pinggang kecilnya dan menenggelamkan kepalanya di antara bahu dan lehernya.

“Kumohon…”

Jennie tercekat. Namjoon baru saja memohon padanya? Suaranya yang serak terdengar seperti menangis. Mungkinkah Namjoon.. Jennie tidak lagi berusaha melepaskan diri, dia memejamkan matanya. Pasrah terhadap apa yang akan terjadi. Detak jantungnya berdetak sangat kencang dan untuk saat ini, dia tidak ingin menutupinya lagi.

Untuk beberapa saat, mereka hanya diam dalam posisi seperti itu. Namjoon semakin mengeratkan dekapannya, membiarkan hidungnya menghirup aroma tubuh gadis yang dicintainya, gadis yang sekaligus sangat dirindukannya.

“Maafkan aku baby… aku sungguh-sungguh minta maaf…” Namjoon akhirnya bersuara. Jennie terdiam. “Dengarkan aku, wanita yang berbicara denganku di restoran tadi adalah rekan bisnis di China. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya disini. Tadinya aku ingin memperkenalkanmu padanya tapi kau keburu salah paham.” Jennie masih diam.

PREWEDD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang