"Aku membencinya."
Nyonya Kim terkejut. Ia menegur putrinya “Jennie..”
"Aku membencinya. Sangat membencinya. Aku tidak ingin menikah dengannya,” Jennie akhirnya meluapkan segala amarahnya.
“Jennie...” Ibunya kembali menegur dan Jennie tidak peduli.
“Aku seharusnya tidak menerima lamarannya. Dia selalu berjanji padaku tidak akan membuatku sedih... Sekaranvdia membuatku menangis lagi. Dia tidak perduli padaku. Dia tidam mencintaiku. Aku membencinya.”
Nyonya Kim menatap putrinya tak percaya. Jennie kini menggenggam kedua tangannya dengan kuat sembari menatapnya dalam-dalam.
“I-ibu, lita batalkan saja pertunangan ini. Akuu tidak ingin lagi menikah dengannya, ak-“
“Jennie!”
Jennie terlonjak kaget. Dia tidak berani melanjutkan kalimatnya bahkan tidak berani menatap mata ibunya. Nyonya Kim membentak putrinya.
“Jennie-ah..”
Jennie mengangkat kepalanya, ibunya kini menatap lembut padanya. “Kau tahu apa yang baru saja kau katakan?” tanyanya. Jennie hanya diam tapi dalam hati dia tahu kemana arah pembicaraan itu.
“Namjoon adalah pria yang baik.. Sejauh kami mengenalnya, dia adalah pemuda yang baik dan juga calon suami yang sempurna. Meskipun tak ada yang sempurna tapi bagi ibu dan ayah bahkan adikmu, Namjoon tepat untuk jadi suamimu.” Jennie membuka mulutnya hendak berbicara tapi ibunya langsung memotongnya.
“Ibu tahu perasaanmu.... Kau ingin perhatiannya, kau ingin dia meluangkan waktunya untukmu dan kau juga ingin dia selalu berada di dekatmu. Kau menginginkannya dalam bentuk nyata.”
Jennie menundukkan kepalanya, semua yang dikatakan ibunya memang benar. Melihat Jennie diam, Nyonya Kim kembali berbicara. “Tapi putriku, kau juga tidak boleh egois ” ucapnya pelan.
Air mata Jennie kembali membasahi pipinya. “Namjoon mungkin tidak sama seperti dulu karena sekarang dia memiliki tanggung jawab untuk masa depan kalian, tapi percayalah dia masih mencintaimu sama halnya seperti dulu. Dia hanya ingin kau mengerti kesibukannya. Ibu tahu, dibanding siapapun, yang paling mengerti Namjoon hanya tunangannya, calon istrinya, Kim Jennie.... satu-satunya gadis yang Namjoon cintai.”
Jennie memeluk ibunya dan terisak.
“Sssh... semua akan baik-baik saja”
"Cengeng sekali. Aku akan mengirim ini pada Namjoon Hyung.”
Jennie mengangkat kepalanya dan melotot pada adiknya yang berdiri di depan pintunya. Hyunsuk mencibir ke arahnya lalu berbicara. “Kakak iparku menunggumu di bawah. Dia terlihat sangat mengkhawatirkanmu, katanya kau pergi begitu saja dan Hyung langsung menyusulmu kemari,” jelasnya panjang lebar.
Jennie memutar bola matanya. “Dia bukan kakak iparmu. BELUM”
“Tetap saja. Aku hanya perlu menunggu dua minggu lagi dan setelah itu... dia menjadi kakak iparku,” Hyunsuk menjulurkan lidahnya. Nyonya Kim hanya tertawa melihat tingkah kedua anaknya. “Kau ingin menemuinya atau tidak?”
"Jaga sopan santunmu."
"Kau kekanak-kanakan. Jadi turun atau tidak?" Jennie hanya menggeleng pelan.
"Kenapa?”
“Katakan padanya kalau aku tidak enak badan.” Jennie kembali berbaring di tempat tidurya lalu menarik selimut hingga ke atas kepalanya. Ny Kim dan Hyunsuk saling berpandangan. Jennie memang sangat keras kepala.
“Kenapa tidak katakan saja sendiri? Aku malas.” Hyunsuk mendengus.
“Cerewet! Aku mau tidur!”
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDD [END]
Fanfiction[COMPLATED] Jennie-Namjoon | Romance Jennie kekakanakan... Namjoon menjadi sibuk dangan pekerjaannya.... Haruskah pernikahan mereka BATAL?!