Bagian 10 : Dilema Perceraian

123 19 29
                                    


Ini adalah hari ke-3 sejak insiden didapur waktu itu. Dan sejak hari itu chii tidak turun kesekolah lagi. Yama sudah mencoba menghubunginya namun tidak pernah ada jawaban. Kepada wali kelas mereka, chii mengiirimkan surat izin sakit, namun rasanya hati yama tidak bisa menerimanya. Pasti terjadi sesuatu padanya. Apa dia takut dibully lagi? Apa dia takut menghadapi teman-teman? Astaga padahal yama adalah orang yang selalu maju paling depan untuk membeanya apa lagi yang ia takutkan.

"yama-chan" tegur keito

"ummmmm"

"bantu beres beres gih, anak anak pada sibuk lu ngelamun aja disini"

"keit... chii kenapa gak turun yaa udah 3 hari"

Padahal keito begitu mengkhawatirkan yama yang selalu murung tidak seperti biasanya, namun yang dikhawatirkannya saat ini lebih mengkhawatirkan orang lain. Mau marah? Memang hubungan mereka berdua apa? Teman kan ya hanya teman.

"dia sakit kan?" jawab keito malas

"gak mungkin sampai 3 hari keit"

"kenapa lu gak kerumahnya aja?" usul keito

"sabi tuh.. ide bagus wkwkwk kenapa gua gak kerumahnya aja yaa" yama mendadak sumringah mendengar usul dari keito, namun sejujurnya keito hanya mengasal saja memberikan usul

"yaudah ntr gue titip salam kalau lu kerumahnya"

"okhee"


-00-


Sore harinya sepulang sekolah yamada mampir ke toko buah dan membeli beberapa macam buah. Ada apel, pir, jeruk dan anggur. Ia sudah membulatkan tekad untuk menjenguk chii. Ini adalah pertama kali yama mampir kerumah chii, ia belum pernah bertemu dengan kedua orangtua chii sekalipun. Jantungnya memompa dengan laju karena begitu gugup akan bertemu.

Dengan tangan yang mantap ia memencet bel rumah yang besar dan bewarna serba putih itu.


Klek


"eh.. ?" tanya seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu

"selamat siang tante, chiinya ada dirumah?" salam yama dengan wajah yang sumringah, ia pun dengan cekatan mencium tangan wanita itu, membuatnya sedikit tersipu malu

"i-iya ada, silahkan masuk"

Yama pun mengikuti wanita itu dan duduk dikursi, kedua matanya membulat melihat interior megah rumah itu. Rumahnya besar sekali sangat berbeda dengan rumahnya yang hanya sepetak kecil. Luas ruang tamu rumah ini mungkin masih lebih luas jika dibandingkan rumahnya.

"tunggu sebentar yaa, saya akan panggilkan tuan muda Yuri dulu" ucap wanita tadi dan meninggalkan yamada disana

"eeh? Tuan muda? Masaka? Astagaaa kupikir ibunya ternyata pembantu" gerutu yamada sembari menepuk keningnya

Selagi yamada menunggu tiba tiba turunlah wanita yang sangat cantik jelita, wanita itu tampak heran melihat yamada, ia tersenyum dan mendekati yamada yang duduk disana

"temannya yuri yaa?" tegurnya

"ah iyaaa, saya yamada ryosuke"

"oh, saya Inoo Kei, mamihnya yuri"

'omg mamih mertuaku cantik sekalii uwuwuwuwuwuwuw tidak heran kenapa chii manis sekali, bibitnya memang sudah bagus' gumam yamada didalam hati

"iyaa tante, bagaimana keadaan yuri? Masih sakit?" tanya yama dengan wajah yang khawatir

"hah sakit?"

Kotoba Wa Iranai [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang