Bagian 18 : Markas Rahasia

116 17 52
                                    

"hah hah hah" Ryosuke berlari ditengah dinginnya pagi, ia sesekali menggosokknya kedua tangannya dan meniupnya agar sedikit lebih hangat , ia harus menyampaikan perasannya saat ini juga agar tidak timbul kesalah pahaman lagi pada semuanya. Ia bahkan tidak bisa menunggu sampai matahari terbit sedikit lebih tinggi, pokoknya harus sekarang

"keito... " gumamnya pelan sebelum memantapkan diri mengetuk pintu sebuah rumah yang bewarna ungu itu

Tok tok tok

Tok tok tok

"cari siapa? Eh yama-chan?"

"keito nya ada om?"

"bukannya nginep dirumahmu?"

"maaf om dirumah saya gak ada....saya bantu cari.. kalau om ada kabar tolong kabari saya ya om"

"okhe terima kasih nak Yama-chan, om juga mau keliling nyari soalnya semalam terakhir aktif sekitar jam 11 malam"

"wakatta.. gomenasai"

Ryosuke sedikit mengerutkan alisnya mengetahui bahwa keito tidak pulang kerumah semalaman. ia berlari tanpa tau harus lari kemana. Ia merasa khawatir dengan keito namun ia benar-benar tidak tau keito pergi kemana.

Ryosuke terus berlari dan berlari berkeliling hingga ia sampai pada jembatan kayu kecil yang ada pada saluran drainase jalanan. Ia berpegangan pada pinggiran jembatan itu dengan nafas yang terengah-engah.

"Yuto.. mungkin dia bersama Yuto"

Ryosuke buru buru mengambil ponselnya dan berniat menelpon Yuto namun sayang sekali nomor Yuto juga sedang tidak aktif

"Yuri...aku harus meminta bantuan Yuri"

aku harus meminta bantuan Yuri"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi ketika Yuri sampai ditempat Ryosuke

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi ketika Yuri sampai ditempat Ryosuke. Ryosuke menatap Yuri dengan tatapan yang sangat canggung, beberapa kali bibirnya akan mengucap sesuatu namun pada akhirnya selalu ia urungkan.

'ayo cari'

"Yuri... aku... aku "

'nanti saja, Keito lebih penting !'

Kotoba Wa Iranai [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang