13:45
Sudah sehari yang lalu ia mulai merasa enakan, maka hari ini saat nya ia bekerja lagi.
Ia sudah izin kepada manager nya untuk datang setelah makan siang untuk memastikan bahwa ia sudah sembuh total,
Sayangnya, setiap ia melangkah kepalanya merasa pusing tapi tidak apa apa baginya.
Yasudah lah, ia tetap bersikeras ingin bekerja.
"Dek? ayo." ini sang abang bertanya, selama ia sakit sang abang memutuskan untuk bekerja di rumah dan menjaganya.
"Gapapa nih abang nganterin? gue bisa minta jemput yang lain kok."
"Udahlah sama abang aja ayo."
Mau tak mau Frank yang keras kepala tetap menurut kepada abangnya, walaupun di belakang sang abang ia hanya membicarakan keburukannya,
Kalau boleh jujur, Frank sangat bangga kepada abangnya.
"Pakai seatbelt nya." Pluem menyalakan mobil nya sementara Frank dengan seatbeltnya,
"Dek."
Frank mengalihkan pandangannya dari jendela dan menjawab panggilan untuknya, "Kenapa?"
"Udah lama ya kita gak satu mobil bareng.."
Oh iya, semenjak sang abang yang sibuk bekerja dan keluar kota, bahkan kelulusan Frank dia datang telat karena kerjaannya.
Terkadang Pluem hanya menitipkan uang untuknya memesan kendaraan daripada ia mengantarnya, "Iya ya."
Namun semenjak Frank sudah bekerja ia sering terlihat di rumah namun gantian malah Frank yang jarang terlihat di rumah.
Pluem menungging senyum kepada adiknya, "Udah lama juga kita gak ngobrol, adek gak mau cerita apa gitu?"
Pengen cerita sih banyak, cuma sesaat ia tidak bisa memikirkan untuk membahas apa dengannya.
Entah kenapa suasananya membuat mereka seperti keluarga yang sudah tidak bertemu 10 tahun, canggung.
"Ada sih bang.."
"Nah apa tuh."
"Tapi takut abang tersinggung."
Pluem sekilas melihat ke sampingnya itu dan merasa bingung, "Kenapa?"
"Gue tau kalau abang pengen ngasi adiknya yang terbaik, tapi kenapa.."
Mobilnya berhenti tetap di lampu merah, Pluem menyandarkan tangannya ke setir di depannya dan bertatap mata dengan adiknya.
"Kenapa abang seenaknya memutuskan hal hal untuk Frank lakukan?"
"Maaf.."
"Jangan minta maaf dulu, abang tau abang ngelakuin apa?"
Pluem dengan mudah mengatakan maaf namun ia tidak mengerti dengan yang dimaksud, "Maaf abang gatau..."
Frank memalingkan wajahnya ke arah luar jendela dan melihat jalan jalan yang dilewatinya saat lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.
"..Tapi itu dulu bang, dulu gue selalu nyalahin abang. Selalu nyalahin abang padahal abang cuma mencoba ngasi yang terbaik semenjak papa mama meninggal, gue tau kok."
Pluem diam, ia masih mengharapkan Frank melanjutkan kata katanya, "Tapi sekarang gue makasih bang."
Tepat pada saat ia memasuki tempat parkiran gedung tempat Frank bekerja, ia memberhentikan mobilnya.
Pluem mengubah posisinya menjadi menghadap Frank sepenuhnya, "Kenapa kamu makasih?"
"Abang ngajarin gue untuk keluar dari zona nyaman, dan lihat hasilnya sekarang, berubah kan?"
"Awalnya gue marah pas tau abang masukin gue kerja disini tanpa sepengetahuan gue, tapi ternyata semuanya butuh proses bang. Gue keliatan lebih senang kan?"
Pluem mengusakkan rambut sang adik, "Maaf ya gak ngasi tau kamu dulu soal kerjaannya, abang cuma mau ngasih hadiah buat kamu soalnya pas kamu lulus abang gak sempat bawa hadiah."
"Kerjaan nih hadiah nya?"
"Hehe, tapi banyak yang seumuran kamu kan?"
Frank mengangguk, ia tidak bisa berbohong kalau ia sudah menemukan teman nya disini.
"Abang juga baru tau Chimon satu kantor sama kamu.."
"Udah bang move on dari Chimon."
Pluem tidak bisa berkutik dan hanya menertawakannya, "Iya, dulu kan cuma suka bentar aja sekarang udah gak kok."
Frank memicingkan matanya kepada abangnya, "Awas aja ketauan deketin temen gue lagi."
"Iyaa, udah sana..."
"Tapi gak janji."
"Bang.."
"Hehe"
"Eh iya." Frank membuka pintu mobil nya, melangkah perlahan.
"Jalannya hati hati ya, abang tau kamu masih pusing. Nanti telpon abang ya kalau ada apa apa."
Frank yang membelakangi abangnya itu tersenyum kecil, "Tau aja abang mah."
Pluem memundurkan mobilnya, Frank masih berjalan ke arah pintu tempat masuk gedung tersebut.
Terdengar klakson dan panggilan yang membuat Frank membalikkan badannya, "Oh iya dek makasih udah mau cerita, lain kali jangan dipendem terus ya."
"Anggap aja abang sebagai teman, kali ini abang akan berusaha ngertiin kamu."
"Haha apasih bang lebay.."
part ini merayakan blacklist geng ketemuuuu 😭😭 lagi mepet gaada ide buat apa jadi buat side story antar frank dan abangnya, kenapa frank benci abangnya kemudian frank paham itu buat dia sendiri so yeah...
im sorry yg part ini cuma percakapan antara frank dan abangnya, pluem TAPI GESSS
GEMESSSS geng blacklist kambekkk 😭😭😭
kek pas lagi gaada ide terus mereka bilang "hei ayo dong semangat nyari inspirasinya, ini kita udah ngumpul ayo semangat" HAHAHAHA
abis ini ngebut bikin bbrp draft deh janji 😔
sekian...
KAMU SEDANG MEMBACA
actor ; drakefrank / frankdrake
FanfictionKedua aktor yang bertemu dalam satu ruangan. skenario yang dapat terjadi di wattpad dan mungkin di real life. top : drake bot : frank gabisa diganggu gugat >:(