1st Phase - Curriculum Vitae

997 181 12
                                    


"Yan, si Bastian mana?" Tanya Eja begitu masuk ke ruangan media.

"Gatau deh, kayaknya sih belom dateng, belom liat soalnya dari pagi" jawab Yanuar yang sedang sibuk dengan handphone kantor di tangan kanannya. Pasti lagi persiapan mau posting.

Eja melirik jam di tangannya, pukul sepuluh lebih empatpuluh tujuh menit. Harusnya Bastian sudah sampai kantor sejak pukul sembilan. Walaupun Resonance terbilang flexible untuk urusan jam kerja, tapi Reza merasa Bastian nggak seharusnya datang terlalu siang.

Nggak lama, yang dicari akhirnya datang juga ke ruangan.

"Dari mana atuh euy?" tanya Eja sambil menatap Bastian kurang menyenangkan.

"Sorry, remote dulu tadi Ja" jawab Bastian sambil membuka jaket jeansnya dan menyampirkannya pada sandaran kursi.

"Kebiasaan" Eja memutar bola matanya malas.

"Sorry tadi mobil cewek gue mogok. Gue nyamperin dulu sama nelfon bengkel. Sorry ya gue—"

"YAN!" Tiba-tiba pintu ruangan media terbuka lebar dengan Radit sebagai dalangnya. Luar biasa drama.

"Kok bisa Erigo salah post gini?!" Radit menunjukkan handphonenya ke depan muka Yanuar dengan wajah penuh emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok bisa Erigo salah post gini?!" Radit menunjukkan handphonenya ke depan muka Yanuar dengan wajah penuh emosi.

"Santai, Mas" Eja buru-buru berdiri dan menghampiri Radit.

"Gimana bisa gue santai? Ini krusial loh, gila kali anak buah lo?" cerca Radit dengan bahu naik turun, "Anak buah lo nih di brief nggak, sih?" tanya Radit lagi.

Yanuar yang sejak tadi membeku di posisinya sontak tersadar dan meminta maaf pada Radit, "Maaf, Mas Radit, Yanuar take down ya sekarang. Ini langsung Yanuar up lagi."

Bukannya tenang, Radit malah semakin menjadi, "Jangan dibiasain maen takedown! Nggak bagus juga buat reputasi!" cerca Radit.

Eja yang nggak tahan juga dengan tabiat Radit yang satu ini kembali mengambil alih pembicaraan, "Udah? Solved ya, sisanya biar gue yang urus, oke? Nanti apa-apa lewat gue aja, jangan langsung ke anak-anak." ujar Eja dengan intonasi super serius—yang mana jarang terjadi dan jarang ditemukan kecuali dalam situasi tertentu— dilanjutkan dengan aksinya membalik posisi Radit menuju pintu, untungnya Radit juga sudah muak berada di ruangan tersebut langsung beranjak pergi.

Yanuar menghela nafas sambil mengusap wajahnya, "Ya Allah, apes banget gue..." katanya. "Ja, maaf banget"

"Santai, hal biasa kok. Si Radit aja emang tabiat, suka digede-gedein" jawab Eja menenangkan, "Jadiin pelajaran aja, jangan teledor lo kalo ngepost. Cek ulang sebelum naik."

Yanuar mengangguk cepat, "Siap, Ja"

"Eh, Bas!" panggil Eja yang melihat Bastian sedang melamun, mungkin sama shocknya dengan Yanuar, entah mungkin memikirkan hal yang lain. "Gue belom kelar ngomong deh sama lo" katanya.

Resonance TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang