Bagian - IV

580 72 16
                                    

⚠️WARNING⚠️

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. MURNI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI.
BILA ADA KESAMAAN ALUR CERITA ITU KETIDAKSENGAJAAN.
.
.
MENGANDUNG UNSUR BOYSLOVE MOHON BAGIPEMBACA AGAR BIJAK DALAM MEMBACA.
TYPO = BONUS
.
.

CAST :

MINGYU
&
WINWIN
.
.
.
.
.

SELAMAT MEMBACA!

Ruangan ini begitu sunyi hanya suara detikan jam yang terdengar menggema. Winwin terdiam, tangan dan kakinya tak terikat lagi tapi lehernya terbelenggu dengan coker yang tersambung dengan rantai panjang.

Ruangan itu serba putih bahkan baju yang ia gunakan pun putih, celana juga kemejanya.

Winwin termenung dalam baringnya. 'Apa yang telah aku lakukan dimasa lalu hingga mendapat karma seperti ini?' Batinnya.

Jari-jari rampingnya meraba benda yang melilit lehernya 'Apa aku menjadi peliharaanya?'

Matanya tertutup kembali setetes kristal bening mengalir indah dipipinya. Ia hanya ingin pulang bertemu dengan Ayah semata wayangnya.

Walau ia tau Ayahnya tidak akan pernah mencarinya. Winwin berharap dewi fortuna berpihak padanya tapi nyatanya tidak. Sang dewi seakan menertawakan takdirnya sekarang.

Pintu terbuka, seseorang masuk dengan membawa nampan juga pakaian bersih. Winwin memandang lelaki tua yang baru masuk itu. Ada secercah harapan dibenaknya.

"Makanlah nak" pak tua itu berujar sambil menata baju-baju ditempatnya.

"Emm p-paman" Ia berujar lirih

Pak tua itu menoleh dan tersenyum hangat

"Apa aku bisa bebas?" Winwin memandang laki-laki tua itu penuh harap. Tangannya bahkan meremas sprei kuat.

Wajah tua penuh kerutan itu masih tersenyum tapi kepalanya menggeleng pelan "Tidak... Tuan tidak pernah melepaskan sesuatu yang sudah menjadi miliknya"

Crack

Apa kau bisa mendengarnya? Hancur sudah harapannya selama ini. Winwin mendesis putus asa pak tua itu menghampirinya dan menepuk pundak Winwin pelan.

"Kau orang yang paling beruntung nak... Tuan memilih mu.. jangan bersedih"

Winwin menyerngit bingung 'Apanya yang beruntung?' Pikirnya. Tak ada keberuntungan menjadi peliharaan orang gila seperti Mingyu. Yang benar saja

"Panggil saja aku paman Shen.. aku akan membantu keperluanmu" Winwin menoleh masih dengan wajah penuh keputus asaannya lalu mengangguk lemas.

Paman Shen kemudian meninggalkan Winwin dan kembali mengunci pintu itu dari luar. Mingyu memperingatinya tidak boleh ada satu orangpun yang masuk kedalam kamar Winwin.

Winwin melirik mangkok berisi bubur itu, tak ada niatan untuk memakannya sama sekali. Ia membaringkan badannya, berharap jika ia bangun nanti semua ini hanya mimpi buruknya semata.

 Ia membaringkan badannya, berharap jika ia bangun nanti semua ini hanya mimpi buruknya semata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Psychopathic Love | GyuWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang