Bagian Dua || Kepala Batu

105 13 7
                                    

Selamat membaca cerita Ananta
Happy Reading semuanya :D
Jangan lupa vote dan komen
Selamat berkecamuk dengan perasaan kalian.
Hope you like it

Absen berdasarkan angka kesukaan kalian dong.

***

Kita tidak bisa menentukan sikap semua orang dari luar nya saja

***

"Lo itu ngk punya hati atau ngk punya otak sih?atau emang ngk punya dua dua nya?"ucap Amanda dengan tatapan sinis.

Ananta membulatkan matanya karena ada yang berani melawannya, apalagi yang melawaanya itu adalah seorang perempuan.

"Lo ngk usah ikut campur sama urusan gue!" perintah Ananta.

Pak Sutomo hanya diam menyaksikan mereka beradu mulut.

"Ini urusan gue juga, karena Pak Sutomo ini guru gue juga." ujar Amanda.

"Lo cewek yang tadi di koridor sekolah senyum senyum sendiri kan, pasti otak lo udah sengklek ya." ucap Ananta dengan entengnya.

"Berarti tadi lo merhatiin gue, lo suka ya sama gue. Udah ngaku aja napa, lo pasti terpana kan ngeliat senyum gue." ujar Amanda dengan tatapan menggoda Ananta.

"Gue aja ngk kenal sama lo masa gue langsung suka sama lo." ucap Ananta kesal.

"Kalau gitu, kenalin nama gue Amanda Andrina, panggil gue Amanda." ujar gadis itu.

"Hmm." ucap Ananta.

"Kok kalian malah kenalan ?" tanya Pak Sutomo.

"Kan emang biasanya kalau baru masuk sekolah, kita kenalan sama temen baru ya ngk??" tanya Amanda lalu ia menoleh ke belakang.

"Iya pak."

"Bener banget pak."

"Terus kita ngapain kalau ngk kenalan pak?"
Ujar beberapa siswa yang membuat kelas jadi heboh.

"Kalian mau saya hukum satu kelas?" ujar Pak Sutomo dengan wajah marah. Semua siswa pun terdiam.

"Kalian bertiga saya hukum, kalian pergi ke lapangan dan hormat ke tiang bendera!" perintah Pak Sutomo.

"Tapi kan saya ngk telat pak, kok saya juga kena?" tanya Amanda.

"Saya ngk mau tau, pokoknya kamu jalanin aja apa yang saya perintahkan!" tegas Pak Sutomo. Dijawab dengan anggukan samar dari ketiga anak didiknya itu.

Ketika mereka sampai di lapangan mereka pun segera melaksanakan hukuman dari Pak Sutomo.

"Kenapa sih hari ini gue tu sial banget." keluh Ananta.

"Udah terima aja kenapa sih, lagi pula kan elo yang bikin ini semua makin ribet, sampai sampai kita dihukum sama Pak Sutomo kek gini." ujar Amanda.

"Nah, bener tu." ucap Devian dukung Amanda.

"Liat aja pembalasan gue pak, dia ngk tau siapa gue disini." ujar Ananta. Amanda dan Devian heran atas apa yang dikatakan oleh Ananta.

"Lo kan siswa disini." ucap Amanda heran.

"Gue itu anak dari penyumbang dana terbesar du sekolah ini dan gue bisa suruh bokap gue buat pecat tu bapak." ucap Ananta dengan bangganya dan memberi penekanan pada kata  penyumbang.

Dari kejauhan ada seorang gadis yang memperhatikan ketiga siswa baru yang berada di tengah lapangan itu.

"Tu cowok ganteng banget.." gumam gadis itu sambil memandang kagum.

"Woi, Alexin, lo ngapain di situ?" tanya temannya. Gadis yang memandang Ananta itu bernama Alexin Caroline, ia gadis yang memiliki paras cantik dan merupakan kakak kelas dari Ananta.

"Coba lo perhatiin deh, cowok yang paling kanan. Ganteng banget.." ucap Alexin kegirangan.

"Ya ampun sin. Iya dia ganteng banget. Kayaknya dia adek kelas kita ya? soalnya belum pernah keliatan..." ujar cewek itu.

***

Bel istirahat pun berbunyi dan Ananta, Amanda, dan Devian sangat menanggung malu karena saat ini ia menjadi pusat perhatian semua siswa. Amanda lagi lagi memberikan senyumannya kepada orang yang melihatnya, sedangkan kedua lelaki di samping nya menunduk malu.

"Ngapain sih lo senyum senyum sendiri lagi? mungkin bener yang gue bilang tadi ya?" tanya Ananta.

"Udah ah, kenapa sih lo kepo banget jadi orang?" tanya Amanda.

"Yy--ya, terserah gue lah." jawab Ananta.

"Kalian bisa diem ngk sih dari tadi, tambah pusing gue dengernya tau ngk." keluh Devian kesal.

Disaat Amanda memberikan senyumannya ke semua orang, ia juga memanggil semua orang dengan ramah. Amanda sangat menyukai ketika ia menyapa dan tersenyum kepada orang yang berada di sekitarnya, lagi dan lagi karena ia memiliki kepuasan batin tersendiri ketika ia sangat begitu  ramah dengan orang.

***

Akhirnya hukuman yang diberikan Pak Sutomo pun berakhir. Amanda pun segera mencari Kirana. Kedua lelaki itu pun beranjak dari lapangan menuju ke kantin.

Kini Ananta pun berada di kantin bersama Devian. Ananta mengisi perutnya karena ia tidak sarapan. Tiba tiba saja ada seorang lelaki yang menghampiri mereka.

"Hai, gue Juna Anggara."ucap lelaki tersebut dengan lantang.

"Hai juga, gue Devian Emilio." ujar Devian. "Nan, orang mau kenalan tuh, lo malah bengong."lanjut Devian.

"E-eh iya, nama gue Ananta."jawabnya. Ananta tidak fokus karena memperhatikan gadis yang dikerumuni oleh gerombolan laki-laki yang berjalan menuju kantin.

"Ternyata yang gue rasain selama ini bener, ya." ujar Ananta.

"Emang kenapa?" tanya Juna.

"Ternyata semua wanita itu sama" ucapnya yang membuat kedua lelaki yang ada di sampingnya kebingungan.

"Lo kalau bicara tu yang jelas napa? pusing gue tau ngk?" ujar Devian kesal.

Ananta terus memperhatikan gadis itu yang sangat ramah terhadap segerombolan lelaki itu. Gadis itu adalah Amanda, yang membuat ia mendapat hukuman dari Pak Sutomo.
Ananta selama ini menganggap perempuan itu sama seperti ibunya, yang tidak punya hati dan selalu mempermainkan perasaan laki laki.

"Lo lihat deh cewek sengklek yang tadi! dia jalan di tengah gerombolan laki-laki, ngk punya harga diri ya si cewek!" ujar Ananta.

Amanda melakukan hak itu karena ia ingin memperbanyak teman dan mengeksplor hal diluar zona nyamannya selama ini, tidak ada niat di dalam hati Amanda ingin mempermainkan perasaan laki laki atau menurunkan harga dirinya.

Ananta sangat membenci perempuan yang sangat dekat dengan laki laki. Ini bukan karena ia suka terhadap Amanda 'tapi ngk tau nanti'.

***

Kira kira apa penyebab Ananta menganggap Amanda seperti itu?
Apa yang akan dilakukan Ananta kepada Amanda?

Terima kasih udah baca Ananta
Jangan lupa buat komen dan vote ❤❤
Semangat

Salam hangat
~ Arifa Fazila

Jangan lupa follow instagram aku
@arifafzla.e

- 17 Oktober 2020

AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang