Bagian Dua Belas || Games

52 3 4
                                    

Selamat membaca cerita Ananta
Happy Reading semuanya :D❤❤
Jangan lupa vote dan komen
Selamat berkecamuk dengan perasaan kalian.
Hope you like it❤❤

Ayo absen dong sesuai jam berapa kalian baca Ananta?

***

Dia ibarat air laut, diam tapi menghanyutkan.

***

"Hai."

"Kabar lo gimana nih?"

"Iya, nanti gue bales chat lo."

"Pagi juga."

"Udah sarapan belum?"

Saat sedang melayangkan kaki menyusuri koridor, ucapan-ucapan itulah yang dilontarkan Amanda. Menyapa dan menjawab sapaan dari siswa lain. Keramahan dari seorang Amanda Andrina memang tidak ada yang bisa mengganggu gugat. Cewek dengan keramahan tingkat tinggi itu selalu menyapa tiap anak manusia yang ada di sekitarnya.

Jika ditanya mengapa? jawabannya masih sama dengan jawabannya pada Kirana beberapa pekan lalu yaitu ada kesenangan batin dalam dirinya. Memang, memang banyak sekali yang salah paham akan sikap Amanda yang terlalu ramah dengan lingkungan sekitarnya. Tapi Amanda tak ambil pusing tentang asumsi orang lain padanya.

Setelah melihat keramahan Amanda yang super duper tinggi itu banyak yang mengatakan Amanda jablay, murahan, ngak punya harga diri, dan banyak kata-kata cacian yang ia terima.

"Hai Amanda, how are you today? i'm fine, thank you, and you? i'm fine to thank you." ujar Devian yang memberikan pertanyaan tapi ia sendiri yang mejawabnya. Maap guys, si Yayan emang rada-rada.

Keadaan kelas kini sudah cukup ramai, karena beberapa menit lagi bel akan masuk. Di kelas sudah terdapat Devian, Juna, Ananta, Misya, dan Kirana yang duduk manis di tempat mereka masing-masing.

Amanda yang hendak duduk di kursinya pun terkekeh dengan sikap Devian, tapi setelah itu ia mengerucutkan bibirnya. "Lo yang nanya, lo sendiri yang jawab." kesal Amanda.

"Gue udah tau, lo bakalan jawab begitu, hehe." ucap Devian sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ck, terus gunanya nanya ape Yanyan?" remeh Amanda. Memang sudah menjadi kebiasaan Amanda bahkan sudah menjadi jadwal baginya untuk tiap hari minimal satu kali berdebat dengan Devian. Amanda tidak akan berdebat jika Devian tak mulai duluan, ia juga tidak akan menganggu jika Devian tak mulai duluan. Hanya terkadang iseng saja.

"Biasa neng, basa basi, lo gimana sih ah?" itu jawaban yang dilontarkan Devian.

"Ya, tapi--" ucapan Amanda terpotong karena terdengar suara peluit dari mulut Kirana.

"Pritttt." suara peluit yang terdengar sangat mengusik indera pendengaran karena sangat nyaring. Benar, Kirana membawa peluit karena mengantisipasi perdebatan Amanda dan Devian yang tak pernah absen setiap harinya. Tapi, Kirana akan membunyikan peluit itu jika suasana kondusif. Kalau tidak, Kirana akan mendapat omelan dan cacian dari guru BK mereka.

"Et dah buset, lo ngapain pake bawa-bawa peluit segala, Na?" Devian yang buka suara karena heran dengan tingkah Kirana.

"Gue mengantisipasi perdebatan kalian dengan peluit ini, jadi awas aja kalian berantem di dekat gue." ujar Kirana. Amanda dan Devian hanya manggut-manggut mengiyakannya.

Bel jam belajar masuk, guru sejarah pun masuk ke dalam kelas mereka. Pelajaran sejarah memang sangat membosankan, mengenal semua nama-nama buyut-buyut serta kerajaannya, ditambah guru yang mengajar memiliki suara yang sangat sayu. Sebenarnya cocok untuk jam tidur, tapi sayangnya ini masih pagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang