Bagian Empat || Makan Siang

66 14 6
                                    


Selamat membaca cerita Ananta
Happy Reading semuanya :D❤❤
Jangan lupa vote dan komen
Selamat berkecamuk dengan perasaan kalian.
Hope you like it❤❤

Absen berdasarkan angka kesukaan kalian dong. Jangan lupa vote dan spam comment di setiap paragrafnya yaa <3

***

Sedangkan Amanda dan Ananta sedang menikmati perjalanan menuju rumah. Angin yang berhembus membuat rambut Amanda mengikuti alur angin tersebut. Amanda sangat cantik saat itu. Ananta pun mengakui hal itu.

"Cantik." batinnya

Amanda menyadari sedang diperhatikan dari kaca spion oleh cowok yang memberinya tumpangan kali ini. Amanda berusaha untuk mencari topik agar lelaki yang membelakanginya ini tidak lagi memperhatikannya.

Amanda sedari tadi mengarahkan Ananta untuk menyusuri jalan agar sampai ke rumahnya, tapi saat mereka telah sampai di simpang rumah Amanda Ananta tidak masuk ke simpang tersebut ia malah melewatinya.

"Eh, kan seharusnya ke kiri kok lo lurus aja sih nan? puter balik, puter balik." ucap Amanda panik, sambil memukul pundak Ananta. Ananta yang melihat ekspresi wajah Amanda, ia hanya cengengesan di balik helm nya.

"Kalau lo kalau ngak mau puter balik gue turun nih!" ancam Amanda yang dari tadi ribut karena Ananta melewati rumahnya.

"Lo mending diem aja, banyak bacot lo." ucap Ananta tegas yang tidak menggubris Amanda yang mengomelinya sedari tadi.

"Berhenti nan! ntar nyokap gue omelin gue karena pulang telat." ujar Amanda yang kini mulai melembut.

"Nah, ngomong kayak gini kek dari tadi, kan ngak sakit telinga gue denger lo teriak-teriak dari tadi." ujar Ananta pada Amanda sembari tersenyum ramah, tapi tertutup oleh helm yang ia pakai.

Amanda terkekeh. "Sekarang muter balik ya nan." ujar Amanda. Itu nada permohonan.

"Ngak, lo harus tetep ikut gue!" ujar Ananta dingin. Kini mulut Amanda hanya membungkam dan hanya bisa pasrah menghadapi Ananta yang sangat keras kepala.

Melewati jalan yang panjang dan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Mereka sampai di sebuah cafe yang bernuansa vintage. Amanda heran mengapa ia diajak kemari oleh Ananta.

"Turun lo, mau gue tinggalin di parkiran sendirian." ucap Ananta pada Amanda. Amanda pun turun dari jok motor Ananta.

"Kenapa lo ngajak gue ke sini?" tanya Amanda pada Ananta heran.

Ananta tidak menjawab pertanyaan dari Amanda. Ananta berjalan menuju pintu masuk dari cafe tersebut dan diikuti oleh Amanda dari belakang. Mereka mencari tempat duduk. Amanda risih karena banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua. Mata yang memperhatikan itu seolah bicara pada Amanda. Tapi Amanda tidak mempedulikan hal itu.

Mereka menemukan meja yang sesuai dan duduk dengan saling berhadapan. Ananta pun memanggil pelayan untuk memesan menu yang akan mereka santap.

"Lo mau makan apa?" tanya Ananta yang membuat dahi Amanda bergelombang akibat kebingungan. "Sekarang lo traktir gue makan di sini!" sambung Ananta tegas.

"Kan lo yang ngajak gue makan? kok gue yang bayar?" tanya Amanda. Ananta hanya cengengesan mendengar perkataan Amanda.

"Tadi kan lo traktir temen lo di sekolah, sekarang lo traktir gue." ucap Ananta pada Amanda. Bahu Amanda langsung turun mendengar permintaan Ananta. Amanda bingung ingin membayarnya dengan apa. Sebab uang sakunya telah habis untuk mentraktir teman temannya di sekolah tadi.

AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang