14. Liberosis

216 66 24
                                    

Liberosis

; keinginan untuk tidak peduli dengan apa yang terjadi, namun sebenarnya kita peduli, hingga membuat kita stres akan hal tersebut.









Hujan di musim panas turun. Langit terlihat lebih gelap dari biasanya. Sohyun tahu, hari seperti ini akan tiba pada waktunya. Semua hal yang disembunyikan olehnya dan Suster Park, pada akhirnya diketahui juga oleh yang lain. Alasan Sohyun masuk ke rumah sakit jiwa hanyalah sebuah langkah awal menuju kehancuran hidupnya.

"Sohyun ... benar-benar mengalami hal itu?" tanya Perawat Kim terkejut. Saat ini para perawat dan Kepala Perawat Park Woohee sedang berada di ruang rapat. Karena semuanya sudah tahu, terpaksa hal yang ditutupi ini harus diceritakan juga.

Woohee mengangguk. "Maaf jika aku menyembunyikannya selama ini, tapi aku hanya tak mau Sohyun terluka. Dia masih terlalu muda untuk merasakan pengalaman pahit seperti ini."

"Dan Taehyung sepertinya marah sekali saat tahu tentang Sohyun."

"Tentu saja. Taehyung kembali teringat masa lalunya. Tentu ada rasa kecewa karena Sohyun adalah temannya."

"Keduanya hanya butuh waktu untuk memahami. Semua ini tak mudah bagi mereka berdua," kata Woohee. Wanita itu menghela napasnya kasar. "Taehyung itu benar-benar menyukai Sohyun. Jadi dia bingung harus bersikap seperti apa. Di satu sisi ia memang benci seorang pembunuh, di satu sisi orang itu adalah sahabatnya sendiri. Kenyataan yang tidak pernah ia tahu ini ... terasa menyakitkan baginya."

Semua perawat menghela napas. Jujur saja informasi ini mengejutkan bagi mereka. Terlebih lagi Sohyun sudah bersama mereka selama dua tahun. Meski Sohyun adalah orang yang dingin dan pendiam, para perawat tahu kalau para pasien sangat menyukainya. Sohyun adalah orang baik, terlepas dari hal kelam yang pernah terjadi padanya.

"Bagaimana keadaan Sohyun, Suster Park?" tanya Perawat Min.

"Dia sedang menyendiri di kamarnya. Dan satu hal lagi yang perlu kalian ketahui. Sohyun akan pergi dari sini tiga hari lagi."

"Pergi?!"

"Tiga hari lagi?!" seru para perawat. "Ke mana?!"

"Seperti yang kuceritakan tadi. Polisi Jang Minseok yang menangani kasus ini tahu perkembangan mental Sohyun. Kurasa Sohyun juga tidak bisa bertahan di sini lebih lama. Keadaannya juga sudah kian membaik. Ada baiknya Sohyun menyelesaikan persidangan itu dan menjalani hukuman."

"Sohyun ... kasihan sekali," gumam Perawat Byun. "Kita harus bersikap baik padanya dan mendukungnya. Meskipun yang ia lakukan salah, kita tidak boleh menyudutkannya."

Para perawat itu mengangguk, membuat Woohee menghela napasnya lega. Ternyata yang ia takutkan tidak terjadi. Orang-orang ternyata masih peduli pada Sohyun dan tetap bersikap baik padanya meskipun tahu latar belakang Sohyun.

***

"Sohyun," panggil Nenek Han Daerim dari luar pintu kamar. Di temani seorang suster, ia menghampiri kamar Sohyun. Sudah dua hari gadis itu tidak keluar kamar sejak kejadian yang cukup mengejutkan satu bangsal. Namun tak mengapa baginya. Wanita tua itu merasa empati pada Sohyun karena diusia yang semuda ini, gadis itu harus merasakan masa lalu yang sangat kelam.

Daerim mengetuk lagi pintu kamar Sohyun. "Sohyun! Izinkan aku masuk, aku ingin berbicara denganmu."

Masih tak ada sahutan, membuat wanita tua itu semakin khawatir. Namun tidak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka perlahan. Daerim pun masuk ke kamar gadis itu dan meminta perawat yang menemaninya untuk meninggalkannya bersama Sohyun. Gadis Kim itu mendudukkan dirinya di lantai sembari memeluk lututnya. Wajahnya terlihat pucat karena dua hari menolak makan dengan baik. Daerim menghela napas, lalu mendekati Sohyun dengan mendorong pelan kursi rodanya.

I Need You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang