Kehangatan saat hujan

82 25 23
                                    

Votenya hyung


























Langit pasundan tampaknya sedang bersedih sore ini. Terbukti dengan adanya sekelompok awan hitam di atas langit yang siap mengeluarkan isinya yang berupa buliran-buliran air.

Seorang gadis berkulit putih susu tengah terduduk di halte sambil mengayunkan kedua kakinya seperti anak kecil. Sedari tadi ia menunggu angkutan umum lewat. Namun nihil,tidak ada satu pun angkutan umum atau taksi yang lewat di depannya.

Ia ingin segera pulang ke rumah,tapi sialnya bulir-bulir air hujan kini mulai membasahi jalanan. Dari yang awalnya gerimis,sekarang menjadi hujan deras.

"Yah.. kok hujan? Gue pengen pulang!"keluhnya seraya mengerucutkan bibirnya.

"E-eh kok makin gede sih hujannya?Aduh gimana dong,"paniknya.

Terlihat dari mimik wajah gadis itu yang berubah merenggut antara cemas campur takut. Ia merutuki dirinya sendiri,menyesali keputusannya yang menolak tawaran adiknya untuk pulang bersama.

"Gak gue nggak boleh takut! Ini kan cuman hujan air bukan hujan api!"sanggahnya.

Tapi tetap saja ia tidak bisa menyamarkan rasa takutnya sekarang. Ia semakin takut saat angin mulai berhembus kencang beriringan dengan air hujan yang turun semakin deras.

"Dih,hujan beraninya keroyokan ya!"kesalnya.

"Kalau tahu bakalan kayak gini,tadi gue mau aja ikut Al pulang. Dasar Irene bego!"maki Irene pada dirinya sendiri.

Karena keras kepala Irene yang kekeuh ingin pulang menggunakan angkutan umum ketimbang ikut bersama Al dan teman-temannya, sekarang ia harus menerima konsekuensinya yaitu terjebak dalam situasi sialan ini. Katakan saja Irene memang ceroboh,di kasih yang mudah malah milih yang susah. Jika ada yang susah mengapa harus dibuat mudah? Mungkin seperti itu pemikiran Irene.

Irene mencoba untuk menelpon Altar,tapi untuk kesekian kalinya cowok tengil itu mengabaikan panggilan dari kakaknya. Hal itu membuat Irene semakin geram. Alhasil Irene mengambil jalan alternatif,yaitu menelpon Ara. Dan untungnya teleponnya tersambung.

"H-halo Ara?"

'Iya kak ada apa?'

"Ara lagi sama Al nggak?"

'Nggak kak,gue di rumah. Kenapa emangnya?'

'Eh kok suara kak Irin kayak orang ketakutan gitu? Kakak lagi dimana sekarang?'

Irene tersenyum tipis. Setidaknya ada yang menyadari situasi dirinya sekarang.

"G-gue masih di sekolah Ra. Pengen pulang,tapi kejebak hujan. Gue takut hujan soalnya."ungkap Irene.

'Astaga,terus gimana?Bukannya gak mau bantu,t-tapi gue juga takut hujan.'cicit Ara di seberang sana.

Irene tidak mengindahkan fakta bahwa Ara mempunyai ketakutan yang sama seperti dirinya. Walau sebenarnya ia sedikit merasa senang karena ada orang lain yang sama-sama takut dengan hujan.

'Halo kak,lo masih disana?'

"Iya Ra, pengen pulang..."rengek Irene.

'Aduh,yaudah deh gue cari bantuan dulu,minta temen gue buat jemput lo. Jangan kemana-mana ya kak,'

Irene menganggukkan kepalanya meskipun ia tahu kalau Ara tidak akan bisa melihatnya.

'Gue tutup dulu ya,'

Sambungan pun akhirnya terputus. Irene kembali diam sambil menundukkan kepalanya,tidak berani menatap ke arah jalanan. Irene memang beda dari yang lain. Jika orang-orang sangat menyukai ayam,Irene malah alergi. Saat orang-orang sangat menyukai moment dimana hujan turun karena sangat cocok untuk bergalau ria,sedangkan Irene malah takut.

AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang