Semua pecah, belum genap seminggu mereka merasakan bahagianya kelahiran 2 putri kecil Nafa dan Bagas, berita duka kembali menyerang mereka semua, baik keluarga dan para sahabat. Mereka semua terus bergantian mengunjungi rumah sakit sejak Bagas kecelakaan 3 bulan lalu. Hari ini Dio mengabarkan pertama pada Chandra dan Nesya yang kebetulan sedang menjaga Bagas dan Nesya di ruangan masing – masing. Tangis Nesya pecah, di tenangkan oleh Chandra setelahnya. Dio hendak pulang ke rumah Bagas terlebih dahulu, memberi tau Mina dan Mark, kemudian baru memberi tau kedua orang tua Bagas dan Mami Nafa setelahnya. Dio yang memegang semua kabar langsung dari dokter. Kini, Jeffrey yang tengah menemani putri kecil – yang sudah tak bernyawa. Menyiapkan berkas – berkas serta pemakaman untuk putri Nafa dan Bagas.
"Bagas sama Nafa gimana Chan?"
Tanya Nesya yang kini sudah lebih tenang, mereka juga harus memikirkan bagaimana memberitau mereka berdua yang sama – sama tak dalam kondisi sehat. Baru saja hari ini Nafa hendak di pindahkan keruang rawat, Bagas juga sudah sadar semenjak bius total kemarin yang Kembali ia jalani untuk operasi lututnya. Lyra – putri mereka yang selamat kini juga sudah ada di kamar rawat Nafa, di jaga oleh Arra sembari menunggu Nafa untuk menempati ruang rawat inapnya.
"Pelan – pelan, kita kasih tau. Kamu kuat ya? Kasih kekuatan buat Nafa, kamu nangis sekarang sepuasnya. Abis ini tolong kasih seluruh kekuatan kamu ke Nafa ya? Ini pasti berat banget buat dia"
Ujar Chandra pada Nesya sembari menggengam tangan wanita yang ada di hadapannya penuh kasih sayang. Hidup mereka semua kini seperti tengah menaiki roller coaster, dari lurus, naik turun hingga memutar tak tentu arah. Kemarin Bahagia, sekarang duka. Seperti tak henti – hentinya menimpa kehidupan Nafa dan Bagas yang berdampak pada seluruh sahabatnya. Tidak, mereka semua sudah seperti layaknya keluarga.
-0-
"Naf, mau gendong Lyra?"
Tanya Arra yang tengah menggendong Lyra dalam dekapannya. Nafa mengangguk semangat, kini pertama kali dalam hidupnya menggendong anaknya dengan tangannya sendiri. 9 bulan ia membawa anaknya dalam perutnya, kini ia sudah bisa mendekap anaknya dalam pelukannya. Tanpa sadar Nafa menitihkan air mata Bahagia.
"Hai Lyra ini Bunda – pasti kamu udah ketemu Ayah ya? Ayah udah kasiin nama kamu hihi. Cantik anak Bunda.."
Arra tak bisa menahan senyumnya yang kini menggembang. Ia sama sekali tak tega memberi tau bahwa anaknya yang lain – sudah tak ada di dunia ini.
"Tapi Ra, kalo ini Lyra, Vela – kemana?"
Baru saja ia bergulat tentang itu, Nafa bertanya setelahnya. Apa yang harus Arra jelaskan. Arra tak memiliki cukup keberanian untuk mengungkap semuanya. Ia memilih untuk menunggu Dio atau pun Chandra, kedua laki – laki itu akan lebih tegar dalam mengabari hal – hal seperti ini.
"E..nanti ya Naf? Gue juga belum dapet kabar dari Baby's room gimana dia sekarang"
"Kabarin gue ya Ra secepetnya? Gue juga mau gendong dia.."
"Bentar ya gue keluar dulu?"
Nafa mengangguk dan Arra bergegas meninggalkan ruangan. Kusut. Semua orang masih kusut dengan berita ini.
"Yo, aku ngga bisa ngabarin Nafa, kamu aja ya? Bagas gimana?"
"Bagas baru aja sadar lagi, dia baru selesai makan siang, masih belum bisa gerakin seluruh badannya, selain emang dari kemaren belum pulih terus udah kena bius lagi"
"Terus gimana yo?"
"Biar aku yang urus deh, abis ini aku mau temuin Jeffrey dulu, dia kasian sendirian ngurus anaknya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Harian Bulan
RomancePerang saudara yang terparah bukan memperebutkan harta maupun tahta. Tapi wanita juga cinta. -0- "Gue mau anak gue, legal jadi anak gue. Keputusan gue udah bulet. Separuh hidup gue sama dia, gue tau dia cinta sama gue. Jadi, lo harus secepetnya sele...