"Maksud lo Jeff?"
"They didn't identic. They have different biological father. Lyra, anak lo, Vela – Anak gue."
"Wait – kok bisa?"
"Lebih jelasnya – Bang Dio yang jelasin. Berkas hasil tes DNA ada di dia, karena dia wali dari kalian semua pas di rumah sakit, jadi waktu itu dia bisa ngajuin tes DNA pas putri – putri kita lahir."
Kepala Bagas mulai berdenyut, masih mencerna semua kenyataan yang menurutnya kurang logis, karena Bagas belum mendapatkan inti dari semua penjelasan Jeffrey. Dan Jeffrey meminta untuk Dio menjelaskan semuanya kepada Bagas.
"Jadi gitu Gas."
Kini mereka berempat tengah berada di ruang tamu rumah milik Bagas, Dio dan Chandra bergabung karena Jeffrey memintanya bergabung. Mereka semua sengaja tidak memberitau Bagas tentang hal ini karena dirasa pikiran Bagas dan Nafa sudah cukup ruwet dengan semua hal yang terjadi terlalu ber turut-turut. Sehingga mereka semua sepakat untuk memberi tau saat semua pikiran sudah cukup longgar, seperti hari ini.
Kini Bagas justru memeluk adiknya dengan hangat, membuat Jeffrey sedikit menegang, kemudian keduanya saling menguatkan. Semua sudah lewat, pasti hari itu – saat Jeffrey melihat darah dagingnya sendiri dan menguburkannya, itu hari yang berat. Dan Bagas tak bisa berada di samping keduanya – baik adik nya, juga istrinya.
"Sorry Jef"
"For?"
"For being rude, for being the worst brother that you ever had"
"Nggak kak, gue yang harusnya ngomong gitu."
"Lo udah berusaha berubah, lo udah mau rela sama semua keadaan, tapi hari itu – pas gue kecelakaan. Gue marah besar sama lo, gue kira lo nggak berubah, gue kira lo masih berusaha misahin gue sama anak gue. Tapi nyatanya, justru gue yang jahat. Gue yang gak percaya sama lo."
"Tapi Kak, gue paham, lo begitu karena gue yang dulu. Gue yang dulu nggak pernah mau lepasin Nafa seutuhnya buat lo, gak pernah mau liat lo Bahagia. Karena gue gak pernah ngerasain rasanya Bahagia selain kehadiran Nafa di hidup gue. Tapi semenjak ada lo, Chandra, Bang Dio, semuanya, bahkan Bunda, gue ngerasa ternyata Bahagia gue adalah lo semua yang udah mau nerima gue sebagai bagian dari keluarga kalian, meskipun gue pada awalnya gak pernah terima itu semua."
Kembali lagi pada kenyataan awal, bahwa darah lebih kental daripada air. Sekuat apapun mereka menyanggah, sekuat apapun mereka saling membenci, sekuat apapun mereka saling terhindar, pada akhirnya mereka akan Bersatu, saling menjaga, dan saling memaafkan. Karena pada akhirnya, ikatan tali persaudaraan akan lebih kuat dibandingkan ego masing – masing.
-0-
"LYRAA...!"
Semua sontak berteriak saat Lyra yang tiba – tiba berusaha meraih gelas air sendirian di meja prasmanan. Bagas bergegas menggendong putri kecilnya yang baru saja bisa berjalan, memang anak seumuran Lyra yang baru saja bisa berjalan akan sulit untuk di awasi, sedikit saja lepas dari pengawasan, ia akan menjelajah dunia sendiri, dan itu sangat berbahaya. Baru saja Bagas mengambil makan Prasmanan, dan Nafa yang sedang asik mengobrol dengan beberapa teman lamanya yang datang di pesta pernikahan kedua temannya hari ini.
"Mas gimana sih kok Lyra nya bisa jalan ke sana sendiri?"
"Maaf bi, aku tadi lagi ambil makan bentar, aku kira kamu liat kan tadi dia duduk di samping kamu"
"Udah tau aku lagi ngobrol sama temen – temen aku, kamu gimana sih ah"
Nafa masih Nafa yang dulu, ia memang tak terlalu telaten untuk menjaga anaknya sendiri, ia sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi balik pada tabiat awal dirinya, dia bukan seorang wanita yang keibuan meskipun sudah sempat melahirkan dua orang anak. Hingga hari ini pun, ia masih harus dibantu oleh dua babysitter, karena Nafa masih sering pergi spa atau pun yoga di kesehariannya. Terkadang Bagas ingin menegur, tapi Kembali lagi pada Bagas yang sangat minim untuk menegur, nggak tega katanya. Jadilah jika di hari libur, Bagas akan menjadi Ayah siaja. Alias siap jadi apa aja, dari Lyra bangun, ia akan siap memandikan putri kecilnya sembari berenang di kolam plastik di taman belakang rumah, itu menjadi kegiatan rutin mereka setiap minggu. Terkadang jika Nafa tak memliki jadwal, mereka akan berenang Bersama, tapi jika tidak, Bagas sendiri yang akan mengajak putrinya berenang. Beberapa kali ia harus lembur karena pekerjaannya yang padat di akhir bulan, berakibat Lyra akan ngambek seharian jika dalam seminggu ia tak di ajak main di kolam plastik, dan akan luluh jika Bagas membawa mainan saat pulang kerja sebagai gantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Harian Bulan
RomansaPerang saudara yang terparah bukan memperebutkan harta maupun tahta. Tapi wanita juga cinta. -0- "Gue mau anak gue, legal jadi anak gue. Keputusan gue udah bulet. Separuh hidup gue sama dia, gue tau dia cinta sama gue. Jadi, lo harus secepetnya sele...