Jurnal Harian Bulan

6

Jakarta, 15 Agustus 2018.

Janji. Sekumpulan kata – sekumpulan kalimat perintah yang harus di jalani, dan wajib di tepati. Kesalahan. Seluruh jiwa yang ada di dalam raga sudah pasti memiliki kesalahan. Tapi jangan pupuk kesalahan itu dengan pupuk keburukan. Karna tak akan pernah berbuah hasil. Pupuklah benih kesalahan yang terlanjur tertanam dengan sekumpulan kebaikan yang akan menghasilkan kebaikan pada akhirnya. Sebuah kesalahan tak akan selalu berarti salah, sebuah kesalahan bisa menjadi awal dari sebuah kebaikan yang tak berujung kelak.

- Bulan -

-0-

Seperti mama – mama gaul pada umumnya, saat itu ia sedang mengadakan ngopi – ngopi cantik ala – ala sosialita, salah satu Mall di Surabaya. Hari – harinya tanpa Bagas – membuatnya lebih sering merenung dan kesepian, karena setelah beberapa bulan Bagas bersekolah di Jakarta, ia terlihat kerasan atau betah hidup sendirian, dan ia bilang juga gak mau lagi ngerepotin Bundanya kalo ia terlalu sering berkunjung ke Jakarta. Ana juga beberapa kali mendapatkan histori Kesehatan yang kurang baik, terlihat kadar kolesterol – nya yang terus menanjak menyebabkan ia sakit kepala di bagian belakang yang tak tertahankan. Tentunya – ia menyembunyikan histori tersebut dari anak dan suaminya dengan kedok tak mau merepotkan. Padahal, yang Namanya keluarga memang sudah seharusnya saling merepotkan, saling terbuka sehingga bisa saling menjaga, susah senang dilewati bersama, sehingga bahagia pada akhirnya.

Kalo udah masuk 'me time' – nya, Ana menolak keras menggunakan supir. Ia mau mengendarai mobil sendiri, katanya biar gak lupa cara mengemudi dan terlihat lebih gaul. Dasar emak – emak sosialita.

Kondisi mall pada siang hari di hari kerja jelas saja tak seramai Mall di hari libur. Kebanyakan mahasiswa dan anak sekolah belum waktunya untuk keluar dari tempat mereka menimba ilmu. Hari itu, Ana menggunakan heels 3 cm dan berjalan lumayan gaduh di basement Mall. Beberapa Langkah mendekati mobilnya, serangan terjadi. Dada atas bagian kiri tubuhnya terasa sangat menusuk. Ana hampir tidak bisa bernafas, kehilangan seluruh tenaga di tubuhnya, dan saat itu juga ia jatuh dah terkapar. Hampir 5 menit tak ada yang lalu Lalang karena memang kondisi Mall yang masih sepi.

"YA AMPUN IBU KENAPA?!"

Alysa – datang dan sontak membawa Ana dalam pangkuannya. Menepuk – nepuk pipi Ana membuatnya tersadar. Akhirnya berkat pelatihan yang pernah Alysa terima, ia memberikan CPR dalam keadaan Ana yang darurat, kemudian berhasil membuat jantung Ana bisa memompa darah se adanya. Dengan sigap Alysa menggeledah tas milik Ana, dan memberanikan diri untuk memencet tombol alarm dari kunci mobil, dan Alysa berhasil menemukan mobil kepemilikan Ana dan membopong Ana dengan sekuat tenaga, badan mereka yang sama ramping membuat Alysa sedikit kesulitan untuk membawa Ana masuk kedalam mobil. Dengan sigap Alysa membawa Ana ke rumah sakit terdekat, menemaninya hingga Ana di tangani, menghubungi seluruh kontak terakhir pada Handphone Ana, dan akhirnya bisa sampai ke kuping Wantono dan juga Bagas.

Setahun setelah kejadian itu, Alysa dan Ana berteman dekat. Ana yang amat berterimakasih pada Alysa, kemudian mulai sejak itu Ana membantu perekonomian Alysa hingga kembali stabil sepeninggalan suaminya, bahkan Nafa pun dapat bersekolah tinggi, Nafa juga anak yang amat sopan – walaupun sedikit boros, bukan masalah bagi Ana memiliki menantu yang boros, karena hartanya pun tak akan habis jika hanya untuk berbelanja. Yang terpenting adalah Ana bisa menjadi satu keluarga dengan – malaikat yang pernah menjadi penolong dirinya hingga bisa kembali mendapatkan kehidupan keduanya.

-0-

"NAFA!"

Bagas yang terkejut melihat Nafa yang terkapar lemah di walking closet kamar Nafa, karena hingga waktunya sarapan Nafa tidak terdengar turun dari kamarnya bahkan sejak semalam.