09~Malam yang Panjang

1K 164 45
                                    

Sebenernya cerita ini aku lebih fokusin ke cerita persahabatan mereka😊
So, aura horornya emang nggak terlalu kerasa.

_Ternyata gue cengeng,
cuma lihat macan aja nangis_
*Sultan Chenle Dienul Azkha*

Mark, cowok tampan dengan senyuman menawan itu entah kenapa tak bisa memejamkan mata. Padahal kemarin, dia bisa tidur dengan mudah.

Entahlah, hari ini Mark merasa banyak pikiran, mulai dari siapa orang tua kandungnya, memikirkan sahabat-sahabatnya, juga memikirkan tentang Jeno.

Mark merasa masalah yang Jeno miliki bukanlah hal yang sederhana. Itu sebabnya Jeno tak pernah bercerita padanya. Memang, Jeno dan ia sudah sangat dekat seperti kakak adik, tapi bukan berarti semua masalah yang mereka miliki bisa dibagi begitu saja.

"Bang?"

Mark tersentak ketika Jeno memanggilnya.

"Lo nggak tidur? Lo mikirin apa?" tanya Jeno.

Sejak tadi sebenarnya Jeno pun belum tidur, dia hanya memejamkan mata. Suara  macan dan burung gagak itu membuatnya tak bisa tidur. Bahkan suara rintihan minta tolong itu masih saja terdengar. Heran, padahal ini sudah tengah malam, apa para jin tidak merasa kelelahan terus menakut-nakuti mereka.

"Gue belum ngantuk."

"Ayo cerita, gue siap dengerin," Jeno mengambil posisi duduk di depan Mark.

Mark menggeleng, lalu melihat ke arah Chenle yang tertidur pulas bahkan sampai mendengkur pelan.

"Yailah, Bang, Chenle mah nggak bakal keganggu sama suara kita, lihat aja tuh tidurnya nyenyak banget, mungkin lagi mimpi mandi di kolam dollar," ucap Jeno.

Mark terkekeh pelan.

"Bang," raut wajah Jeno menjadi serius.

"Jangan merasa terbebani oleh keselamatan kita karena lo yang paling tua di sini, kita sahabat, nggak mandang siapa yang tua siapa yang muda, semua sama, jadi jangan lagi merasa kalau lo yang bertanggung jawab atas keselamatan kita."

"Ini keputusan bersama, jadi lo nggak salah sama sekali. Please, gue nggak mau lo jadi tertekan karena ini. Gue, lo, Jaemin, Jisung, kita sama, nggak ada yang beda. Jadi gue mohon, berhenti merasa kalau semua ini adalah kesalahan lo."

Mark menghela napas panjang, "Entahlah, Jen, tapi gue tetep ngerasa kalau gue yang bertanggung jawab atas keselamatan kalian."

"Nggak, Bang, keselamatan kita tanggung jawab kita bersama, bukan hanya tanggung jawab lo," Jeno menatap Mark tajam.

"Lo udah terlalu banyak masalah, jadi jangan jadiin kita sebagai tambahan beban lo. Gue nggak mau lo kenapa-napa, karena cuma lo satu-satunya orang yang paling gue percaya."

"Makasih, Jen. Tapi lo juga nggak perlu pura-pura baik baik aja di depan gue. Lo boleh nangis, lo boleh luapin semua masalah lo ke gue, karena gue siap dengerin apapun keluh kesah lo."

Jeno terdiam, rasanya seperti senjata makan tuan, niat hati ingin menasehati Mark supaya tidak bersedih, malah dia yang dinasehati balik oleh Mark.

Seven Dreamers [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang