wajah yang cantik

20 20 3
                                    

Istirahatlah yang cukup agar hari esok lebih baik dari hari ini!

Ubay POV

Sore hari aku dan Rasya pulang ke rumah, namun di perjalanan pulang, aku membeli beberapa jenis makanan yang akan kami makan nanti malam.

Untuk menghilangkan rasa lelah, Rasya, segera duduk rileks di sofa.

"Bay, ngapain sih kamu belanja makanan yang harus di olah dulu? Kan kita bisa beli makanan yang sudah jadi!" tanya Rasya.

"Mencintai seseorang juga harus ada usaha, agar kita tahu baik atau tidaknya, jika kita langsung memilih yang instan, nanti ada kejahatan di balik itu semua, gimana?" jawabku.

"Ah, bisa aja kamu ini, dasar ikan tongkol! Eh Bay, kenapa sih enggak kamu jual aja ini rumah, kan kamu udah bahagia di Bandung?!" tanya Rasya.

"Aku ingin suatu saat, jika aku sudah bertemu dengan jodohku, kami tinggal di sini bersama, membuat kenangan bersama anak-anak, ada canda tawa!" jelasku.

"Alah kamu ini mikirin jodoh yang belum pasti, cewek yang di jodohkan sama kamu aja belum pernah ketemu, apalagi untuk menikahinya!" ledek Rasya.

"Jodoh, gak bakal ke tuker kok!" jawabku.

"Terserah deh, aku ke kamar duluan mau siapin barang buat besok pulang!" jawab Rasya.

Kami segera menuju kamar, dan aku mempersiapkan beberapa barang, bahkan beberapa buku aku bawa dari perpustakaan pribadiku untuk menghilangkan kebosanan saat di Bandung.

                      ***

Di pagi hari aku bangun lebih awal dari pada Rasya, dan aku membuat sarapan sebelum kami kembali ke Bandung.

"Bay, emang kamu bisa masak?" tanya Rasya yang baru bangun.

"Bisa dong, emang kamu kira, selama 6 bulan aku tinggal sendiri, aku itu pesan makanan terus?" cetusku.

"Iya atuh, saya kan cuma nanya!" jawab Rasya.

"Ya udah sana cuci muka dulu, eh bukan, bukan, sekalian mandi, hari ini, kan kita akan balik ke Bandung!" ucapku.

"Iya, dasar cowok kok bawel banget, udah kayak emak-emak komplek, suruh ini suruh itu coblak ini coblak itu!" dengus Rasya.

Setelah semuanya siap, kami segera berangkat menuju terminal, dan sesampainya di sana kami harus menunggu waktunya pemberangkatan. Saat aku telah duduk di dalam bus, dari jendela aku melihat ada seorang ibu-ibu yang kesulitan dengan barangnya, lantas aku pun turun dan membantunya.

"Ubay, kamu mau kemana? Bentar lagi busnya berangkat nih?!" tanya Rasya.

"Mau nolongin ibu-ibu dulu!" jawabku.

"Dasar ibu-ibu," dengus Rasya.

Aku pun menemui ibu-ibu tersebut.

"Bu, maaf, apa saya boleh bantu?" tanyaku.

Awalnya aku melihat tatapan ibu-ibu itu seperti ragu dengan niat baikku.

"Tenang aja Bu, kenalin saya Ubay, saya anak baik-baik kok, ini juga saya mau pulang ke Bandung!" jawabku.

Ibu itu sepertinya mulai mempercayai aku. "Apa kamu bilang ke Bandung?! Berarti tujuan kita sama, ibu emang lagi ke susahan dengan barang-barang ini, soalnya suami ibi lagi ke kamar mandi sedangkan busnya udah mau berangkat!" jawab ibu tersebut.

"Ya udah, biar sebagian barangnya Ubay yang bawa, ibu bawa yang ringan saja!" jawabku.

Setelah tak lama dari pada itu, suami ibu tadi datang, dan setelah itu, bus mulai melaju.

ISTIQLAL [istiqomah sampai halal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang