Surya POV
Udara malam ini memang lah sangat dingin, namun semua itu tak terasa karena ada kehangatan dari para sahabat.
Karena hari semakin malam, maka pengunjung bengkel pun makin sepi. Dan di saat itulah waktu kami berbincang bersama.
"Lif, kapan sih kamu mau nembak Naisya?" tanya Jidan.
"Gak tahu lah, bingung, takut di tolak nih!" jawab Alif.
"Lebih baik di tolak dari pada tidak mencoba sama sekali!" ujar Hilmi.
"Tapi...." ucap Alif belum selesai.
"Gak usah banyak tapi, nanti kamu malah ke siksa, apalagi kalo kamu di dahului sama orang lain!" jawab Raihan.
"Betul tuh apa kata Raihan, kalo kamu suka tembak aja, kalo di tolak masih banyak cewek yang lain!" ujarku.
"Kamu juga Sur, kamu harus hati-hati apalagi kamu dekat banget kan sama cewek itu!" cetus Jidan.
"Siapa, Nindi? Kami cuman berteman, gak lebih kok!" jawabku.
"Kami bisa lihat dari tatapan kalian berdua, ada rasa dari salah satu di antara kalian!" ucap Hilmi.
"Bener tuh Sur, kamu itu lebih ba-" ucap Raihan belum selesai dan terganggu dengan nada dering ponslku.
"Bentar ya, Hallo assalamualaikum, Yah ada apa?" Segera aku angkat telepon dari Ayah.
"Surya, kamu cepat pulang, masakan ibu udah menunggu kamu!" jawab ayah lewat telepon.
"Iya, siap Yah, aku OTW!" Ku tutup telepon tersebut dan segera pulang ke rumah.
Saat aku mulai menghidupkan motor milikku terdengar suara Alif memanggilku.
"Surya, tunggu sebentar, aku mau titip sesuatu!" panggil Alif.
"Titip apa?" tanyaku.
Lalu Alif memberikan sepucuk surat kepadaku. "Setelah aku memikirkan perkataan teman-teman, kayaknya aku akan memulai pendekatan kepada Naisya, lewat surat ini! Jadi tolong berikan padanya ya!"
"Ya pasti aku berikan!" jawabku.
"Makasih banyak Ya Sur, ya udah aku juga mau pulang, bye sampai ketemu besok!" ujarnya.
"Iya. Kayaknya aku juga harus mulai mendekati Nindi!" ucapku seraya memandang surat yang di titipkan Alif.
Sebelum aku melanjutkan perjalanan pulang, aku ingin menghubungi Nindi terlebih dahulu.
"Nin, angkat dong Nindi, angkat... Alhamdulillah, Nindi apa aku ganggu kamu?" tanyaku.
"Belum nih, tugas masih banyak, mana ibu kambuh lagi, padahalkan aku baru pulang dari restoran!" jawab Nindi.
"Ya udah, gimana kalo besok aku jemput kamu ke rumah!" ajakku.
"Boleh, boleh aku tunggu ya Sur!" jawabnya
Setelah selesai, aku segera pulang karena aku tahu orang rumah pasti sudah menunggu.
***
Hari yang cukup cerah, matahari menyapa di pagi hari, musik dari motor telah terdengar dalam telinga, dan hari ini aku sangat bersemangat karena, aku akan menjemput Nindi di rumahnya, meskipun Galang akan mengancamku lagi, aku tak takut akan hal tersebut.
Semua persiapan telah aku lakukan dan sekarang saatnya aku berangkat menjemput Nindi.
"Assalamualaikum, Nin gimana udah siap?" tanyaku dengan membuka kaca mata hitamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTIQLAL [istiqomah sampai halal]
Teen FictionBerawal ketika Ubay, seorang anak muda yang di tinggalkan kedua orang tuanya karena kecelakaan, harus pindah ke Bandung, untuk tinggal bersama Sigit dan keluarganya, Termasuk kedua sepupunya yaitu Aksa dan Surya, selain itu Ubay juga akan di daftark...