(( Flashback ))
Nmpak seorang laki-laki baru saja turun dari pesawat yang telah mendarat 5 menit yang lalu. Ia berjalan sembari menarik koper yang sebelumnya telah ia ambil dari kabin pesawat. Ia melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan, disana jam menunjukan pukul 9 malam.
Saat memasuki gedung bandara, ada seorang pria parubaya menghampiri nya. Pria itu berjabat tangan dan tersenyum ramah kepadanya.
"Apa kabar, tuan?", ucap nya ramah pada laki-laki yang ia panggil dengan sebutan tuan. Laki-laki itu tersenyum ramah.
"Baik.", ucapnya. Pria parubaya itu hendak mengambil koper yang ia bawa, namun ia menahannya.
"Izinkan saya membawa koper anda tuan.", ucap pria parubaya itu.
"Biar saya yang bawa, anda tidak perlu repot-repot.", balas laki-laki itu dengan tetap tersenyum. Ia berjalan, dan di ikuti oleh pria parubaya itu tadi.
"Saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Aden, saya tangan kanan tuan Candra Rahardika. Sebelumnya saya di beritahu, jika tuan sedang dalam perjalanan ke Indonesia. Maka dari itu saya menunggu disini, hendak menjemput tuan.", ucapnya.
"Iya, saya di beritau oleh pak Candra. Terima kasih sudah mau menyempatkan diri untuk menjemput saya.", ucapnya ramah. Devan mengatakan itu karna ia tau, bahwa Aden memiliki jam yang sangat padat. Saat ayahnya tengah mengurus perusahaan yang berada di Amerika, Aden lah yang memegang kendali perusahaan yang berada di Indonesia. Ia memantau setiap perkembangan dan menjalankan nya.
Mereka mengobrol ringan selama perjalanan keluar gedung bandara. Hingga nampak mobil sport berwarna hitam telah menunggu kehadiran mereka.
Selama perjalanan Devan menatap dengan tenang suasana kota Jakarta malam ini. Wajahnya nampak lelah, namun senyuman kecil tak pernah luput dari bibirnya. Ia sangat merindukan seseorang saat ini.
Setibanya di mansion keluarganya, ia mengernyitkan dahinya. Ia berpamitan dengan Aden, lalu masuk ke dalam. Pak Yoyo, satpam di rumah itu menyambutnya.
Yoyo membawa koper milik tuannya dan menariknya masuk ke dalam. Devan melihat sekeliling, lampu taman menyala, namun lampu kamar tidak ada yang menyala satupun. Ia mengangkat bahu nya saat berfikir. "Mungkin Aera udah tidur.", ucap nya dalam hati.
Sesampainya di dalam, pak Yoyo berkata ia akan kembali ke pos tempatnya berjaga, namun Devan menghentikannya. Devan melihat wajah pak Yoyo yang nampak khawatir.
"Dimana, Aera?", tanya nya yang seketika membuat pak Yoyo pucat pasi. Ia tau, jika Devan mendengar bahwa adiknya pergi keluar bersama temannya hingga larut malam, maka pasti ia akan marah.
Baru saja Yoyo hendak menjawabnya, terdengar suara bi Mina telah menyambut Devan dari arah dapur.
"Eh den Devan.", seru bi Mina keliahatan tenang, walau dirinya sama khawatirnya seperti Yoyo. "Den istirahat saja ya, bibi bawakan kopernya ke kamar.", ucap bi Mina.
"Tolong bawakan koper saya ke dalam ya bi, saya mau ke kamar Aera.", ucap Devan melenggang pergi ke kamar Aera. Namun bi Mina segera menghentikannya.
"Itu den.., non Aera nya, masih keluar.", ucap bi Mina pelan.
Devan mengernyitkan dahinya, ia menatap bi Mina dan pak Yoyo. "Selarut ini? Keluar kemana?", tanya Devan yang terdengar dari nada bicaranya terkejut dan khawatir.
"Itu lho, ke acara ulang tahun temennya, katanya acara nya memang malam. Non Aera juga barusan berangkat kok den.", ucap bi Mina dengan nada yakin. Ia memberi kode ke Yoyo untuk mendukung alasannya. Yoyo pun menjawab dengan jawaban yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Your Clarity
JugendliteraturAera, gadis pendiam yang sejak kecil sudah tau arti dari kehilangan. Tidak ia sangka bahwa takdirnya ternyata sudah ditentukan saat kembali bertemu dengan teman di masa kecilnya yang sama sekali tidak ia ingat. Menjalin persahabatan. Terikat percint...