~ 28 ~

121 38 16
                                    

- Some are happy, and some are worried -



•°•°•°•°•


[[Part ini sangat panjang, siapkan diri kalian dengan posisi senyaman mungkin.]]



Lampu yang semula hanya menyala redup, kini semakin terang. Dan merah-merah di bawah bukanlah darah, tetapi kelopak bunga mawar yang bertebaran memenuhi lantai.


"Haappy.. Birthday.. To you..", ada daddy dan mommy Aera dibawah. Aera meneteskan air matanya sembari membungkam mulutnya. Ia sangat rindu dengan kedua orang tuanya.

"Happy birthday to you..", Afreen datang membawa bucket bunga besar. Aera berusaha menahan air mata sembari menatap ke langit-langit atas, ini kejutan yang teramat spesial baginya.

"Happy birthday..", Devan datang dari belakang Afreen lalu mencuri bucket bunga yang berada di tangan Afreen. Hampir saja akan ada ledakan tawa di sela-sela terharu karna melihat aksi tak beradab Devan.

"And happy birthday..", Afreen berebut bucket bunga dengan Devan. Candra dan Reenai menatap keduanya dengan tatapan jengah sembari terus menyanyi dan bertepuk tangan sesuai irama. Sekuat tenaga Aera menahan diri untuk tidak tertawa, namun ia justru semakin menangis. Bahkan ia sedikit terbungkuk di atas sana karna tak kuasa menahan tangis dan tawa yang menjadi satu.

"Happy birthday to you.....", ada banyak orang bermunculan sembari menyerukan lirik terakhir lagu happy birthday dengan lembut lalu bertepuk tangan dengan semangat. Afreen dan Devan masih nampak saling dorong mendorong sembari berebut bucket bunga namun juga bertepuk tangan menggunakan satu tangan.

Aera dituntun oleh beberapa maid untuk turun ke bawah. Selama menuruni tangga, Aera melihat sekeliling. Banyak sekali orang asing baginya, namun entah kenapa kehadiran mereka terasa hangat di hati Aera. Seolah Aera memang mengenal mereka.

Tunggu! Jadi? Maid ini semua tidak di tembak beneran? Pintar sekali akting mereka. Atau, dirinya yang gampang di bodohi? Arghh menyebalkan!

Sembari bermuka masam Aera berjalan ke arah yang para maid itu arahkan. Ke sebuah atas panggung kecil yang di depannya terdapat kue ultah berwarna biru kelam. "Eugh! Gula.. Lemak yang menggoda tapi jahat...", pikiran Aera mulai memusuhi roti ultah yang nampak begitu manis dan menggoda di matanya itu.

Namun yang membuat Aera heran adalah disana terdapat sebuah mahkota indah nan elegan. "Buat gue? Buat gue? Omaigat, gue ga pernah make mahkota!", batin Aera antusias. Mulut kecilnya berkomat-kamit kegirangan. Wajahnya yang semula masam kini menjadi ceria dengan bubuk-bubuk kekonyolan khas dirinya. Bahkan ia tak sadar jika sudah membuat seluruh orang yang ada disana tertawa gemas karna tingkahnya.

"Aku jauh lebih suka Aera yang ini, daripada Aera yang menjadi gadis berusia 7 tahun saat itu.", ucap Rachel pada Tandra. Rachel adalah istri dari Tandra. Tandra tertawa kecil mendengar pengakuan istri tercintanya itu.

Aera berhenti menganggumi mahkota itu. Ia beralih menatap Candra dan Reenai. Bibirnya berkedut ingin merengek. "Mommy.. Daddy.. Aera rindu..", lirih Aera sembari menunduk. Entah kenapa dirinya ingin sekali berlari ke arah Candra dan Reenai kemudian memeluk mereka dengan erat agar mereka tidak pergi lagi. Tetapi entah kenapa hati kecilnya merasa tertekan disana, seolah mereka ada namun tidak akan bisa Aera jangkau.

Give Me Your ClarityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang