BAB 02

234 27 5
                                    

'Haruskah aku selalu mengalah seperti ini? Tidak bisakah aku bebas?'

* * *

Jakarta, 27 November 2009 ....

Haechan dengan seragam sekolahnya berjalan dengan riang gembira saat menuruni setiap anak tangga dengan langkah kaki kecilnya. Haechan melihat ke bawah dan mendapati Mama dan kakak kembarnya sedang bercanda di ruang makan sambil menikmati segelas susu serta roti isi selai kacang.
Dengan penuh semangat Haechan menghampiri mereka berdua sambil menyapa lalu kemudian memasang senyuman yang sangat indah. Haehyo menjawab sapaan dan senyuman itu dengan gaya yang sama ceria dengan kembarannya itu. Seulgi sendiri hanya bisa memutar kedua bola matanya, jengah.

"Haehyo, cepat habiskan sarapannya. Mama yang akan antar kamu sekolah," kata Seulgi begitu dingin.

"Iya, Ma," jawab Haehyo yang langsung menunduk dan melanjutkan sarapannya.

Sementara itu, Haechan naik ke atas kursinya dan menunggu Bibi Goo selesai menyiapkan rotinya. Bocah itu tanpa sengaja bertemu tatap dengan Seulgi. Ingin ia menyapa sambil tersenyum, tetapi diurungkan karena Seulgi yang dengan cepat memutus kontak mata begitu saja.

Saat Haechan menikmati rotinya, Haehyo sudah selesai dan Seulgi pun langsung menggendong putrinya itu. Haehyo meminta Seulgi untuk menunggu Haechan terlebih dahulu, tetapi itu sama sekali tidak diindahkan. Wanita paruh baya itu hanya mengatakan kalau Haechan akan diantar oleh supir pribadi karena tidak mau satu mobil dengan Haehyo.

Tentu saja Haehyo berubah sedih saat tahu alasan mengapa Haechan tidak berangkat bersamanya. Ia pun makhirnya menurut saja untuk berangkat lebih dulu daripada kembarannya.

Di sekolah pun Haechan lebih banyak diam dan hanya ikut tertawa saat Haehyo juga tertawa bahagia bersama teman-temannya. Haechan selalu berjalan sekitar tiga meter di belakang untuk menjaga Haehyo.

Sampai sebuah kejadian yang begitu cepat terjadi dan mengundang teriakan dari semua murid yang melihatnya. Salah seorang murid laki-laki yang iseng mendorong Haehyo yang tengah menuruni satu per satu anak tangga. Haechan yang melihat dengan jelas pun coba berlari dan menangkap kembarannya. Mereka jatuh berguling-guling di tangga hingga ke lantai bawah bersamaan.

Hanya saja, Tuhan lebih memilih untuk mengambil Haehyo dan menyelamatkan Haechan. Meskipun dokter telah melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan nyawa gadis kecil itu sesuai permintaan Ibunya, tetapi takdir tetap tidak mau berubah.

"Aku muak denganmu!"

Itu lah suara teriakan Seulgi yang histeris sambil mendorong keras tubuh Haechan, hingga bocah malang itu jatuh tersungkur di lantai. Seulgi yang tidak bisa menerima kenyataan pun berakhir dengan depresi berat. Saat melihat Haechan, maka yang ada dimatanya adalah sosok Haehyo.

Sejak hari itu, Haechan harus bergaya layaknya seorang anak gadis untuk membantu proses pengobatan Seulgi. Pihak sekolah juga membantu menutupi identitas Haechan yang sebenarnya. Mereka bahkan menyebutkan bahwa yang meninggal bukanlah Haehyo melainkan Haechan.

* * *

Surabaya, 15 Maret 2018 ....

Seperti biasanya Haechan akan berangkat ke sekolah dengan penampilan wanitanya dan diantar oleh dua orang bodyguard. Selama di perjalanan, Haechan hanya terus diam sambil menatap lalu lalang kendaraan roda empat melalui kaca jendela.

Lamunan Haechan seketika buyar saat berhenti karena lampu merah, tiga kali ketukan di jendela tempatnya bersandar sejak tadi. Sontak ia melihat ke samping dan mendapati sosok Chenle yang tengah melambaikan tangan sambil tersenyum manis dibalik helm hitamnya.

HAECHAN •||• Complete [✓✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang