'Terkadang senja datang tanpa kehadiran lembayung.'
* * *
"Haechan!"
Pekikan seseorang yang berasal dari lantai dua gedung dan terdengar menggema hampir ke Jisung sekolah itu berhasil mengalihkan atensi si Empunya nama yang sejak tadi tengah asik bersama teman-temannya membahas masalah ujian akhir nasional yang akan diadakan tiga lagi. Tepatnya tanggal 7 sampai 9 Mei 2018.
Setelah tahu siapa yang memanggilnya, Haechan pun langsung menghela napas panjang lantas kembali memilih melanjutkan pembahasan soal-soal latihan yang sekiranya nanti akan masuk dalam soal-soal ulangan. Akan tetapi, pekikan itu kembali terdengar dan kali ini jauh lebih nyaring."Sudah, Haechan. Tanggapi saja dulu si Chenle itu," kata salah satu temannya.
"Iya, Haechan. Mau tuli rasanya telingaku mendengar jeritannya itu," ujar yang satunya lagi.
"Tidak usah dihiraukan!"
Haechan dan Azel saling melempar tatapan yang sulit diartikan karena baru saja mereka mengucapkan satu kalimat yang sama dan dalam waktu yang bersamaan pula. Sejurus kemudian, mereka berempat sama-sama tertawa. Entah apa yang dianggap lucu dari kejadian barusan.
Di tempatnya, Chenle sudah berusaha untuk sabar menunggu respon dari Haechan. Akan tetapi, kesabarannya itu sama sekali tidak membuahkan hasil apa-apa. Jisung yang ada di sampingnya pun sudah sejak tadi berusaha menahan tawa yang sepertinya jika meledak akan membuatnya jadi buronan lagi seperti waktu itu.
Chenle sadar kalau dirinya memang bersalah karena pernah berbuat kasar, tetapi tidak bisakah dia mendapatkan maaf dari orang yang ia sakiti itu? Mau tidak mau, sekarang ia hanya bisa tersenyum miris sambil memandangi Haechan yang terus mengacuhkannya.
"Sabar aja. Aku yakin suatu hari nanti kamu bisa dekat sama Haechan," kata Jisung yang kelewat santai.
"Hm. Mungkin besok atau lusa dia bisa menerimaku dekat dengannya lagi," ujar Chenle lalu beranjak pergi ke kelasnya.
Azel yang sejak tadi selalu coba melirik ke arah tempat Chenle berada pun akhirnya bernapas lega setelah melihat dua laki-laki yang selalu menganggu Haechan itu sudah hilang dari pandangan. Ia coba beri tahu itu pada Haechan dan hanya dijawab dengan anggukan saja.
Ujian akhir semester memang bukan untuk main-main. Maka dari itu, Haechan lebih memilih mendengarkan penjelasan dari dua temannya tentang pembahasan mata pelajaran ketimbang menggubris laporan Azel tentang orang yang tidak penting baginya itu.
Tidak lama berselang, suara bel tanda istirahat sudah berakhir pun berbunyi. Mereka berlatih kembali ke kelas sambil sesekali bercanda dan tertawa kecil. Mereka-Haechan dan Azel lebih tepatnya-juga membuat janji akan pergi ke toko es krim nanti setelah jam pelajaran berakhir dan bel pulang sekolah berbunyi.
"Aku ingin makan es krim di toko seberang minimarket itu," kata Azel begitu ceria.
"Oh iya, sedang ada promo dan beberapa varian rasa baru 'kan?"Pertanyaan Haechan itu langsung dijawab dengan anggukan cepat dan sedikit pekikan antusias dari Azel yang kemudian terlihat bertingkah seolah sudah benar-benar menikmati es krim yang sebenarnya masih dua jam lagi disantap itu.
Jengah dengan kelakuan Azel pun membuat Haechan langsung melangkah cepat mendahului gadis yang dikenalnya sangat suka berkhayal yang terlalu tinggi dan mungkin terkadang juga tidak masuk di akal.
Contohnya, menikah dengan artis Korea Selatan yang tampan dan berkharisma.
Rasanya Haechan ingin terjun bebas kalau sudah menghadapi Azel dan seluruh khayalannya. Benar-benar tidak masuk di akal dan membosankan. Haechan juga menyukai beberapa artis dari Negeri Ginseng itu, tetapi tidak fanatik seperti Azel.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAECHAN •||• Complete [✓✓✓]
FanfictionHaechan Lee atau biasa dipanggil Haechan adalah nama dari seorang laki-laki remaja berusia 17 tahun yang hidup bergelimang gemerlap kemewahan. Meskipun harta dan tahta sudah ia miliki, tetapi kasih sayang tidak pernah ia dapatkan dari wanita bernama...