BAB 03

203 23 2
                                    

'Jangan membenciku karena aku benar-benar menyayangi Mama.'

* * *

Surabaya, 26 Maret 2018 ....

Suasana hari Senin pagi di setiap sekolah di Indonesia pasti akan sama. Banyak murid yang datang lebih awal agar tidak telambat mengikuti upacara bendera. Ada juga yang terlambat hingga harus mengisi kertas poin atas kesalahannya itu terlebih dahulu agar diizinkan untuk melewati gerbang yang sudah tertutup.

Sementara itu, suasana di lapangan tempat diadakannya upacara pun tidak kalah gaduh. Sambil menunggu upacara benar-benar dimulai, para murid lebih banyak mengobrol; dari mulai bergosip, bercanda, bahkan berkelahi kecil. Sama halnya dengan Haechan dan Azel yang menjadi satu-satunya kelompok terkecil karena hanya mereka berdua saja.

Raut wajah Azel terlihat sedikit murung saat melihat ada bagian wajah Haechan yang mengalami lebam. Warna keunguan di ujung pelipis kanan itu terlihat masih sangat terang. Haechan bahkan meringis saat Azel menyentuhnya. Padahal, sentuhan itu sangat lembut dan Azel saja sampai bingung antara dia benar-benar menyentuh Haechan atau tidak.
Sebenarnya Azel sudah tahu sebab mengapa sahabatnya mendapatkan luka seperti itu. Akan tetapi, ia masih belum puas jika belum mendengar penjelasan secara langsung dan sangat akurat. Jadilah Haechan yang ditodong untuk bercerita padanya secara detail nanti saat jam istirahat sekolah.

"Awas kalau kamu tidak mau cerita!" Azel coba mengintimidasi lawan bicaranya.

"Iya, iya, nanti aku ceritakan," ujar Haechan yang kemudian tersenyum tipis.

Tanpa disadari, ternyata waktu dimulainya upacara sudah tiba. Semua murid mengambil posisinya masing-masing di dalam barisan. Haechan berdiri sedikit paling belakang karena postur tubuhnya yang mencapai 178 sentimeter; dikenal sebagai salah satu murid tertinggi di sekolah. Sementara di depannya ada Azel dengan tinggi badan 170 sentimeter yang berdiri sambil sesekali berjoget-joget kecil.

Acara yang selalu dan wajib dilakukan setiap Senin pagi itu berlangsung dengan suasana yang sangat khidmat dari awal sampai akhir. Semua murid diizinkan masuk ke kelas masing-masing. Sampai di kelasnya, Haechan dan Azel sama-sama duduk di kursi sambil menjadikan topi masing-masing sebagai kipas karena merasa pendingin ruangan sama sekali tidak menjadikan suhu menjadi rendah.

Tidak lama kemudian, guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia-Pak Endra-pun masuk ke dalam kelas. Seperti biasa, ia akan menyapa semua murid dengan penuh keceriaan. Lelaki paruh baya itu pernah berkata kalau mengawali semuanya dengan ceria dan penuh cinta, maka kita tidak akan merasa kesulitan. Sebesar apapun masalahnya, pasti akan menemukan jalan keluar yang paling benar.

Selama pelajaran berlangsung, tidak ada satupun murid yang merasa bosan apalagi sampai tidur di dalam kelas. Maka, kalian tidak perlu heran kalau mata pelajaran dibawakan guru dengan gaya rambut klimis itu menjadi yang paling favorit di sekolah bertaraf internasional tersebut.

Jam istirahat sudah datang. Pak Endra juga sudah mengakhiri kelas lima menit yang lalu. Haechan kali ini lebih memilih mengajak Azel untuk ke perpustakaan daripada pergi membeli camilan di kantin. Azel yang juga sedang dalam suasana hati yang bagus dan ingin membaca novel itupun mengiyakan saja tanpa berpikir panjang sama sekali.

Tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai di tempat tujuan, langkah Haechan dan Azel harus terhenti begitu saja karena Chenle yang menghalangi jalan. Haechan langsung mengalihkan atensinya ke arah lain; masih malas melihat wajah menyebalkan milik Chenle. Sementara itu, Azel sudah mengeluarkan segala macam ocehan dari mulut cerewetnya itu karena kesal dengan sikap Chenle.

"Saya tidak ada urusan dengan kamu," kata Chenle lantas tersenyum tipis untuk Azel.

"Tapi kamu ada urusan dengan Haechan 'kan?" tanya Azel dengan nada suaranya yang sedikit tinggi.
Chenle tidak menggubrisnya karena sudah fokus pada indahnya visual yang Haechan miliki. Hal itu membuat Azel semakin kesal. Gadis itu ingin sekali berteriak tepat di telinga Chenle kalau orang yang ditaksirnya itu adalah seorang laki-laki yang terpaksa berpenampilan seperti perempuan. Akan tetapi, Azel masih merasa dirinya waras; tidak mau membuat Haechan malu.

HAECHAN •||• Complete [✓✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang