BAB 07

160 18 1
                                    

'Meski sudah disimpan rapat-rapat, rahasia yang memuat sebuah kebohongan pasti akan segera terungkap.'

* * *

Suara deru mesin dari sebuah motor yang dikendarai seorang laki-laki itu terdengar memasuki area pekarangan luas sebuah rumah. Pemilik motor yang tidak lain dan tidak bukan adalah Chenle tersebut terlihat memakai setelan hoodie merah, celana jeans hitam, dan sepatu sport berwarna putih.

Chenle saat ini sedang berkunjung ke rumah Jisung karena harus mengerjakan tugas kelompok. Beberapa kali ia memencet tombol bel di sisi kiri bingkai pintu, tetapi belum juga ada jawaban dari sang pemilik rumah. Chenle pun coba menghubungi Jisung dan berakhir dengan kesal karena tidak juga dijawab.

Terpaksa ia duduk menunggu di teras rumah sambil bermain ponsel. Chenle adalah salah satu artis sekolah karena memiliki wajah yang bisa dikatakan tampan bak seorang pangeran. Ia juga memiliki jiwa pemimpin yang sangat kuat hingga menjadi daya tarik lebih dalam dirinya.

Saat sedang asik berbalas komentar dengan para penggemarnya di salah satu jejaring sosial media untuk berbagi foto, Chenle dikejutkan oleh suara yang sangat ia kenal. Suara milik seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil dengan sebutan Bi Euis oleh Jisung dan dirinya sendiri. Wanita yang selalu memakai daster pendek itu pun sudah dianggap seperti Ibu kedua oleh mereka.

"Chenle sedang apa di sini?" tanyanya.

"Aku mau bertemu Jisung, Bi, tapi dadi tadi tidak ada yang membukanya pintunya," jawab Chenle Yang sedikit bertingkah imut.

"Oh, begitu, tapi Jisung sedang tidak di rumah." Bisa Euis membuat Chenle terkejut.

"Ini masih jam delapan, Bi. Kenapa dia pergi pagi-pagi sekali?" tanya Chenle yang suaranya sedikit bernada kesal.

"Bibi tidak tahu, tapi tadi dia pergi dengan sepupu perempuannya."

"Siapa? Olcha?" Chenle penasaran.

"Bukan, tapi sepupunya yang lain. Bibi tidak kenal karena tadi Nyonya bilang kalau sepupunya ini sudah sangat lama tidak pernah datang kemari. Terakhir kemari saat umur satu tahun," jawab Bisa Euis menjelaskan.

"Pantas saja Bibi tidak kenal." Chenle terkekeh kecil. "Omong-omong namanya siapa?" tanyanya kemudian.

"Kalau tidak salah tadi Jisung memanggilnya Azel."

Jawaban yang di dengar dari Bi Euis itu sontak membuat rahang Chenle seolah jatuh begitu saja. Ia tidak menyangka kalau ternyata alasan mengapa mereka selalu bertengkar dan terkadang saling ejek dengan nama panggilan aneh itu karena mereka sudah saling mengenal.

Lalu, mengapa Jisung tidak pernah menceritakan hal ini padanya?

"Awas kau Jisung!"

Chenle terdengar mengembuskan napas sebal. Kaki panjangnya itu melangkah masuk ke dalam setelah dipersilahkan oleh Bi Euis. Masih dengan  rasa kesalnya, Chenle duduk di sofa dengan  sedikit membanting dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian, Chenle bisa mendengar suara seorang laki-laki dan perempuan yang tengah asik tenggelam dalam obrolan yang diselingi oleh candaan-candaan kecil; lebih banyak berisi ejekan tentang masa kecil mereka yang lucu dan sangat menyenangkan. Chenle bisa menduga kalau mereka adalah Jisung dan Azel.

Posisi sofa tempat Chenle duduk adalah yang membelakangi pintu, jadi tidak terlihat jika di rumah itu sedang ada tamu. Dua insan berbeda jenis kelamin itu terlihat terkejut bukan main saat melihat sosok Chenle yang tengah tidur tengkurap di sofa sambil menatap mereka dengan diiringi sebuah senyuman manis. Akan tetapi, bagi Jisung pribadi, senyum itu adalah sebuah tanda bahwa dirinya sudah masuk ke dalam satu masalah baru.

HAECHAN •||• Complete [✓✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang