'Aku ingin seperti ini setiap hari, tapi apakah bisa?'
* * *
Surabaya, 21 April 2018 ....
Hari ini memiliki tanggal yang selalu berwarna merah di setiap tahunnya untuk memperingati hari lahirnya Ibu Raden Ajeng Kartini. Seperti biasa, semua portal berita akan menyampaikan tentang parade atau perlombaan yang berkaitan dengan kehidupan para wanita Indonesia sebagai berita utama mereka. Bahkan, media sosial pun penuh dengan ucapan selamat hari Kartini.
Haechan yang niatnya ingin mencari berita tentang kuliner dan olahraga yang biasanya muncul di portal berita kesukaannya itu berakhir menjadi kesal sendiri. Berita-berita yang ia cari itu tenggelam. Haechan tipe orang yang malas mencari sesuatu yang sulit dicari, tetapi terkadang ia juga akan mencarinya sampai ketemu; jarang sekali.
Haechan yang bosan pun memilih untuk pergi ke dapur dan mendapati Seulgi yang tengah memasak sesuatu bersama Bibi Goo. Mereka terlihat sangat dekat hari ini. Entah Haechan yang tidak terlalu memperhatikan atau memang ia malas untuk peduli dengan hal yang tidak ia inginkan. Pemandangan seperti itu menjadi yang pertama kali ia lihat dalam hidupnya.
Ia sangat bahagia. Terlebih saat netranya menangkap sebuah senyuman indah yang terukir di bibir tebal milik Ibunya itu. Sangat jarang terjadi seorang Seulgi Kang akan tersenyum semanis dan setulus itu pada seseorang selain putri yang dicintainya sepenuh hati."Bagaimana menurutmu, Bibi Goo? Apa putriku akan menyukainya?" tanya Seulgi sambil menunjukkan sebuah nampan berisi kue kering yang terlihat begitu cantik dan manis.
"Dia pasti akan menyukainya, Nyonya," jawab Bisa Bibi Goo lantas tersenyum.
Setelah mendapatkan jawaban yang menurutnya bagus dan cukup memuaskan, Seulgi kembali tersenyum lebih lebar lagi. Tatapan matanya begitu berbinar saat menatap kue buatannya seolah ia sedang membayangkan reaksi yang kira-kira akan diberikan oleh Haechan saat nanti mencicipinya.
Puas memandangi, Seulgi pun menyusun nya ke dalam sebuah toples kaca berukuran sedang. Terlihat begitu telaten hingga membuat susunannya menjadi begitu rapi. Selesai. Seulgi pun beralih mengambil beberapa jenis sayuran dan memotong-motongnya karena ingin membuat sayur capcay kesukaan Haechan.
Di saat sang Nyonya tengah sibuk dengan dunianya, Bibi Goo tidak sengaja bertemu tatap dengan Haechan yang tengah mengintip di balik tembok. Wanita berusia lima puluh dua tahun itu sempat terkejut, tetapi kode dari Haechan yang memintanya untuk diam dan tetap bersikap biasa saja pun berhasil mengubah atmosfer yang sempat berkabut. Itu karena Bibi Goo melihat Haechan yang masih berpenampilan laki-laki.
Haechan pun kembali ke kamarnya setelah selesai memastikan kalau kondisi mental Seulgi sudah jauh lebih baik daripada hari sebelumnya. Meski ia bahagia dengan apa yang terjadi hari ini, tetapi dasar hati terdalamnya masih belum selesai dihantam oleh ribuan hujaman belati nan tajam dan mengkilap.
"Aku harap Mama selalu tersenyum seperti ini, bahkan setelah tahu kalau aku adalah Haechan bukan Haehyo."
Baru saja Haechan bergumam penuh harap. Ia berbaring telentang di atas tempat tidur empuknya sambil menatap ke langit-langit kamar dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Dikatakan tatapan sendu, tetapi itu seperti sedang menggambarkan kebahagian yang tidak bisa diungkapkan. Pun sebaliknya sama.
"Lebih baik aku tidur saja sebentar," katanya lalu beranjak pergi ke alam mimpi.
Di saat Haechan sudah terlelap, ponsel pintarnya berdering menandakan bahwa ada sebuah panggilan masuk. Entah sampai berapa kali ponselnya terus berdering, tetapi tidak ada satupun yang membuat Haechan terbangun. Hingga si Penelepon memilih untuk melakukan spam pesan singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAECHAN •||• Complete [✓✓✓]
FanfictionHaechan Lee atau biasa dipanggil Haechan adalah nama dari seorang laki-laki remaja berusia 17 tahun yang hidup bergelimang gemerlap kemewahan. Meskipun harta dan tahta sudah ia miliki, tetapi kasih sayang tidak pernah ia dapatkan dari wanita bernama...