14

10.2K 1K 251
                                    

"Seok- hoek~"

Namjoon langsung berlari meninggalkan sang istri yang hanya bisa cemberut disana.

Pasti karena makanan hasil racikannya Namjoon bisa sampai muntah begitu.

"Memangnya salah ya? Ini kan kemauan Baby" sungutnya sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Ia belajar dari mertuanya. Jika ia sangat menginginkan sesuatu saat hamil begini, bilang saja jika itu kemauan babynya.

Padahal dulu saat mengandung Soobin, Seokjin sangat acuh sekali. Tak perduli jika ia menginginkan sesuatu saat itu. Tak ada pula yang akan mengabulkan keinginannya.

Ia sendiri.

Dan itu dulu.

Sekarang Seokjin sudah memiliki suami yang bertanggung jawab padanya dan anaknya.

"Kita pulang saja"

Terkejut saat tangannya ditarik paksa. Keluar dari tempat itu.

Seokjin hanya menurut, karena Namjoonlah yang mengajaknya pulang.

-*123*-

Dalam perjalanan yang tidak terlalu lama itu, mereka hanya diam saja.

Dan disinilah mereka sekarang.

Kembali ke tempat yang baru beberapa waktu lalu mereka tinggalkan. Apartemen.

"Katakan Seokjin. Apa maksudmu dengan keinginan baby tadi?"

Mereka duduk bersebelahan, saling menatap dan dengan tangan Namjoon yang berada di bahu Seokjin.

"Maksudku ya keinginan baby, Namjoon" ulang Seokjin yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan sang suami.

"Baby yang mana?"

"Anakmu. Siapa lagi?!"

Yang lama-lama membuat Seokjin kesal juga. Ia kira otak pintar dosennya ini bisa bekerja lebih cepat.

"Anakku? Soo-"

"Bukan Soobin! Anak yang ini!"

Seokjin menunjuk ke arah perut datarnya sambil berteriak.

Namjoon yang mengikuti arah gerak tangan sang istripun terdiam. Tangannya turun dari bahu Seokjin dan sedikit memundurkan tubuh besarnya.

Menatap berulang kali pada wajah dan tangan Seokjin yang masih bersarang di atas perutnya bergantian.

Seokjinpun langsung menangkup wajah sang suami, memaksa sang suami berhenti dan hanya menatap ke arahnya saja.

"Aku hamil, Namjoon. Soobin akan punya adik"

Namjoon masih diam saja. Dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Katakan sesuatu. Kalau Namjoon menyukainya, bilang Namjoon menyukainua. Kalau Namjoon membenci-"

Ucapan Seokjin langsung terhenti saat ada yang menutup bibir tebalnya.

Bibir lainnya.

Seokjin menyukainya. Jelas. Bahkan menikmati hal yang sudah biasa ia lakukan dengan pria ini. Menutup kedua matanya perlahan, mengikuti arus.

Namun kesenangannya hanya bertahan sebentar.

Saat ia merasakan sesuatu basah mengalir disana.

Dibukanya lagi kedua matanya untuk melihat apa yang terjadi.

Kemudian membelalak dan mendorong kepala itu menjauh saat tahu apa yang barusan ia rasakan.

"Namjoon menangis?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fathers [Namjin/Minyoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang