【8】

621 127 10
                                    

.......

Brak

Eric memukul meja, dan menolehkan kepalanya ke belakang yang mana dia baru teringat jika dia duduk dikursi paling belakang. Namun, matanya membulat lebar ketika melihat sosok perempuan dengan separuh wajah, bisa dibayangkan kerangka kepala dengan daging yang tidak lengkap. Sosok itu menyeringai, mulutnya langsung terbuka lebar seolah siap memakan apapun yang berada didepannya, kepala nya juga bergerak patah-patah.

Eric membisu.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut menatap Eric heran, Eric terlihat panik hingga keringat bercucuran didahinya.

"Aarggh!" Eric berteriak histeris sampai terjatuh dari duduk. Dia langsung berlari kalang kabut keluar kelas.

"Lo kenapa Ric?" tanya laki-laki bertubuh tinggi bernama Soobin namun Eric tidak menjawab seolah menulikan pendengarannya.

"Eric!" panggil Soobin namun Eric sudah keluar jauh dari kelas.

"Dia kenapa?" semua siswa menjadi kebingungan dan berhenti mengerjakan ujian mereka.

"Tenang-tenang woy! Kembali kerjain ujian kalian!" Mark selaku ketua kelas menginterupsi. Namun mereka semua bukannya tenang, malah berhamburan tidak jelas, ada yang langsung membuat kelompok dan memperhatikan Eric.

"Gak disusul?" tanya Tzuyu.

"Biar gue yang nyusul!" Sunwoo-teman baik Eric langsung pergi menyusul Eric yang berlari entah kemana.

Jihoon yang duduk dikursi nomor dua berdiri dan beralih mendekati Lucas, "Dia kenapa?"

"J-jessi." cicit Xiyeon yang baru datang merapat ke meja Lucas.

Mereka yang mendengar ucapan Xiyeon membulatkan mata. Jangan ditanya bagaimana raut wajah Xiyeon, Mark juga Lucas kini wajah mereka benar-benar pucat dan tangan mereka mendadak dingin.

"Dia kenapa sih?" Soobin menatap keluar kelas lalu melirik kursi dimana Eric duduk tadi, "Dia lihat apaan dah? Kok kayak lihat hantu?"

"Kayaknya emang beneran hantu deh Bin sampe segitunya." jawab Arin yang ikut merinding.

"Sst diem Rin," suruh Hyunjin, "Biarin aja mereka, kita tunggu Pak Sehun."


【Terror of Death】

Di sisi lain, Eric berlari hingga ke lantai bawah gedung sekolah tepatnya dilorong menuju lab komputer. Eric yang ketakutan berjalan mundur hingga terjatuh kelantai. Dia menutup telinganya ketika mendengar suara melengking yang amat menusuk telinga.

Eric berusaha berdiri, dia terkejut melihat sosok itu yang kini berada didepannya. Eric yang hendak berteriak tertahan sebab tenggorokannya mendadak sakit seperti sedang dicekik, membuat Eric terbatuk-batuk.

Meski begitu Eric masih berusaha berlari dari sana, dia terus berlari dilorong gelap yang menuju lab komputer.

"S-siapa lo? Akh—" Eric memegangi lehernya, dia pun berhenti didepan saklar. Tangan Eric merabah saklar tersebut, berusaha untuk menghidupkan lampu disana namun ternyata listrik masih padam.

Susah payah Eric membalikkan tubuhnya untuk melihat apakah Jessi masih dibelakangnya atau tidak. Ternyata Jessi masih didekatnya, Jessi menundukkan kepalanya dan mengeluarkan ringkikan yang membuat telinga Eric semakin sakit.

"Berhenti akh—"

Eric terduduk dilantai, dia menekuk lututnya ketakutan sambil menangis. Tak lama pemuda itu mencekik dirinya sendiri, Eric menancapkan kuku-kukunya pada lehernya sendiri hingga urat-urat dileher dan wajahnya keluar, matanya pun melotot keatas. Eric sendiri sudah terbatuk-batuk dan hampir kehilangan oksigen namun dia sama sekali tidak mengerti kenapa dia terus mencekik lehernya.

Terror Of Death ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang