1.PROLOG

6.9K 304 21
                                    

"Lira, kenalkan, ini Om Aji."

Pada suatu siang, Si ibu memperkenalkan-nya pada seorang pria berpenampilan sangat necis dan berkacamata.

Lira yang saat itu masih berusia 6 tahun hanya melihat sebentar, lalu kembali merunduk.

"Selamat siang, om..." sapa-nya hampir tak terdengar.

"Siang, Lira." Pria berkacamata dan bercambang itu tersenyum ramah. "Lira cantik seperti Mama, ya.." ia memuji.

Lira menengadah. Ragu-ragu dia memperhatikan ibunya yang telah lama menjanda, saling lempar senyum dengan pandangan penuh arti kepada si Om.

Lira ketika itu hanya anak kecil polos, yang hanya bisa menyimpan semua tanya tanpa sanggup mengutarakan apa yang tengah berkecambuk dalam hati.

Yang pasti, ia tak tak akan menyangka bahwa makan siang mewahnya hari itu adalah pembuka gerbang akan nasib-nya yang dramatis.
.
.

Beberapa hari setelah makan siang, si ibu memberi tahu dirinya, bahwa ia akan menikah dengan pria bernama Aji tersebut.

Lira yang cuma mengikuti apa yang di kehendaki oleh si ibu.

Namun, yang membuat Lira terkejut. Ternyata Aji memiliki 3 orang anak dari istri- nya yang telah meninggal.
.
.

Karena Aji merupakan pengusaha sukses, otomatis pernikahan kedua Ibu-nya di langsungkan meriah.

Lira melongo ketika melihat deretan gaun-gaun pengantin di sebuah showroom, di mana dia dan ibunya tengah fitting gaun pengantin.

"Lir, cobalah." si ibu memperlihatkan dress anak berwarna pink dengan renda bunga-bunga. "Gaun ini sepertinya cocok untukmu."

Lira kecil yang hidup serba pas-pas an sejak meninggalnya sang Ayah, terpesona oleh gaun indah tersebut. Ia sampai begitu hati-hati memegang kain-nya yang terasa sangat halus di kulit tangannya.

"Pasti kau akan terlihat sangat cantik." Rona ibunya berseri-seri.

Sejak berkenalan dengan Aji dan mereka melanjutkan ke jenjang pernikahan, ibu-nya yang dulu terlihat muram, mendadak memang terlihat lebih muda dan cantik.

Lira tersenyum lebar, dia ikut bahagia melihat ibu yang selama ini banting tulang untuk hidupnya, sebentar lagi akan jadi nyonya besar.

Lira hendak mencoba dress pink itu, ketika calon Ayahnya datang bersama 3 orang anak yang mengekor di belakang-nya.

"Sudah kau pilih, Liana sayang?" Aji langsung mengecup sesaat kening ibu Lira.

Lira yang melihatnya memalingkan muka dengan kedua pipi memerah. Orang tuanya yang bersikap mesra di tempat umum. Namun, dia yang malu.

"Belum, " Liana menjawab. "Baju-baju di sini sangat bangus. Aku kebingungan." ia terkekeh sembari menatap calon suaminya yang duda tampan.

"Bagimanan denganmu, Lira?" gantian Aji bertanya pada Lira yang berdiri di tengah-tengah mereka sambil menenteng dress pink yang di berikan si ibu.

"Su, sudah...Om." jawab Lira serayak menunjukkan dress di tangan.

"Baguslah." Pria itu sumringah, lalu mengacak rambut panjang Lira yang di kuncir ekor kuda.

Lira yang masih menganggap Aji orang asing, tertunduk canggung.

"Oya, kenalkan, mereka akan menjadi saudaramu Lira." Aji memberi kode pada anak-anaknya agar maju ke depan.

Dengan patuh, atau lebih tepatnya terpaksa patuh, ketiganya berjalan ke arah Ayah dan calon ibu serta adik tiri mereka.

"Ini Lira, anak dari Tante Liana." Aji memperkenalkan.

PSYCHOPATH LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang