13.PESONA

1.6K 91 15
                                    

"Liraaa...!" Terdengar suara seseorang memanggil namanya.

Gadis yang siang itu mengelung rambut panjang bergelombangnya karena cuaca yang panas itu menoleh ke sumber suara, di lihatnya Anya sudah berlari-lari mendekatinya.

"Masalah..." Lira berucap dalam hati.

"Gimana...?" tanya Anya setelah dekat. "Sudah bilang belum sama Kak Johan...?" Wajahnya terlihat sangat antusias.

Lira tak langsung menjawab, ia berjalan ke pinggir lapangan dengan Anya yang mengekor di belakang, kemudian duduk di sebuah bangku panjang terbuat dari besi yang berada di bawah Pohon Mangga yang banyak tumbuh di lingkungan Kampus.

"....Kakak bilang kau cantik." Lira berkata setelah tadi ia sempat menimbang-nimbang akan membantu Anya untuk dekat dengan Kakaknya atau tidak.

"Benarkah...??" Anya tak percaya, mata nya yang besar berbinar menatapnya dengan rona kemerahan pada pipinya.

"Sepertinya dia beneran suka Kakak..." Lira berucap dalam hati saat melihat ekspresi Anya yang girang mendengar kata-katanya.

"Bilanga apa lagi Kak Johan...?" Anya bertanya dengan penuh semangat. Di peluknya lengan Lira dengan kedua tangannya sambil duduk lebih dekat, bahkan menempel pada gadis itu.

"Dia bilang kau agresif..." Lira mencibir dalam hati. Ia benar-benar tidak suka dengan sikap Anya yang terlihat sekali mendekati dirinya karena ada maunya. "Kakak cuma bilang itu..." jawabnya bohong.

Gadis berambut pendek itu terlihat kecewa dengan jawaban yang ia dengar. Anya berharap, Seniornya itu akan berkata lebih tentangnya.

Namun wajah murung itu hanya sesaat, sebelum kembali cerah ceria seperti biasa.

"Kak Johan benar belum punya Pacar kan...?" Tanya Anya yang membuat Lira menghela nafas panjang diam-diam

Pandangan Lira lurus menatap teman-teman Mahasiswa baru nya yang sedang bercengkraman di pinggir lapangan.

"Benar, kak Johan belum punya pacar dan dia juga bilang nggak masalah kalau kau menyukainya." Jawab Lira sambil menoleh sesaat ke arah Anya yang duduk di sebelahnya.

"Yeess...! Yeess...!!" ia melompat-lompat kegirangan. "Makasiih calon Adikku." Anya memeluk Lira erat dan mengguncang bahu nya dengan penuh suka cita.

"Calon Adik...??" Kening Lira berkerut, namun ia membiarkan Anya menguncanf dan memeluknya berkali-kali.

"Lir...?" Suara seorang Laki-laki terdengar, sontak 2 orang gadis yang sedang heboh dengan apa yang mereka lakukan menoleh ke arahnya.

Johan dan Sonia telah berdiri di dekat mereka, membuat baik Lira atau pun Anya membeliakkan matanya.

"Kakak...?" Lira langsung berdiri di ikuti Anya yang tak henti menatap tangan Sonia yang melingkar di lengan Lelaki yang kali ini pun terlihat tampan dengan hanya kaos warna merah dan rambut nya yang masih terlihat basah.

"Kau pulang mintak jemput Sopir ya, aku ada urusan, jadi nggak bisa pulang bareng." Johan berkata sambil mengelus puncak kepala Adiknya.

Merasa di perhatikan, Sonia tersenyum pada Anya yang jelas-jelas menunjukkan kecemburuan terhadapnya. "Siapa dia Lir..? Teman baru..?" Basa-basi Sonia bertanya.

"Ah..i, iya Kak..." jawab Lira tak enak hati.

"Waaah...baru lulus SMA sudah pintar dandan yaa..??" Sonia tersenyum. Dan walaupun kata-kata yang keluar dari wanita berambut panjang dengan rok mini warna merah dan atasan warna hitam nya itu memuji, tapi terlihat sekali dari nada nya jika ia sedang mengejek.

"Pinter dong kak, supaya bisa merebut hati Senior yang ganteng seperti Kak Johan ini." Anya tersenyum lebar ke arah Lelaki tinggi di depannya.

Johan terkekeh mendengarnya.

Sonia tersenyum sinis. "Mungkin Senior lain bisa kau rebut hatinya hanya dengan berdandan seperti ini." Ucap nya sambil memainkan rambut panjanganya yang tergerai bebas. "Tapi untuk merebut hati Johan..." Ia melirik Lelaki yang berada di sebelahny "Kau butuh hal lain..." ia kembali melihat ke arah Anya dan tersenyum.

Lira yang berada di antara mereka hanya diam dengan wajah tak enak. "Baru masuk Kuliah sudah seperti ini..." runtuknya dalam hati. Di liriknya Kakak Lelakinya, berharap Kakaknya itu menghentikan perdebatan, atau segera mengajak Sonia untuk pergi dari situ.

Tapi Kakaknya itu hanya diam sambil sesekali terkekeh melihat 2 orang wanita yang berdebat karena dirinya itu.

"Kak Johan !" Anya yang bertubuh mungil tapi bersuara lantang itu memanggil namannya, membuat fokus nya terarah sepenuh nya ke Anya.

"Dia bukan Pacar Kakak, kan ??" Tunjuk Anya pada Sonia yang tadi berhasil mengalahkannya dalam debat, bahkan sampai membuat emosi nya terpancing karena sindiran pedas nya.

Johan memiringkan wajahnya menatap Wanita yang tangannya masih melingkar di lenganya.

Sonia menatap Johan dalam-dalam, ia berharap Johan mengatakan sesuai dengan apa yang di harap oleh nya.

"Kemarin Kakak bilang nggak punya pacar kan ??" Wajah Anya terlihat merah padam karena kesal.

"Sudahlah..." Lira mencoba menegahi. "Ayo kita ke Kantin, aku lapar." di tarik nya lengan Anya agar mengikutinya. Tapi teman yang baru kemarin di kenalnya itu tidak mau beranjak dari tempatnya.

Johan tersenyum melihat gadis yang masih menatap menuntut jawaban dari nya. "...Kau benar, aku tidak punya pacar." ia menjawab.

Mulut Sonia mengangga tak percaya mendengar apa yang Johan katakan, keningnya berkerut dan ia langsung melepas pegangan tangannya.

Anya tersenyum menang mendengarnya, sebaliknya, Sonia yang tidak bisa apa-apa. Bahkan untuk marah pada Johan pun tidak bisa ia lakukan. Akhirnya dengan wajah merah padam menahan malu dan emosi, ia pergi dari situ.

Lira tak habis pikir dengan Kakaknya, yang hanya diam melihat kepergian wanita yang baru saja mengandeng lengannya dengan mesra.

"Aku senang kalau ternyata Kakak nggak punya hubungan apa-apa dengannya." Anya memandang Johan senang.

"Begitulah..." Lelaki dengan alis tebal nya itu tersenyum.

"Aku nggak tahu kalau Kakak setega ini..??" Lira berucap dalam hati. "Aku saja mengira selama ini Kak Sonia itu pacaran dengan Kak Johan." kening Lira berkerut menatap Lelaki yang masih tersenyum dan mengobrol dengan Anya.

"Kak Johan pasti tahu kan, kalau aku....suka Kakak..??" Anya berpindah tempat dan kini sudah berdiri menempel pada sisi kanan Johan.

"Apa-apaan...??Kenapa semua wanita jadi nggak punya malu karena Kakaku...??" Lira berkata dalam hati, ia benar-benar tak habis pikir, kenapa 2 wanita rela kehilangan harga diri dan rasa malu nya hanya untuk seorang Lelaki.

Johan masih tersenyum dan membiarkan Gadis berambut pendek yang masih memakai seragam OSPEK warna putih-hitam itu mengesek-gesekkan dada nya pada lengannya.

"Aku tahu." jawabnya singkat.

"Kalau begitu...boleh aku jadi pacar Kakak...??" Tanyanya sambil memandangi wajah rupawan Johan yang telah membuatnya terpesona sejak pandangan pertama.

Lira langsung duduk di bangku yang tadi ia duduki, ia sudah tidak mau tahu lagi tentang Anya maupun Kakaknya.

"Terserah lah..masa bodoh." Ucap Lira dalam hati.

Johan tetsenyum melihat raut kesal Adik tirinya. " Coba kau tanya Lira." Ucap Johan membuat Lira mendongkak ke arahnya. "Kalau Lira membolehkan...maka aku menerima mu jadi Pacarku." lagi-lagi Johan tersenyum.

PSYCHOPATH LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang