2.MAHASISWA BARU

3.6K 227 8
                                    

"Tidak,ungkapkan.Tidak,ungkapkan..." Lelaki berusia 23 tahun dengan kaos warna abu tua dan tengah duduk di halaman depan rumah mewah keluarga Prawira itu bergumam.

Kepalanya menunduk dalam dan sedang asik mencabuti kaki laba-laba yang tak sengaja melintas dan ia tangkap.

"...Tidak,ungkapkan...?" ia menarik kaki terakhir dari Laba-laba malang tersebut, kemudian membuang hewan malang tak berkaki itu begitu saja.

Dia menghela nafas panjang penuh keputusasaan yang di buat-buat,lalu menengadahkan kepala pada kursi taman.Di pandangi langit pagi yang berwarna biru cerah dengan awan yang berarak dengan posisi kepala terbalik.

"Harus di ungkapkan,tapi bagaimana mengungkapkan?" Ia berkata seorang sendiri.

"Kak Johan,sedang apa?"

Suara wanita erdengar,membuat lelaki itu mengangkat kepala dan melihat ke sumber suara.

"Kau tanya aku sedang apa,Lir?" ia balik bertanya pada adik tirinya yang kini tumbuh cantik dengan rambut ikal panjangnya.

"Buku ku tertinggal dan aku lupa menaruhnya di mana semalam." bibirnya mengerucut.

"Dasar ceroboh." Johan bangkit dari duduknya,kemudian menyentil kening Lira pelan.

Gadis itu meringis sambil mengusap keningnya yang tak sakit.

Di ikuti langkah kakak tirinya tersebut ke arah Mobil Cevrolet Camaro RS warna metalic yang terparkir tak jauh dari situ.

"Kakak kebiasaan." Lira kesal sambil pura-pura kesakitan.

Johan hanya tertawa seraya menyalakan mesin mobil.

Tak lama mobil warna metalic tersebut keluar dari gerbang Rumah mewah dengan pilar-pilarnya yang kokoh dan memiliki beberapa Paviliun serta taman indah beserta kolam renang di belakang.

Dulu ketikapertama kali tinggal di Rumah ini, Lira seperti sedang bermimpi.Apalagi sikap dari kakak-kakak tirinya yang ia kira akan seperti di film-film,jahat terhadap anak dari Ibu sambung.Tapi ternyata tidak.Mereka hidup rukun berempat dengan dirinya.

Tak seperti dugaan Lira yang dulu mengira akan akrab dengan Jasmine, namun dalam tahun-tahun yang di lalui,ka justru lebih dekat dengan Johan.

"Mungkin karena jarak usia ku dengan Kak Johan dekat." Pikir Lira dalam hati.

Johan memang yang menjaga dan lebih sering bersamanya.Dia pula yang mengantar dan menjemput Lira sejak lelaki itu bisa menaiki kendaraan. Bersekolah di tempat yang sama dan membantu Lira dengan sepenuh hati.

"Dulu aku pikir kak Johan dingin,namun dia begitu baik dan hangat." Lira tersenyum dalam hati.

Dan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kali ini pun Lira berkuliah di tempat yang sama dengan Johan.

"Aku tidak menyangka kau bisa masuk Jayabaya dengan nilai mu yang pas-pasan." Johan terkekeh,lalu melihat Lira yang duduk di sampingnya sesaat, sebelum kembali berkonsentrasi menyetir.

"Meremehkan sekali." Lira menjulurkan lidah ke arah Kakaknya. "Aku kalau sudah berusaha,pasti lebih pandai dari Kakak." ucapnya sombong.

Johan terbahak.

"Apa kalau nggak berusaha,itu artinya kau bodoh Lir?"ia bertanya.

Seketika wajah Lira merah padam,dia  sadar salah bicara,namun enggan mengakui.

"Pokoknya aku ini juga pintar."Lira berkata untuk menutupi rasa malu.

Johan tergelak melihat raut cemberut Lira yang tak mau kalah.

"Aku memamg sial punya Kakak seperti mu." Lira mengerutu,lalu menyandarkan punggung pada jog dan melipat kedua tangannya ke dada.

Mobil itu terus melaju lurus melewati jalan raya yang padat,sebelum berbelok ke sebuah Gedung dengan pintu gerbangnya yang tinggi terbuat dari besi.

Tulisan besar bertulis UNIVERSITAS JAYABAYA menyambut mereka.Mobil itu terus lurus,lalu berbelok lagi ke lahan parkir luas yang berada di samping gedung.

Hari ini Lira menjadi Mahasiswa Baru,dan di wajibkan menjalani OSPEK. Tidak seperti OSPEK-OSPEK lain yang identik dengan perpeloncoan.Di Universitas Jayanaya OSPEK hanya pengenalan pada lingkungan kampus dan kegiatan Organisasinya saja.

Biasanya Mahasiwa baru di kelompokkan ke dalam 3-5 Mahasiswa baru yang akan di bimbing selama 3 hari oleh Senior untuk mejalani OSPEK tersebut.

"Kak, aku cemas banget..." Lira meraih lengan Kakaknya saat mereka telah turun dari Mobil dan berjalan ke Lapangan utama yang berada di tengah Kampus yang bentuknya melingkar itu.

Di sana lah nanti Lira akan bergabung dengan Mahasiswa baru lainnya.

"Aku lebih cemas padamu Lir..." Johan terdiam sambil mengamati Adiknya yang hari ini memakai kemeja putih dan rok pendek warna hitam dengan papan nama dirinya yang terbuat dari kardus bekas, yang terkalung pada lehernya.

"Kakak cemas apa...??" Kening Lira berkerut sambil mengoyang lengan Johan yang di pegangnya. Lira pikir Kakaknya itu sedang berpura-pura dan hanya ingin mengerjai nya seperti biasa.

"Karena kau cantik..." Johan memandangnya dengan sorot mata tak biasa, sayang Gadis polos itu tak begitu memperhatikannya.

"Aku kan sejak dulu memang cantik !" Lira berkata bangga.

Johan tersenyum lebar mendengarnya, namun matanya yang berwarna hitam tetap menyorot tajam ke arah Adiknya tersebut.

Memasuki area lapangan luas yang sudah di penuhi dengan Mahasiswa dengan seragam putih-hitam seperti yang ia kenakan, Lira segera melepas pegangan tangannya pada lengan Johan.

Beberapa Mahasiswa Senior yang memakai Jas Almamater warna abu tua secara serempak melihat ke arah Johan yang berjalan dengan Lira di sebelahnya, dan itu membuat Gadis berkuncir tersebut menjadi tak enak.

"Reen...!" Panggil Johan saat melihat seorang Laki-laki berambut rapi dengan Jas Almamaternya di antara gerombolan Mahasiswa baru.

Laki-laki itu menengoj ke arah Johan, dan segera berlari ke arahnya yang berada di pinggir lapangan.

"Kak Johan ke sini...?? Bukannya ada rapat BEM di Gedung sebelah...?" Tanya laki-laki itu setelah dekat.

"Iyaa, aku cuma mengantar Adikku." Jawabnya sambil menunjuk Lira.

"Oh, Adik Kak Johan yaa..??" Laki-laki dengan wajah yang ramah itu tersenyum.

"Halo Kak..." Sapa Lira ramah.

"Lir, dia Rendy. Junior ku di Judo dan tae kwon do, sekaligus Ketua OSPEK tahun ini." Johan mengenalkan Lelaki itu pada nya. "Kalau ada apa-apa, kau tanya lah padanya..."

Laki-laki bernama Rendy itu kembali tersenyum, membuat wajah Johan terlihat dingin sesaat.

"Saya mintak tolong yaa Kak, nanti..." ucap Lira kepada Rendy.

Melihatnya Johan langsung memegangi kedua pundak Adiknya supaya melihat ke arahnya, kemudian memeluknya sesaat.

Walaupun hanya sesaat, tentu saja Lira terkejut, karena di situ sedang banyak orang. Dan orang-orang itu sejak mereka datang sudah memperhatikannya.

Lebih tak enak lagi, saat Lira melihat ekpresi terkejut dari Rendy yang berada di sebelah mereka.

"Lir, ingat." Johan berkata pelan tepat di depan wajahnya yang hanya berjarak sejengkal dengan kedua tangannya yang masih berada di kedua bahunya.

Lira memandang Kakaknya dengan wajah memerah dan gelisah karena di perhatikan orang-orang. Namun ia berusaha mengabaikan dan berkonsentrasi pada ucapan Kakanya.

"Jangan dekat-dekat dengan siapa pun, apa lagi seorang laki-laki tanpa sepengetahuan ku." Johan berkata pelan, hampir seperti bisikan. Namun matanya tajam menatap Adik Tiri nya tersebut. "Dengan siapa pun kau berteman, harus atas ijinku." Johan kembali berbisik, kali ini tepat di telingan Adik perempuannya, yang membuat tengkuk leher Lira langsung meremang.

PSYCHOPATH LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang