Jingon dan Yuvin berbaring di ranjang Yuvin dalam keadaan telanjang. Jingon memeluk Yuvin dari belakang sambil terus mengecup lehernya menciptakan ruam-ruam merah yang baru akan hilang dalam beberapa hari.
"Ish Jingon berenti bikin love mark! Gue mau live ntar"
Yuvin mencoba menjauh tetapi Jingon malah semakin mendekapnya erat, membuatnya terjebak dipelukannya. Yuvin membalikkan badannya menghadap Jingon, memohon untuk dilepaskan dengan tatapan anak anjingnya,
"Jingon buruan lepas, gue mau ngelive"
"Nggak mau, masih kangen sama lo"
"Tapi gue udah janji sama michu buat ngelive hari ini"
"Kan bisa pake voice only, lagian leher kamu banyak bercak-bercak merahnya"
"Gara-gara lo! Sana keluar dari kamar gue"
"Nggak mau, pengin ngeliat lo ngelive"
"Enggak boleh! Ntar lo pasti aneh-aneh. Kalo mau lihat dihp aja!"
"Kan yang asli ada didepan mata ngapain nonton dihp Vin"
Sadar nggak bisa melawan kekeraskepalaan Jingon, Yuvin memulai voice only-nya dalam pelukan Jingon.
Satu jam lebih berlalu tanpa gangguan dari Jingon, saat tiba-tiba tangan nakal kekasihnya itu beraksi. Memainkan kedua putingnya bergantian. Memilin dan menarik kasar putingnya, memainkannya seenak hati membuat Yuvin menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahan yang mengancam akan lolos dari mulutnya.
Yuvin nyaris memekik saat jari telunjuk kekasihnya memasuki lubang senggamanya, ia menjauhkan ponsel digenggamannya sebelum berbisik,
"Jingon jangan macem-macem!" Ucap Yuvin panik
Jingon mengabaikan ucapan Yuvin dan malah menambahkan jari kedua, mengeluar-masukan jarinya cepat sambil sesekali membuat gerakan menggunting untuk melebarkan lubang kekasihnya,
"Jingon berhenti sh ah sebentar! Gue tutup live-nya dulu"
Seolah nggak denger Jingon menaikan tempo permainan jarinya di dalam lubang Yuvin sambil terus memainkan putingnya
"Cepet tutup live-nya sebelum gue gempur lubang lo habis-habisan" bisik Jingon yang membuat Yuvin merinding
"Em michu live kali ini sampai sini aja ya, annyeong!" Pamit Yuvin sebelum mematikan aplikasi vlive-nya.
Yuvin terkesiap saat kedua kakinya diangkat ke atas bahu dan penis Jingon memasuki analnya dalam sekali hentakan.
Segera kamar itu dipenuhi suara desahan mereka berdua. Beberapa menit setelahnya Yuvin menyemburkan air maninya yang berceceran di perut dan dadanya, disusul Jingon yang keluar di dalam lubang analnya.
Jingon pergi ke kamar mandi dan kembali membawa semangkuk air dan handuk kecil untuk membersihkan tubuh Yuvin yang kotor terkena sperma mereka berdua. Setelahnya ia memeluk Yuvin eret dan menyusul kekasihnya yang sudah tertidur ke alam mimpi.