Yuvin duduk dipojok kafe tempat yang biasa ia tempati jika ingin bertemu dengan Yohan di kafe milik kekasihnya itu.
Yena, Salah satu pelayan yang sudah dikenalnya menghampirinya, menanyakan camilan apa yang mau ia makan sembari menunggu Yohan datang,
"Halo Yuvin, mau pesen apa?"
"Hai kak, nggak mau pesen apa-apa kak, gue cuma sebentar disini"
"Yakin? Gue ambilin minuman kesukaan lo deh ya?"
"Nggak usah kak"
"Oke kalo lo nggak mau, tapi kalo nanti lo pengin pesen panggil gue aja oke?"
"Iya kak"
Setelah kepergian Yena, Yuvin duduk termenung sambil memainkan jari jemarinya, sampai nggak sadar akan kedatangan Yohan.
"Vin kok belum pesen? Aku panggilin pelayan ya"
"Nggak usah Han"
"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Yohan khawatir, enggak biasa Yuvinnya yang selalu ceria mendadak murung gini,
Yuvin nggak menjawab pertanyaan Yohan dan malah balik melempar pertanyaan,
"Kamu nggak mau cerita sesuatu ke aku?"
"Cerita apa? Kan aku selalu cerita apapun ke kamu"
"Yakin?"
Yohan menggenggam tangan Yuvin dan meminta pujaan hatinya untuk menatap matanya,
"Kamu kenapa sih, ayo cerita jangan bikin aku cemas"
Yuvin mengerjapkan matanya beberapa kali, menghalau air mata yang siap meluncur turun
"Kemarin kamu kemana aja?"
"Kan aku udah bilang Vin, kemarin aku nemenin mama belanja"
"Kemarin aku nganter kakak ke percetakan punya temennya, terus aku ngeliat dua cowok lagi nyetak undangan buat pernikahan mereka. Mereka kelihatan bahagia banget"
"Kamu murung gara-gara ini? Sabar ya? Aku mau ngumpulin uang yang banyak dulu sebelum nikahin kamu"
Seakan nggak mendengar perkataan Yohan, Yuvin terus melanjutkan ceritanya yang terpotong,
"Tau nggak aku kaget sama sedih banget waktu ngeliat mereka? Ngeliat pacar dan sahabat aku sendiri ngerencanakan pernikahan mereka dibelakang aku"
Yuvin menarik tangannya dari genggaman Yohan, menghapus air matanya yang jatuh tanpa permisi, lantas beranjak pergi karena demi tuhan dadanya sesak sekali,
"Vin dengerin dulu please! gue bisa jelasin semuanya. Aku dijodohin sama orang tuaku, aku nggak bisa nolak. Ini demi perusaahan keluarga aku sama Hangyul biar semakin maju"
Mendengar itu, Yuvin tertawa hambar, semakin merasa sakit hati akan penjelasan kekasihnya.
"Kita udah tunangan dua tahun Yohan! Kamu dan keluargamu anggep apa aku selama ini?! Kalo emang kita nggak bisa bersatu harusnya kamu kasih tau aku biar aku nggak terus berharap sama kamu!"
"Aku nggak mau kehilangan dan nyakitin kamu Vin!"
"Nggak mau nyakitin? Justru yang kamu lakuin sekarang nyakitin aku banget! Seandainya aku kemarin nggak liat kamu sama Hangyul, aku mungkin nggak akan pernah tau kelakuan kalian dibelakang aku selama ini! Aku mohon setelah ini jangan pernah hubungin aku lagi"
Yuvin melepaskan cicin tunangan dijarinya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Yohan. Yohan menendang kursi dan meja disekitarnya hingga menimbulkan kegaduhan.
"Argh sial!"
#Two years later
Selama dua tahun Yohan berusaha mencari keberadaan Yuvin, tapi nihil, ia seolah hilang ditelan bumi. Yohan membatalkan pernikahannya dengan Hangyul dan terus bekerja keras untuk memajukan perusahaan keluarganya hingga sesukses sekarang. Tapi Yohan nggak pernah merasa puas dan bahagia dengan kesuksesan yang diraihnya karena ia telah kehilangan sesuatu yang lebih berharga dihidupnya, Song Yuvin.
