tanggung jawab

22 2 1
                                    

Bukan melampiaskan, namun terkadang kita
membutuhkan orang lain untuk melupakan seseorang.
~Sahira anodariolla

Typo bertebaran!

                                        ---
Selama diperjalanan abri mengajak sahira mengobrol. Walaupun sahira hanya mendengar beberapa kata yang di ucapkan abri selebihnya ia tidak mendengar.

Bahkan Ia akan bertanya beberapa kali apa yang abri ucap. Selebihnya hanya seperti angin lewat. Ia hanya menjawab "iya " , "tidak" kemudian hanya menggeleng dan mengangguk saja.

" ra " panggil abri

" ha.. " sahut sahira

" gue mau ngomong serius " ujar abri

" iya " jawab sahira

" ra sejak awal gue ketemu lo sebenarnya gue udah suka sama lo dan gue merasa nyaman bareng lo " ungkap abri sambil mengontrol detakan jantung yang tak karuan.

" iya " jawab sahira bingung.

" ra lo maukan jadi cewek gue? " tanya abri to the point.

" ha...apa " jujur saja sahira tidak mendengar apa yang abri ucap.

Abri menarik napas kemudian mengucapkan kembali kalimat sakral itu. " lo mau kan jadi cewek gue " abri menunggu jawaban dari sahira.

Sahira kesal entah apa yang diucapkan oleh abri. Apakah lelaki itu tidak bisa berbicara nanti setelah sampai tujuan.

" ha.. Iyaa " ucap sahira kencang. Entahlah yang penting sekarang ia sudah menjawab apa yang abri katakan.
Abri mengulas senyum dibalik helmnya ketika mendegar jawaban sahira.

Tidak tahu kah cowok itu jika berboncengan dimotor dan mengajak orang yang ia bonceng berbicara itu tidak akan terdengar. Sekarang sahira merasa goblok seutuhnya.

Abri hanya mengajak sahira makan kemudian mengantarnya pulang. Mengingat waktu semangkin sore. Abri sedari tadi tidak berhenti tersenyum.sahira heran dibuat nya.

" makasi ya  " ucap sahira kemudian berbalik ingin segera masuk ke dalam rumah.abri hanya tersenyum pada sahira.

Abri mencekal tangan sahira." ra.. Makasi ya " ucap abri.

" makasi untuk apa " tanya nya bingung dengan sikap abri.

" lo mau terima gue "

" HAA.. Apa " sahira kaget mendengar perkataan abri.
Kapan lelaki itu menyatakan perasaaannya perasaan sahira tidak pernah mendengar.

" emang lo ada nyatain perasaan ke gue? " tanya sahira

" Ada " jawab abri

" kapan? "tanya sahira polos.

" pas dimotor " sahira langsung menepuk jidatnya. Ia mengingat beberapa kali abri mengajak nya ngobrol tapi ia tidak sepenuhnya mendengar.

" abri maaf, gue tadi gak denger lo ngomong apa, jadi gue jawab " iya " aja " ujar sahira merasa bersalah.

Abri tersenyum " gak apa,gue ulang "

Abri menggenggam kedua tangan sahira " ra lo maukan jadi cewek gue? " ucapnya.

Sahira menatap mata abri, sorot matanya begitu tulus. Jantung sahira berdetak kencang.bahkan ia merasa seperti ada bom di jantung nya yang sebentar lagi ingin meledak.
Sahira bedeham untuk menetralkan jantungnya
" ehkem, i-iya gue mau "

" tuh kan sebenarnya gak perlu gue ulang " ujar abri

" kenapa? " tanya sahira heran

" gue udah tau lo pasti jawab  iya " ucap abri dengan pedenya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KIESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang