Kim Taehyung sedang bersedih sekarang. Ya, bersedih. Di depan ruang rawat pamannya, duduk, meraup udara, membasahi wajah tampannya dengan kehampaan.
"Maaf tuan. Jika anda tidak lekas membayar pengobatan paman anda, dengan terpaksa kami harus mencabut alat - alat penopang hidup paman anda tersebut. Kami benar - benar harus melakukan itu, sebab masih banyak pasien di luar sana yang juga membutuhkan ruang untuk menjalani pengobatan."
Ucapan yang baru lima menit lalu ia dengar, kini terlintas lagi diingatan. Aku harus bagaimana. . . batin Taehyung, hilang akal.
Sebagai seorang pemuda yang putus sekolah dan hanya bekerja di restoran kecil, ia tidak memiliki harapan untuk bisa mendapat penghasilan lebih demi membayar perawatan pamannya— setidaknya untuk menjamin pengobatan tidak dihentikan oleh Rumah Sakit.
Penghasilan bulanan dari bekerja di restoran kecil saja hanya cukup untuk kebutuhan pokok. Sejauh ini ia membayar pengobatan pamannya karena pekerjaan paruh waktu— di minimarket dan cafe - cafe malam, tapi sialnya tadi pagi, karena alasan tidak bisa menggaji pekerja lebih, Taehyung di PHK.
"Aarrgghhh!"
"Omo kamchagiya!"
Taehyung mendongak, ikut kaget mendengar pekikan dari suara yang familiar di telinga, suara Jung Hoseok, sahabat karibnya. Pria itu sedang mengelus dada sekarang.
"Tidak ingin minta maaf karena membuatku terkejut ha?" tanya Hoseok kesal.
"Mianhae Hyung," balas Taehyung datar. Membuat Hoseok menghela nafas geram. Ia paling tidak suka Taehyung yang murung dan diam seperti itu.
"Eoh, Taehyung-ah, ada apa? Bagaimana kondisi pamanmu?" tanya pria itu kemudian.
"Kau bisa menebaknya."
Hoseok melirik Taehyung tajam. Namun, lama - lama dia menghela nafas lagi, melembutkan pandangannya. Kemurungan Taehyung sudah menjelaskan semua, kondisi saat ini sedang tidak baik, dan Hoseok merasa prihatin. Ia tepuk bahu tegap sosok di sebelahnya, berusaha memberi kekuatan dari sana, namun jelas percuma. Taehyung sudah teramat jatuh. Terpuruk. Sejak kepergian orang - orang tercintanya— keluarga dan kekasih. Hanya pamannya lah satu - satunya alasan Taehyung tetap hidup. Namun pria paruh baya itu sedang sekarat di balik tembok tempatnya bersandar sekarang.
"Apa pendosa selalu mendapat ujian seperti ini Hyung? " tanya Taehyung tiba - tiba. Pertanyaan yang selalu ia ajukan jika akal sudah di ujung nalar.
"Tae--"
"Berhenti mengajariku untuk berpikir positif jika kau hanya ingin membuatku merasa lebih baik, sedangkan untuk penyelesaiannya tidak."
"Dengarkan aku sekali ini saja. Mungkin yang lalu, aku hanya memintamu berpikir positif, tapi kali ini," Hoseok mengeluarkan selembar kertas brosur. "Lihat, aku menemukan ini." kata Hoseok.
Taehyung melirik kertas yang tersohor di depannya, mengambil alih kertas itu.
"Aku mendengar kau dipecat, dari rekan kerjamu saat aku menyusulmu di minimarket tadi, dia juga yang memberitahuku kau kemari, dan aku menemukan itu diperjalanan."
"Hyung? "
Hoseok tersenyum tulus. "Maaf Tae, aku hanya bisa membantumu seperti ini," katanya. Membuat Taehyung menghela nafas panjang.
"Gwaenchana Hyung, gomawo, tapi. . . Kau yakin aku bisa diterima di sini? Menjadi,
babysitter? "
• • • " Stupid, I Love U! " • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVERS [VMIN]
FanficKumpulan story VMIN All genre with love Bahasa baku, semi baku, non baku . . Homophobic leave aja, ntar ketularan karena sekalinya vmIN, kalian ga bisa vmOUT 👼 BUAHhhhhhh