(17) : Papa

697 106 13
                                    

Happy Reading📖

Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar seorang gadis pemalas yang bernama Ayra itu. Di atas king size yang berukuran besar terdapat dua makhluk yang masih setia dengan mimpi indahnya, Ayra dan Olive saling bergumal dengan selimut masing-masing.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, namun tampaknya kedua gadis itu belum menampakkan tanda-tanda ingin bangun dari tidur.

Tok tok tok..

Terdengar bunyi ketukan dari arah pintu. Olive mengernyitkan matanya karena terusik oleh suara ketukan pintu itu.

Tok ... tok .... tok

Sekali lagi, suara ketukan pintu yang lumayan cukup keras dan otomatis membuat Olive harus bangun dari mimpi indahnya. Matanya mengerjap mamandangi sekitarnya, dan ia baru sadar ternyata satu malam tidur di rumah Ayra.

"Ayra, Olive kalian belum pada bangun?" Tanya suara bariton dari balik pintu.

"Iya om, Olive udah bangun, tinggal bangunin Ayra nih om!"  Ujar Olive dengan suara sedikit keras.

"Oke, om tunggu kalian sarapan diruang makan yah. Om udah masak nasi goreng." Tio memang selalu menyempatkan memasak sarapan untuk anak gadis semata wayangnya itu sejak kepergian sang istri dan terbiasa hingga sekarang.

Jika kalian bertanya, kenapa Tio tidak memilih menikah lagi? Kan kalau menikah lagi, nanti Ayra punya ibu yang bisa merawat Ayra dan Tio kan? Jawabnya singkat. Tio memilih menjadi single parent karena ia sangat mencintai mendiang istrinya, ia tidak menginginkan perempuan lain sebagai pasangan hidupnya. Suami setia guys!

"Siap om." Jawab Olive.

Olive meregangkan pergelangan tangannya, ia menatap Ayra yang tertidur dengan gaya tengkurap.

"Ayra!!" Seru Olive sambil mengguncang bahu gadis yang masih setia dengan mimpi indahnya.

"Ehm." Gumam Ayra.

"Bangun, kita sarapan yok, disuruh sama bokap lo!"

Ayra masih tak berkutik, tangannya terulur menggaru-garuk hidungnya dan mengambil sesuatu yang berukuran kecil dari sana.

"Woy, bangun gak lo!" Seru Olive dengan suara kesal.

Ayra mengerjap-erjapkan matanya dan terlonjak kaget, seketika ia bangkit dari tidurnya dan berlari kearah kamar mandi yang tersedia di dalam ruang tidurnya.

"Mampus, kita terlambat sekolah Liv, gilaa kenapa lo gak bangunin gue dari tadi!" Ujar Ayra sambil berlari kearah kamar mandi.

Bruk...

Jidat Ayra menabrak dinding, ia mengira bahwa sudah memasuki pintu kamar mandi padahal yang baru saja ia masuki itu adalah dinding kosong yang tak berdosa, alhasil jidat mulusnya tercium oleh dinding tak bersalah itu dan timbullah benjolan dijidat gadis petakilan itu.

"Wadidaw, Jidat gue aw sakitt huaaaa." Ayra meringis kesakitan sambil mengusap-usap jidatnya yang sedikit benjol.

Olive berjalan kearah Ayra dan melihat keadaan sahabatnya itu.

"Kenapa lo?" Tanya Olive sedikit panik.

"Pake nanya lagi, ini gue kejedot ama nih dinding. Lagian dari tadi lo udah bangun kenapa gak bangunin gue cepat, kita bakal telat nih ke sekolah!!"

Olive memutar bola mata malas.

"Hellow, hari ini tanggal merah kambing!!"  Seru Olive.

Ayra berhenti mengusap jidatnya dan menatap intens kearah Olive.

Ukhty Bar-bar{Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang