(31) : HMM

671 105 4
                                    

Warning!

Budayakan vote sebelum baca dan komen juga yah luv yu!

Happy Reading..

Satu bulan berlalu..

Setelah kepergian Tio sebulan yang lalu, gadis itu kini akhirnya benar-benar sudah mengikhlaskan sang papa.

Saat ini Ayra tengah menyibukkan diri didapur. Mencoba memasak berbagai varian bentuk telur, mulai dari mendadar telor, mata sapi dan merebus telor hingga nanti membentuk bulat.

Ia mencoba dari masakan kecil-kecilan dulu, tapi tak satupun dari masakannya itu berhasil, semua gagal dengan hasil gosong tak berbentuk.

"Ck". Ayra berdecak kesal melihat hasil yang begitu buruk, ia sudah sering mencoba tapi tetap saja hasilnya tak sesuai harapan, padahal Cuma goreng telor.

Ayra terduduk dilantai dapur dengan posisi seperti orang pasrah, baru sebulan jadi istri Atha, bukannya meringankan beban suami malah nambah beban suami.

Yaps, sudah sebulan mereka menikah tapi Ayra belum bisa memberikan yang terbaik untuk suaminya itu, bahkan Ayra masih enggan memberikan hak seorang suami, kalian pasti paham kan, soal hubungan suami istri.

Mereka tidur seranjang tapi tak pernah sekalipun terlintas dibenak Atha untuk meminta haknya sebagai seorang suami, karena Atha tidak ingin Ayra memberikannya dengan terpaksa.

"Assalamualaikum". Suara bariton terdengar dari balik pintu.

Ayra yang mendengar suara dari suaminya itu dengan cepat menyisihkan segala macam bahan-bahan dapur dari sana.

Setelah semuanya selesai barulah Ayra menghampiri Atha yang sudah duduk disofa ruang tamu seperti kebiasaan pria itu kalau sudah pulang dari bekerja.

"Waalikumsalam mas". Ayra segera menghampiri Atha dan menyalim tangan suaminya itu, lalu mendaratkan bokongnya didekat Atha.

"Muka kamu kok cemberut gitu, kenapa hmm?".

Ayra yang ditanya seperti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, tapi masih dengan wajah bad mood.

"Terus ini wajahnya ditekuk mulu, lagi pms kamu yah?". Tanya Atha lagi.

"Ih, enggak mas. Aku gak apa-apa kok". Ujar Ayra mencoba merubah ekspresi wajahnya agar terlihat lebih baik.

Atha hanya menganggukkan kepalanya tak lagi bertanya.

"Mas gak mandi?". Tanya Ayra saat, ia tersadar kalau Atha masih mengenakan seragam polisi.

"Eh, iya ini aku mau mandi". Ujar Atha yang mulai tersadar.

Atha bersiap berdiri dari duduknya, namun satu tangan Ayra menarik lengan Atha yang panjang sehingga Atha menoleh kearah Ayra sambil mengedikkan bahu bertanya kenapa.

Ayra tampak kikuk untuk mengatakan sesuatu yang ingin ia lakukan. Atha yang melihat raut Ayra itu merasa heran.

"Kenapa?". Tanya Atha dengan nada santai.

"I i itu mas, biar Ayra aja yang siapin baju mas. Mas langsung mandi aja". ujar Ayra sambil tertunduk malu.

Atha mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan tingkah Ayra seperti itu.

"Kamu yakin mau nyiapin baju aku?". Tanya Atha sekali lagi memastikan, pasalnya Ayra sangat anti kalau mengurus yang beginian, jangankan mau ngambil baju suami, baju dirinya sendiri saja tak bisa ia urus.

Ayra mengangguk dengan rasa yakin.

"Yakin mas".

Atha tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju. Mungkin Ayra mulai belajar, batin Atha.

Ukhty Bar-bar{Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang