Happy Reading📖
Saat perjalanan menuju rumah sakit, Ayra tak berhenti menangis. Gadis itu terus mengusap lembut wajah sang papa yang terlihat membiru.
Riasan ala pengantin diwajah gadis itu sudah berantakan, terlebih lagi maskara yang memudar sehingga menampilkan wajahnya yang makin mengerikan dan sama sekali tidak ia pedulikan.
Atha juga sama terpukulnya dengan Ayra saat melihat kondisi sang mertua sekaligus ayah kedua untuknya terbaring dengan kondisi lemah seperti itu.
Seharusnya hari ini adalah hari yang penuh dengan kebahagiaan untuk keluarga baru mereka, tapi takdir berkata lain karena semua sudah diatur oleh sang maha kuasa.
Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa dan berusaha dan jika tidak lagi bisa, maka pasrahkan semua pada-NYA.
"Mas Atha, papa kenapa bisa gini..hiks...hiks..hiks". Ujar Ayra dengan pilu.
Atha memejamkan kedua matanya untuk menetralisir rasa sakit yang menjadi-jadi, saat mendengar suara Ayra yang parau.
Atha mengusap lembut puncak kepala gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya itu.
"Berdoa yah, semoga papa baik-baik aja".
"Tapi.. ke..na..pa hiks..hiks.. wajah papa biru-biru mas?". Tanya Ayra lagi.
Atha tak tahan lagi, ia mendekap tubuh Ayra yang bergetar hebat dan air mata Atha sudah luruh begitu saja.
Mereka berdua saling menangis dalam diam.
****
"Maaf, keluarga pasien harus tunggu diluar. Kami akan menangani kondisi pasien terlebih dahulu dimohon kerja samanya". Ujar salah seorang suster, ketika Ayra hendak ikut memasuki ruangan itu.
Ayra hanya mengangguk pasrah dan duduk diam dikursi tunggu yang tersedia disana.
Semua yang berada diluar ruangan itu menunggu dengan rasa cemas.
Sedangkan Atha tak henti-hentinya berdoa didalam hati, agar Tio bisa diselamatkan walaupun harapan itu sangat kecil mengingat tumor yang kian hari membesar.
Beberapa menit kemudian seorang dokter keluar dari ruangan itu.
"Maaf diantara kalian siapa yang lebih dekat dengan pasien?".
"Saya anaknya dok". Ujar Ayra sambil berjalan mendekat kearah sang dokter.
"Pasien memiliki kanker stadium empat, satu-satunya cara kita untuk menyelamatkan pasien adalah dengan cara operasi".
Deg.
Ayra terkejut mendengar penuturan dokter yang mengatakan bahwa papanya terkena kanker dan sudah jadi kanker stadium empat.
"Dokter gak lagi becanda kan? Papa saya kanker stadium empat?". Tanya Ayra meyakinkan sekali lagi.
"Iya pasien sudah masuk kanker stadium empat dan harus segera ditangani dengam cara operasi, jika kalian setuju dengan operasi ini, kami selaku pihak rumah sakit akan segera mengambil tindakan". Ujar dokter itu panjang lebar.
Lihatlah, sudah berapa waktu yang Ayra lewatkan untuk mengetahui penyakit yang menimpa papanya.
"Dokter, berapa persen kemungkinan operasi ini berjalan lancar?". Tanya Atha.
"Seharusnya sebelum melakukan operasi ada baiknya pasien mempersiapkan beberapa aturan-aturan yang ada untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi melihat kondisi yang sekarang, kita harus segera mengambil keputusan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Dan kemungkinan operasinya berjalan lancar...sekitar 60 persan". Ujar sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhty Bar-bar{Completed}
Teen Fiction{FOLLOW, SEBELUM BACA } Hanya cerita klise antara cewek yang sering disebut ukhty bar-bar(anak SMA) dengan seorang polisi tampan yang saling jatuh cinta dan akhirnya menikah... Sesimple itu! Konflik gak berat, karena kehidupan nyata udah cukup bera...