(21) : MTK

606 104 7
                                    

Warning!

Harap di vote dan dikomen❤

Happy Reading📖

Entah sudah berapa kali Ayra menguap berusaha menahan kantuk, kali ini gadis itu akan bersungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah, karena mengingat beberapa minggu lagi mereka akan melaksanakan ujian-ujian, biasalah ujian untuk anak kelas dua belas.

Tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu, walau sebenarnya ia sudah jauh ketinggalan dalam hal segala bidang pelajaran. Setiap mata pelajaran yang diterangkan oleh guru-guru, pasti akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Namun, saat ini gadis itu akan berusaha untuk lebih keras lagi memahami pelajaran-pelajaran yang telah usai.

Seorang guru matematika bernama pak Erwin sudah selesai menerangkan satu contoh soal, sekarang ia sedang sibuk menatap buku, di sana sudah terdapat beberapa soal yang siap untuk ia berikan kepada siswa-siswi kelas 12 ips 1.

"Sekarang saya mau kasih soal dulu sama kalian, bergiliran yah, satu-satu maju ke papan tulis untuk mengerjakaannya." ujar pak Erwin dengan logat bataknya.

"Iya pak." ujar para murid dengan serentak.

Pak Erwin menatap satu-persatu murid-muridnya itu sambil memainkan kumis tebal yang ia rawat-rawat, ia tengah mempertimbangkan siapakah murid yang harus mengerjakan soal kali ini.

Dan tak sengaja mata pak Erwin beralih kearah Ayra yang juga sedang melotot kearahnya.

"Sini dulu kau butet yang paling sudut.!" tunjuk pak Erwin tepat sasaran kearah Ayra.

"Saya pak?" tanya Ayra untuk meyakinkan.

"Iya, sini dulu kau butet. Kerjakan dulu soal ini!"

Bagai disambar petir, jantung Ayra rasanya ingin copot. Baru kali ini ia merasakan gugup disuruh maju kedepan oleh seorang guru.

"Liv, kalau gue kagak bisa ngerjain tuh soal gimana dong?" bisik Ayra kehadapan Olive.

"Tenang aja, palingan lo Cuma berdiri di depan kelas sampe pelajaran matematika selesai." ujar Olive dengan santai.

"Kampret lo, bukannya ngasih dukungan tapi malah ngejatuhin."

"Biasanya juga lo kagak peduli."

Ayra tak menggubris tanggapan Olive, ia bangkit dari kursinya dan berjalan maju kearah papan tulis.

"Baru ku lihat wajah mu, murid baru kau yah butet?" tanya pak Erwin penasaran.

Butet = panggilan orang batak untuk anak perempuan.

"Bukan pak, saya murid lama kok heheh."

"Macam mana pulak, nggak pernah aku lihat muka mu di sekolah ini."

"Ah masa sih pak, aku ini murid sudah lama di SMA ini, cem mana pulak bapak ini." ujar Ayra sambil mengikuti logat batak dari guru yang ada di hadapannya.

Teman-teman Ayra tertawa mendengar logat batak yang baru saja keluar dari mulut gadis itu.

"Pande juga nya kau pake logat batak butet?"

"Pande lah tong pak, sepupu saya orang batak dari padangsidimpuan sumatra utara. Masa saya gak pande, bahasa batak aja saya pande pak."

"Bah bah bah, bagus lah kalau gitu. Kapan-kapan kita pakai bahasa batak aja. Nah sekarang coba lah dulu kau kerjakan soal ini." perintah pak Erwin, ia menyodorkan buku besar itu kehadapan Ayra.

Entah kenapa tiba-tiba perut Ayra merasakan mulas.

"Aduh duh pak, cem mana ini pak, perut saya gak bisa diajak kompromi, sakit kali pak." Ayra meringis pelan menahan sakit.

Ukhty Bar-bar{Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang