Chapter 4

1.4K 41 7
                                    

Jangan pelit-pelit buat vomen ya hiks (╥﹏╥)
Kalau pelit nanti aku gigit. Becanda manis:v

Happy reading ^^

***

Lukman POV On

"Sial! Kenapa aku ga bisa lupain kejadian kemarin siang." gumam ku sambil mengacak-acak rambut hitam ku.

Sebenarnya kemarin siang waktu jam makan siang aku memang benar-benar tak sengaja menabraknya. Aku juga pada waktu itu sibuk melihat-lihat Gmail masuk pada handphone-ku, karena itu fokus ku pada jalanan sedikit terbagi.

Dan sialnya aku menabrak seorang wanita. Dan bodohnya lagi kopi yang ku pegang dalam keadaan panas tumpah mengenai dirinya.

Dan pada saat itu juga panic attack menyerang ku, dengan reflek yang cepat
aku melepaskan jas yang ku kenakan dan menyampirkan pada bahunya guna menutupi area yang terkena cipratan kopi panas. Aku juga sempat meminta maaf kepadanya.

Dan entah kenapa, apakah di perkataan ku ada yang salah atau gimana. Setelah mendengar perkataan ku, ia langsung saja memaki diriku. Salahku dimana? Ah tidak memang salahku karena jalan fokus ku dibagi dua. Bahkan perkataannya masih terputar jelas di kepalaku bagaikan kaset rusak.

"MAKANYA JALAN ITU MATANYA DIPAKAI! JANGAN CUMA KAKI AJA. MATA DICIPTAKAN JUGA ADA FUNGSINYA! JANGAN CUMA DIPAJANG!"

Makanya jalan itu mata dipakai...

Jalan itu mata dipakai...

Mata dipakai...

Dipakai...

Sumpah, perkataan yang terlontar dari mulutnya masih terngiang-ngiang di kepalaku seakan-akan tak ada tanda untuk berhenti.

"Sial!" Aku kembali mengacak-acak rambutku frustasi. Konsentrasi Ku terbagi karena dirinya.

Lukman POV Off

***

Author POV

Sedari tadi konsentrasi Lukman seakan-akan diambil alih oleh Ilona. Di kepala Lukman sekarang dipenuhi oleh kejadian kemarin yang ia tak sengaja.

Lukman masih saja mengingat kejadian itu, padahal kejadiannya sudah berlalu. Padahal Lukman sudah mencoba meminta maaf, ia pun juga sudah mencoba untuk mengganti rugi.

Namun, apa yang ia dapat dari gadis itu justru adalah makian bukan kalimat memaafkan yang keluar dari mulut gadis itu.

Sampai tiba-tiba lamunan Lukman tentang kejadian kemarin buyar. Dikarenakan seseorang wanita masuk kedalam ruangan kerjanya dengan high heel yang berbunyi kencang antara pertemuan telapak high heel-nya dengan lantai.

Wanita dengan mini dress berwarna hitam dipadukan dengan high heel yang senada dan juga rambutnya yang bergelombang, ia biarkan saja tergerai.
Tanpa permisi wanita tersebut langsung saja duduk didepan meja kerja Lukman.

Lukman menatap lamat wanita yang duduk dihadapannya. Rosa, tunangannya. Tunangannya yang sudah bersamanya selama 3 tahun belakangan.

Lukman Adjisakta. Lelaki berusia 25 tahun, tetapi sudah menjadi CEO di usianya yang terbilang muda, 22 tahun.
Lukman terpaksa menjadi CEO di usianya yang baru menginjak 22 tahun.

Bayangkan saja, kalian yang baru lulus kuliah di usia 22 tahun langsung diangkat menjadi CEO dadakan. Bahkan hanya berjarak beberapa bulan saja dari kelulusan kalian. Memang ada enaknya juga menjadi CEO di usia muda, sering dikatakan mapan pada usia dini, dan itu menjadi kebanggaan tersendiri. Uang? Jangan tanyakan lagi.

I L O N A [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang