chapter 7

990 16 0
                                    

Happy reading^^

***


Satu minggu berlalu

Satu minggu sudah waktu berlalu semenjak Lukman menghadiri pesta anniversary kolega bisnisnya, sekaligus om dari pihak tunangannya serta ayah dari wanita yang akan ia perjuangkan nanti.

Lukman sudah mulai dalam menggali informasi mengenai Ilona dari Rosa. Bahkan Lukman baru saja mengetahui fakta tentang umur Ilona terpaut 4 tahun lebih tua darinya.

Namun itu tak jadi penghalang buat Lukman, walaupun Lukman berusia lebih muda dari Ilona tetapi semangatnya tak putus sampai disitu.

Bagi Lukman, umur bukanlah penghalang baginya untuk mengejar sosok wanitanya. Kata Lukman

"Selama belum ada cincin emas 33 karat tersemat cantik dijari manisnya, sikat saja. Tak masalah kalau umur berbeda jauh, cinta tidak memandang umur bukan."

Dan disinilah dia. Didepan butik D'Lona Fashion, Lukman datang kemari dengan niatan yang baik. Ia berniat ingin mengenal lebih jauh sosok wanitanya yang entah sejak kapan sudah ia claim.

Lukman masuk menuju meja resepsionis, harus mempunyai sopan santun bukan. Walaupun ia mengenal si pemilik butik, tapi tetap saja harus ada sopan santun yang melekat pada diri.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Pak?" kata sang resepsionis.

"Ah itu, saya ingin bertemu dengan pemilik butik ini."

"Tunggu sebentar ya pak, akan saya hubungi atasan saya..." kata sang resepsionis "...Baik pak, bapak boleh menunggu atasan saya diruang tunggu disebelah sana pak."

Sang resepsionis menunjukan ruangan yang dimaksud dengan sopan.

"Baik, terima kasih."

Lukman memberikan wink kepada sang resepsionis. Dan sialnya ia terpesona atas winked yang diberikan Lukman.

Lukman berjalan menuju ruang tunggu, setibanya di sana Lukman langsung mendaratkan bokongnya pada sofa yang tersedia sembari memainkan handphone menunggu Ilona.

Tak berselang lama Ilona datang menemui tamu yang tidak diundang ke butiknya.

"Ngapain kamu kesini?"

Tak perlu basa-basi Ilona langsung bertanya langsung pada intinya. Bukan maksudnya untuk berkata tak sopan langsung begitu.

Namun, jadwalnya hari ini lumayan dikatakan cukup padat. Penyelesaian baju pengantin yang masih didalam pemantauan dirinya, meeting dalam beberapa jam ke depan, dan juga ajakan dari sang kolega setelah meeting nanti.

Lukman berdiri, merapihkan bajunya seakan-akan bajunya sedang kusut. Nyatanya tidak.

Senyum manis mengembang dibibir tipis miliknya.

"Saya kesini hanya karena ingin melihat kamu." kata Lukman.

Dahi Ilona dipenuhi gerutan-gerutan kecil, pertanda dia sedang bingung atas perkataan Lukman.

"Melihat saya?"

Lukman mengangguk.

"Ya, melihatmu apakah kamu baik-baik saja atau tidak. Karena saya tidak mau..."

Lukman menjeda perkataannya dan membisikan sesuatu ditelinga Ilona.

"...Terjadi sesuatu kepada wanita saya untuk beberapa bulan kedepan."

Setelah mengatakan itu, Lukman tersenyum manis seakan-akan tak terjadi apa-apa. Lukman pun berjalan meninggalkan Ilona yang terdiam bak mannequin yang ada didalam butiknya.

Tak berselang lama kesadarannya kembali. Raut kesal terpatri jelas diwajahnya.

"Kurang ajar!"

Umpatan ia berikan kepada Lukman, namun sayang orang yang akan menerima umpatannya sudah pergi dari sana.

***

I L O N A [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang