Rahasia

7 4 2
                                    

Hal yang paling menyakitkan adalah jika kita mengetahui sesuatu yang bahkan menurut kita otu penting namun di sembunyikan oleh orang lain bahkan orang terdekat sendiri.

Kesedihan yang bertubi - tubi menimpa diri Laasya tak membuat dia menyerah begitu saja dan berlarit-larut dalam kesedihan, bahkan baginya semua kesedihan itu bisa ia rubah menjadi suatu kebahagiaan dan acuan dia untuk selalu bersemangat mewujudkan mimpinya.

Satu- satunya cara menghilangkan kesedihannya hanya dengan berimajinasi pada setiap ceritanya, dan saat ini dia lebih fokus dalam meraih mimpinya dengan mengikuti perlombaan menulis sastra. Ia melalui semuanya dengan penuh semangat bahwa hidupnya tak akan berlarut-larut dalam kesedihan.

Hari minggu ...

Hari ini libur sekolah, Laasya berencana mengirimkan beberapa tulisan dan cerpen ke beberapa penerbit, namun dalam usahanya ia terkadang gagal bahkan hampir semuanya namun ia tak pernah pantang semangat untuk selalu berusaha mewujudkan mimpinya.
Dia bangun sepagi mungkin untuk menyiapkan beberapa tulisan ke penerbit kembali, namun dia tetap terburu- buru sampai tidak sempat sarapan.

" Sya, sarapan dulu sebelum jalan" teriak ibu yang masih ada di dapur menyiapkan sarapan.

" nggak usah ma, nanti aja beli di jalan. Laasya udah buru-buru ini doain ya ma moga tulisan Laasya kali ini diterima" ucap Laasya berlarian lalu pergi.

Di tengah perjalanan entah kenapa motornya tersendat -sendat lalu mogok, Laasya yang sudah terburu- buru semakin kesal dengan kejadian- kejadian yang menimpanya. Tak ada jalan lain dia harus mendorongnya sampai menemukan bengkel.

Sesampainya di tempat bengkel, terlihat cowok memakai baju seragam montir dengan topi yang hampir menutup wajahnya dan dipenuhi dengan oli, Laasya yang sudah terburu- buru menyuruh cowok tersebut memeriksa motornya. Saat memeriksa motornya tak disangka itu adalah Daffin sahabatnya. Mereka saling terkejut apalagi Laasya yang tidak mengetahui bahwa selama ini Daffin kerja sampingan ditengah kesibukannya menjadi seorang pelajar lalu mereka saling menyapa.

" Daffin ini lo, kok ada disini" ucap Laasya terkejut.

" Eh Laasya, iya gue kerja sampingan disini. Lumayan bisa buat tambah-tambah uang jajan"ucap Daffin yang tidak malu dengan apa yang dikerjakan sekarang.

"Oh iya mau kemana Sya, bukannya hari ini minggu ya?" tanya Daffin lagi.

" Oh itu Fin, gue mau ngirim beberapa tulisan gue ke penerbit".

" Oh terus gimana berhasil?" tanya Daffin

" Nggak tau kalau ini tapi udah berkali-kali ditolak media penerbit hampir putus asa sih tapi semangat lagi buat nulis"

"Bagus itu, jangan mudah menyerah Sya. Oh iya gue baru inget kalau gue punya temen di media penerbit mungkin aja lo bisa kirim tulisan lo kesana"

" beneran, dimana?"ucap Laasya dengan antusias

" Ada tapi gue nggak bisa kalau hari ini mungkin kalau hari senin habis pulang sekolah bisa" balas Daffin

" Oh nggak papa Fin, yang penting gue bisa kirim tulisan gue walaupun nggak tau bakal diterima atau enggak sih"
Beberapa jam kemudian motor Laasya baru selesai di perbaiki, waktu yang sudah semakin siang membuat Laasya jadi badmood dan mengurungkan niatnya untuk pergi, lalu dia kembali kerumah

" Sya kok udah pulang, cepet banget" tanya ibu.

" iya ma, nggak jadi udah terlanjur badmood gara- gara motor ngambek" ucap Laasya dengan wajah cemberutnya

" Hmm sabar Sya namanya juga usaha, apapun harus semangat jangan pantang menyerah"ucap ibu yang selalu memberi dukungan untuknya.

Laasya yang terharu dengan perkataan ibu langsung memeluk ibunya dan berharap mimpinya bisa terwujud dan membahagiakan orang tuanya.

Sejuta Luka LaasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang