Aileen

8 3 1
                                    

Aileen Cowok keren dengan tinggi semampai, kulit bersih dan berwibawa yang membuat semua cewek melihatnya bakal terpesona, namun cowok itu jatuh ke pelukan satu orang saja yang bernama Laasya .cewek yang lugu, agak pendiam dan imajination girl. Tak ada orang yang percaya bahwa dia mampu menaklukan hati cowok sekeren dan setampan Aileen.
Namun ketampanan dan semua yang dianggap sempurna oleh semua cewek di sekolah tidak terlihat sempurna di mata Laasya, bagi Laasya cowok itu seperti pencabut nyawanya yang mencabut seluruh hatinya, yang dulu terlihat sempurna kini hanya bagaikan bayangan untuknya yang selalu menghantui pikirannya dan membuat pikirannya kacau hingga melupakan mimpinya.

Kenangan yang mereka lalui bersama selama 3 bulan harus kandas di tengah jalan, waktu 3 bulan bukanlah waktu yang singkat dan bukanlah waktu yang lama namun kenangan - kenangan manis masih nampak begitu jelas teringat di memorinya.

Semua sudut sekolah ini menjadi saksi hubungan mereka dan di setiap sudut sekolah juga mereka menjalani semua hal bersama ,bahkan berorganisasi bersama. Bagaimana semua tak akan semudah membalikkan telapak tangan dan hilang dari ingatan begitu saja

***

Pagi hari di sekolah dengan suasana pagi yang begitu redup tapi tidak hujan dengan suasana baru dan pikiran yang baru.

Ketiga cewek tersebut Laasya, Nadira dan Azkia mereka bersama seperti dulu lagi, dengan tawa bahagia di wajah Laasya  yang masih berusaha melupakan semua hal tentang Aileen. Saat di depan koridor sekolah dia bertemu kembali dengan sosok Aileen dan kedua sahabatnya Daffin dan Veno.

Meskipun mereka sudah tidak ada hubungan sebagai pacar mereka masih berusaha bertegur sapa meskipun hanya menjadi seorang sahabat. Walaupun pada akhirnya yang dulu nampak akrab sekarang canggung meskipun hanya sekedar bertegur sapa.
"Hai guys"sapa Veno semuanya. Dan Nadira membalasnya

" Hai juga Ven( dengan tersenyum ke arah Veno pacarnya namun nampak garing karena semuanya terdiam membisu bertanya lagi) kok sepi gini sih, ngomong apa gitu"

" Hai Aileen, semua(sapa Azkia dengan muka masih bete)

Sedangkan Laasya hanya diam terpaku seperti canggung saat bertemu Aileen lalu pergi meninggalkan semuanya berlari.

" Sya mau kemana, tunggu.." teriak Nadira mengejar Laasya.

" guys gue juga pergi dulu ya" ucap Azkia pada semuanya mengikuti Nadira.

Di suatu tempat, Laasya duduk di tempat yang sepi bahkan mungkin tidak ada orang disana, tempat itu hanya satu-satunya tempat yang tidak terukir kenangan bersama Aileen . Dia duduk dengan badan merengkuk dengan kedua tangannya menatap suasana ditempat itu.

Disana satu- satunya tempat yang tidak ada kenangan bersama Aileen. Setiap berjalan ke koridor sekolah, kantin, UKS, bahkan tempat ternyamannya pun harus menjadi tempat kenangan baginya, Perpus.

Semua ini sangat sulit, bahkan tidak mungkin bisa menghindari apalagi dia selalu bersama dalam setiap saat bahkan dalam berorganisasi dia selalu dipertemukan.

Kenapa Tuhan memberi perkenalan yang sangat menyakitkan, harusnya tidak begitu saja percaya dengan cowok itu , bahkan sampai  melupakan mimpi- mimpi yang sudah terajut  hingga terlena dengan rayuan manis dan perhatiannya.

Tak lama kemudian datang seseorang dengan hentakan kaki yang perlahan - lahan semakin mendekat. dalam hati Laasya " apakah itu Aileen, tapi tidak mungkin dia tau tempat ini".Laasya berusaha tetap tenang dan menghiraukannya.

" Lo, baik -baik aja kan Sya". tanya orang tersebut yang ternyata adalah Daffin.

" Eh, lo Fin tau dari mana kalau gue disini?"

" Hmm, disini tempat gue biasa menyediri kalau lagi badmood"

" Oh gitu" jawab Laasya dengan singkat.

" Lo lagi badmood ya, gue bersedia kok dengerin semua yang lo ingin luapin" tawar Daffin pada Laasya yang berusaha menghibur.

" gue nggak bisa percaya gitu aja sama lo, kan lo tau apa yang membuat gue bete. Nanti lo bisa kasih tau sama Aileen mending nggak usah " tegas Laasya.

Daffin yang berusaha menghibur Laasya tidak menyerah. Dia membawa sebuah notebook untuk Laasya.

"Sya, kalau lo nggak bisa kasih tau semuanya ke gue, lo bisa kok tulis semua keluh kesah lo di notebook ini. Gue yakin lo pasti akan lebih lega" tawar Daffin dengan memberikan notebook

" Makasih ya Fin, bener kata lo mungkin dengan gue tulis di notebook gue merasa lega".ucap Laasya menerima notebook itu dan segera menulis.

"Gimana Sya, lebih lega kan dari sebelumnya" tanya Daffin yang masih berada disana.

" udah lebih lega dari sebelumnya tapi masih ada yang ganjal, rasanya pengen teriak" ucap Laasya.

" Kalau gitu teriak aja, gue biasa gitu juga kalau lagi galau bete pasti teriak rasanya lega banget.coba deh"
Laasya pun mencoba saran dari Daffin.

"Aaaaa...." teriak Laasya dengan suara lantang.

Setelah berteriak Laasya merasa lebih lega , bahkan sangat lega dan menjadi bersemangat untuk meraih mimpinya.

" Makasih ya Fin"ucap Laasya.

Daffin sepertinya punya maksud lain pada Laasya, dia berusaha mengungkapkan perasaannya pada Laasya meskipun ini memang bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya.
"Sya gue mau ngomong sesuatu..tapi ini memang bukan waktu yang tepat gue ngomongnya" ucap Daffin dengan gugup.

" ngomong apa Fin?"

" gue sebenernya suka sama lo, tapi gue nggak berani ngomong sama lo"

" Hah, apa Fin"( Laasya terkejut mendengar pernyataan Daffin).

" Iya, sebenernya gue udah suka sama lo sebelum lo kenal sama Aileen tapi gue nggak berani ngomong apalagi pas denger lo jadian sama Aileen gue langsung menjauh dari lo" ucap Daffin
"Ya ampun, ternyata Daffin suka sama gue selama ini" gumam Laasya.

Kemudian Laasya menjawab pertanyaan Daffin

"Tapi lo tau kan gue saat ini nggak mau pacaran dulu, bukan karena gue baru patah hati tapi gue mau fokus dulu sama impian gue" tegas Laasya dan Daffin yang mendengar jawaban Laasya menggangguk meskipun kurang puas.

" iya gue paham kok, gue juga nggak bakal maksa"

Jawaban Daffin yang penuh pasrah membuat Laasya heran.

" Dia nggak marah, nggak maksa gue" gumam Laasya.

Mereka pun berbincang- bincang dan tertawa lepas bersama hingga melupakan kesedihan dan masalah mereka masing.

Meskipun dalam hati Laasya berbicara
" Daffin sahabat gue ternyata suka sama gue selama ini bahkan sejak gue kenal sama Aileen, sedangkan gue malah jadian sama Aileen, bukankah Daffin lebih terluka liat gue sama Aileen selama ini"

Bersambung...

Sejuta Luka LaasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang