Mimpi dan Cinta tulus

12 2 10
                                    

Kebahagiaan dan membahagiakan seseorang yang kita cintai merupakan hal yang paling indah dan paling membahagiakan apalagi jika mimpi itu terwujud.

Percayalah Tuhan tak akan pernah memberikan sebuah cobaan yang lebih sulit dilewati hambanya, Justru Tuhan menguji apakah kita kuat dan mampu menghadapinya.

Cobaan yang bertubi-tubi menimpa Laasya membuatnya terpuruk bahkan hampir putus asa, namun ia tak pernah menyerah dengan semua yang menimpanya bahkan meskipun hatinya ikut terluka karena sebuah kata yang bernama CINTA baginya cinta yang belum tepat pada waktunya seakan -akan membuatnya melupakan segalanya bahkan impianya yang selama ini dia rajut. Tapi dia selalu berusaha untuk selalu bangkit meskipun berkali- kali terjatuh dan dikecewakan orang- orang terdekatnya.
Ia tidak akan menaruh rasa dendam pada siapapun, baginya saat ini mimpinya dapat terwujud adalah hal yang utama.

***

Siang hari tepatnya waktu istirahat tiba Laasya dan Nadira bergegas menuju ke kantin karena perut sudah mulai keroncongan setelah beberapa jam pelajaran pak Iwan yang super duper galak.

" Sya, ke kantin yuk .gue traktir deh"ajak Nadira

" Ayuk, tapi nggak usah di traktir deh gue aja yang bayar"

"Hmm yaudah deh Sya, terserah lo aja gue nggak mungkin maksa lo"

Saat dikantin sekolah ia pesan bakso dan es jeruk seperti biasanya dan duduk di tempat mereka biasanya duduk, saat itu Laasya sedang melamun entah apa yang dilamunkannya. Datang juga Daffin dan Veno namun tak bersama Aileen mendekati mereka dan bergabung dengan Laasya dan Nadira.

" Sya gimana tulisa  lo, katanya lo mau ngirim ke media penerbit?" tanya Daffin namun Laasya hanya terdiam tak menjawab apapun karena sedang melamun.

"Sya( menggoyangkan badan Laasya agar tersadar) lo jangan ngelamun itu Daffin tanya sama lo" ucapNadira membuat sadar Laasya dari lamunannya.

" E, iya ada apa Nad Daffin tanya apa"Laasya dengan gugup.

" Lo kenapa Sya mikirin apa, udahlah jangan pikirin yang enggak-enggak" ucap Daffin berusaha menyemangati Laasya.

" Maaf  Fin, O tulisan..itu kemarin gue nggak jadi kesana "

" Oh kalau gitu gue ajak lo ke tempat temen gue aja, nanti abis pulang sekolah gue temenin deh"

" Beneran, serius ini. Oke Fin jangan bohong ya"

Setelah sepulang sekolah.

" Nad, Laasya dimana katanya mau dianter kok belum keluar" tanya Daffin pada Nadira yang sudah berada di depan gerbang sekolah tanpa Laasya.

" Laasya tadi bilang mau ambil sesuatu dulu di lemari penitipan barang tapi nggak mau gue temenin yaudah gue tinggalin" jelas Nadira.

"Oh gitu ,yaudah gue susul aja ya Nad"
Sebelum Daffin menyusul Laasya, Laasya sudah muncul dan segera pergi bergegas ke media penerbit.

Sesampainya disana banyak sekali orang yang mungkin juga ingin menerbitkan tulisan mereka terlihat mereka yang berjejer antri. Daffin dan Laasya duduk sampai giliran mereka dipanggil, setelah lama kemudian Laasya di panggil dan memberikan karya tulisnya untuk diperiksa apakah sudah sesuai apa belum. Namun pada saat itu hasilnya tetap sama Nihil, tulisannya sudah sesuai dari sudut penulisan dan tata letak serta paragraf namun ceritanya kurang menarik.

Daffin yang ada disana berusaha memberi semangat untuk Laasya dan memotivasi dia agar selalu semangat menulis , dia percaya impian Laasya pasti akan terwujud namun belum saatnya.

Sepulang dari tempat media penerbit. Daffin mengajak Laasya pergi ke sesuatu tempat untuk menghibur Laasya dan berharap Laasya menyukainya. Sesampainya disana Laasya nampak girang dan kagum karena belum pernah mengetahui tempat itu sebelumnya.

" Fin, ini indah banget " ucap Laasya terkagum.

" Iya, gue yakin lo pasti bakal suka tempat ini. Karena tempat ini sesuai dengan lo yang suka sendiri dan butuh suasana yang tenang saat nulis"

" Hmm, tulisan itu..cerita itu rasanya gue mau nyerah"

" kenapa lo putus asa gini, jangan pernah berhenti nulis jika itu sebuah hobi lo" ucap Daffin berusaha membangkitkan semangat Laasya kembali.

" Tapi bener, gue udah usaha kesana kemari ngirim ke beberapa penerbit namun hasilnya tetep sama nihil"

" Jangan menyerah Sya, gimana kalau gue bantu. Tulisan kamu kan sebenernya udah sesuai namun ceritanya aja yang kurang menarik kan" tawar Daffin.

" Iya cuma kurang menarik, tapi gimana caranya?" tanya Laasya.

" Gue bantu kasih ide tema ceritanya terus lo kembangin lagi itu cerita, kita kerjain sama-sama"

Dukungan Daffin terhadap Laasya membuatnya semangat kembali untuk menulis cerita, hingga beberapa hari kemudian mereka telah hampir menyelesaikan tulisan mereka dan berharap karya tulis mereka diterima dan diterbitkan.

Suatu hari saat sekolah. Daffin, Laasya dan lainnya berkumpul di taman belakang sekolah mereka seperti biasa sekedar bercanda ria dan ngemil bersama. Yang saat itu Laasya dan Daffin duduk bersebelahan membuat yang lainnya meledek mereka.

" Sya, deket gue sini dong kenapa malah deket Daffin, ciyee" ucap Nadira.

" Nad, ngeledek lagi lo. Enggak kok cuma gue ada tugas sama Daffin jadi wajar harus deket gue si Daffin"ucap Laasya yang mengelak .

"Emangnya tugas apaan Sya, kok tumben sama Daffin biasanya apapun sama Aileen, upss.."ucap Nadira mencoba bergurau membahas masa lalu Laasya.

"Apaan sih Nad, gue sama Daffin emang lagi ada tugas buat bikin tulisan dia mau bantu gue"

" oh gitu Sya, iya deh jangan marah dong"

Daffin yang merasa menjadi bahan pembicaraan Laasya dan Nadira tersipu malu. Dan Aileen yang ada disana juga hanya terdiam dan tidak banyak bicara sejak kejadian saat itu Aileen menjadi lebih pendiam.
Meskipun hubungan persahabatan mereka tetap terjalin namun masih merasakan canggung saat menatap Laasya.

Aileen pun sudah siap jika sahabatnya menyukai Laasya, karena dia sadar dia telah mengecewakannya dan selalu berharap Laasya mendapatkan kebahagiaan meskipun itu bukan bersamanya.

Beberapa hari kemudian karya tulis mereka telah selesai, dan mereka berharap karya tulis itu menarik dan bisa diterima apalagi jika diterbitkan.
Laasya yang penuh dengan semangat mengajak Daffin ke tempat itu kembali, dan sesampainya disana tak disangka karya tulis mereka diterima bahkan akan segera diterbitkan. Laasya sangat bahagia sampai loncat kegirangan karena perjuangannya dan usahanya tidak sia- sia dan mengajak Daffin makan bersama sebagai ucapan terimakasih.

Saat sepulang dari tempat makan mereka terjebak hujan di jalan dan membuat mereka harus berteduh dulu, meskipun memaksakan pasti akan basah kuyub sampai rumah.
Di pinggiran emperan toko Laasya yang nampak kedinginan membuat Daffin merasa kasihan dan memberikan jaketnya pada Laasya, peristiwa ini mengingatkannya pada kejadian waktu itu saat bersama Aileen, namun Laasya tetap berusaha melupakan semua yang berkaitan dengan Aileen bahkan Daffin seperti tulus mencintainya sekuat mungkin berusaha menggapai cinta Laasya dan selalu mendukungnya bagaimana pun keadaannya dan menerima apa adanya Laasya. Karena Daffin tentu berbeda dengan Aileen.

Hingga pada akhirnya berkat kerja keras Daffin dan ketulusan cintanya pada Laasya meskipun dulu pernah ditolak Laasya tak membuatnya menyerah untuk memberikan perhatian dan cintanya pada Laasya membuat hati Laasya tersentuh dan menerima cinta Daffin. Karena pada dasarnya Aileen hanya masa lalunya yang kelam dan Daffin adalah masa sekarang Laasya. Mereka melalui hari demi hari bahkan waktu demi waktu hingga kelulusan mereka dan kuliah bersama di universitas bersama serta mengembangkan bakatnya di bidang sastra dan penulis secara bersama yang mendukung satu sama lain.

Percayalah, jika kita menjalani semuanya dengan penuh kesabaran dan dilandasi dengan usaha yang tulus pada akhirnya tidak akam pernah sia- sia meskipun banyak sekali hambatan ujian dan cobaan di tengah usahanya, namun jika kita terus berusaha menghadapinya dan tidak takut bahkan terlena dan terjebak dalam cobaan tersebut pasti akan mendapatkan kebahagiaan bahkan lebih dari apa yang kita bayangkan.

________________________________

Sejuta Luka Laasya[END]

Terimakasih yang sudah mampir dan meluangkan waktu untuk membaca
Kisah Laasya ini😊

Sejuta Luka LaasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang