Suami

143 5 118
                                    

Haaay semuaaa....
Maaf yaa belakangan ini aku belum bisa posting...
Dan sekaraang jelas suda bisa doong...
Tinggalkan jejak kaliaaaan yaa....

Happy reading ❤️❤️

***

Setelah acara basah-basahan tadi, keluarga Domani beserta sahabat dari sang anak membersihkan dirinya masing-masing, dan berakhir berkumpul di ruang makan untuk sarapan.

"Rayhan gimana sekolah kamu?" Tanya sang ayah.

"Apaan? Sekolah baru satu hari kok, satu Minggu ini juga lagi bolos." Jawab Ray santainya.

"Kamu jangan kebanyakan bolos Ray! Ingat pesan ayah, umur kalian sudah 17 tahun, yang artinya tinggal nunggu satu tahun lagi buat memberikan hak perusahaan ayah pada kamu Ray."

Ucapan ayah Don yang tegas itu membuat Ray dan kedua temannya menatap ayah Don dengan tatapan yang serius. Biarpun mereka sering bercanda jika berkumpul, tapi jika sang ayah mereka sudah menyangkut masalah perusahaan berarti mereka sedang berada didalam mode serius.

Bukan hanya Ray yang mendapatkan kepercayaan untuk memegang perusahaan, tapi kedua sahabatnya juga. Orang tua mereka sepakat mengangkat anak-anaknya untuk meneruskan perusahaan keluarga pada usia muda yaitu 18 tahun. Walaupun usia itu terbilang masih sangat muda untuk memegang satu perusahaan, tapi itu adalah bekal yang di berikan untuk masa depan anak-anaknya.

Mereka sudah bersahabat dari SD kelas 1, saat itu juga perusahaan-perusahaan yang di bangun ayah Don sedang berkerja sama dengan perusahaan-perusahaan dari orang tua kedua sahabat dari sang anak, jadi tak heran jika mereka sudah sangat akrab dan seperti keluarga kecil.

Ayah Don yang sedang asiknya menikmati sarapan pagi buatan sang istri malah terganggu, karna tatapan dari sang anak masih saja menatapnya.

"Anak kamu Bun." Ucap ayah Don dengan melihat anaknya yang tadi menatapnya, tapi saat di tatap balik malah mengalihkan tatapan dan kembali melanjutkan sarapan yang tertunda.

"Kamu juga nyumbangin loh yah, bunda ingatin!" Ucap bunda Yeslin tak terima.

Ray, Raka, dan Juna yang mendengar itu hanya menatap sebal kearah kedua orang tua Ray.

"Kok gue ngerasa ambigu ya?" Tanya Juna.

"Jangan kau hancurkan suasana hey joko!" Jawab Raka.

***

Di apartemen yang terbilang sangat luas, sangat mewah, dan sangat terkenal ini. Di sebuah kamar pribadi, kamar dengan nuansa cat warna pink itu, ada tiga gadis yang terbaring lemah di dalam ruangan itu.

Dengan posisi yang tak beraturan, ada yang menaikkan kaki ke atas sofa, ada yang terbaring sambil merentangkan kaki dan tangannya, dan ada yang terbaring dengan posisi badan di sofa, kaki di bercirikan di punggung sofa, dan kepala mengadah ke bawah, dan berbagai macam barang berserakan di daerah tertentu.

"Gue gabut." Ucap Salwa membuyarkan lamunan kedua temannya yang asik menatap langit-langit apartemen itu.

"Sama." Ujar Nay.

"Eh Nay telvon kak Ray ya? Siapa tau ada mereka kita gak gabut-gabut banget." Lanjutnya dengan sangat antusias.

"Boleh Nay! Terus kita ajak mereka liat suami-suami kita!" Jawab Karin yang tak kalah antusias nya.

"Alasan Lo aja kali Rin, biar bisa liat Bebeb Raka." Goda Salwa.

"Apaan dah gaje banget."

"Gaje apanya? Keliatan banget tuh wajah Lo, terus tuh kenapa pipi kaya kepiting rebus?"

NAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang