1.8K 217 11
                                    

Dia bisa melihat hantu, tapi dia sendiri tak ada bedanya dari para hantu.

*

Nana terlihat serius meski dengan sorot matanya yang redup. Menggoreskan kuas ke kanvas yang entah membentuk wujud apa. Mark tak melihat lukisannya, dan memang tak mau tau. Jujur, sebenarnya gadis itu mengganggu waktu santainya meski dia bilang tak akan berisik dan hanya melukis dalam diam.

Nana menepatinya, tapi tetap saja terasa canggung dan--membuat Mark merinding.

Dia duduk di sana, membelakangi balkon apartemen yang tirainya bergerak-gerak karena angin sedangkan di luar diguyur hujan gerimis. Ini masih pukul 9 pagi di hari Minggu.

"Katakan kenapa kau harus melukis di sini?"

Nana bergeming, sesekali bergerak untuk menarik lengan hoodie yang sedikit oversize. Mark diabaikan.

"Hey, Nana."

Mark bangun dari tidurannya, duduk menghadap Nana yang akhirnya menatapnya dengan raut yang.. entahlah, mungkin bisa dibilang lugu namun Mark kira orang itu terlalu 'berbahaya' untuk dikatakan lugu,

masih sekedar perkiraan.

"Apa?" Jawab Nana pada akhirnya.

"Jawab pertanyaanku."

Nana memutus kontak mata, "Aku tak pernah melukis lesung pipi. Aku mau mencobanya."

Alis Mark terangkat, berbicara dengan Lucas sedikit lebih berfaedah.

"Kau janji tak akan macam-macam?"

Selang beberapa detik lalu Nana mengangguk.

"Baiklah, aku akan ke bawah." Mark bangkit, memasang hoodie beserta dompetnya. Ternyata dengan begitu, Nana menjadi sedikit penasaran.

"Kemana?"

"Lantai satu."

Di lantai satu apartemen ini memang ada tempat makan dan Mark sudah merasa perutnya lapar bahkan sejak subuh tadi. Membayangkan memakan Tori Zosui ketika cuaca seperti ini membuat nafsu makan Mark meningkat.

(Tori Zosui : Nasi yang dimasak dengan potongan ayam. Lebih mirip dengan bubur ayam dan lebih enak dimakan pada saat pagi hari).

"Makan?"

Anggukan Mark disertai helaan nafas. Ayolah, sampai kapan gadis kecil ini menahannya di sini.

"Ikut," ucap gadis itu pelan. Ia memegang tongkat kuasnya dengan gelisah. Sebenarnya, makan di keramaian bukan gayanya. Tapi sekarang dia malas memasak lalu makan dengan Mark tidak terlalu buruk. Tapi jika dilihat dari sudut pandang Mark, that's totally a bad idea.

"Oh, uhm.. okay. Pastikan kau menaruh catmu dengan benar. Jangan sampai mengotori kamarku."

Dan sekali lagi Mark merutuk.

Kenapa bukan makan dengan Mimi saja, sih? Menyebalkan!

***

"Ayolah, Luke. Aku merasa canggung jika sendirian menemui kakakku."

"Bagaimana dengan beri aku contekkan yang lengkap lain kali?"

Mark meletakkan sumpitnya, "Dan di hukum guru kita tercinta lagi?"

"Hehe, bercanda. Kita bisa menemui kakakmu, kok. Sore jam 4, bagaimana?"

"Deal."

Tut tut..

Backstreet | Markmin GS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang