1.3K 179 4
                                    

Gadis idaman yang mencuri hatiku di awal tahun kedua tiba-tiba datang untuk menyatakan perasaan dan balik menyerahkan hatinya. Lalu perasaan milikku entah berarah kemana.

*


Mark ingat Jinjirou sering bermain basket bersama teman-teman kampusnya. Dan Mark juga ingat ia selalu di paksa Lucas untuk ikut bermain. Ia terpaksa menurut, dan selalu memilih menjadi tim lawan Jinjirou.

Sudah pulang sekolah, tapi Mark lebih memilih mendribble bolanya di lapangan indoor. Tersenyum kecil saat bolanya tak masuk. Entah beberapa bulan tak menyentuh bola basket.

"Mark."

Suara perempuan menggema. Yang di panggil terkejut dan mulai bertanya-tanya.

"Ada apa?"

Mark masih mendribble bola, sesekali melirik gadis yang sedikit gelisah itu. Mark kira, ia sudah beberapa kali melihat pemandangan seperti ini dari gadis yang berbeda-beda.

Tapi, apa iya?

"Kau terlihat beberapa kali pulang bersama Nana."

Pernyataan yang dituturkan dengan hati-hati itu membuat Mark mengangkat alisnya, lalu memilih menyimpan bola basketnya.

Ia memilih duduk di kursi panjang, diikuti oleh gadis tadi. Mimi.

"Terus terang saja."

Mimi meringis.

"Aku pikir kau menyukaiku."

Mark juga berpikir begitu. Tapi sekarang tak ada debaran.

"Sempat ada, tapi sekarang mungkin tidak."

Dengan otomatis wajah Mimi menekuk. Ia mungkin terlalu jual mahal selama ini..

"Baru mungkin, kan? Kau tak mau coba berkencan denganku dulu?"

"Aku tidak akan sembarangan mengencani orang lagi." Mark berdiri dan mengambil jaket tebalnya.

"Apa kau menyukai Nana?"

Dan sungguh, Mark sedang menghindari topik tentang Nana.

"Aku pulang."

Setelah mengambil tasnya, Mark berlalu dengan Mimi yang bangkit mengejarnya.

"Maksudku ayo keluar berdua sesekali."

Mark berhenti, beberapa detik lalu berbalik.

"Hanya sekali."

Dan Mimi menghembuskan nafasnya lega.

***

Smartphone nya hampir saja Mark jatuhkan saat Nana membuka pintunya tiba-tiba.

Mark akan memarahinya dan Nana cukup tau itu.

"Tak sopan."

"Aku memanggilmu tapi kau tak membuka pintu." Ia menjawab, lalu menjilat bibirnya yang kering. Musim dingin membuatnya perlu menggunakan lipbalm lebih sering.

"Oh, aku barusan di balkon."

Mark mendudukkan diri dan menonton tv tanpa terlalu memperdulikan Nana yang sedang memeluk pintu dan cemberut, masih sesekali menjilat bibirnya.

"Ibuku mengirimi makanan yang banyak. Bantu aku menghabisinya."

"..."

"Aku memaksa."

Mark mematikan tv dan berjalan mendahului Nana. Gadis itu mendengus. Pasti Mark keluar dan menghindarinya.

Tapi saat kembali ke tempatnya, Nana menemukan Mark duduk di depan makan malam yang sudah tersusun di meja makan.

Nana memandangnya dengan penuh tanda tanya.

"Kau ingin minta temani, kan? Jika ingin minta habiskan makanan saja kau hanya perlu mengantar makanannya ke tempatku."

Nana mengangguk pelan. Ia hanya tak suka kecanggungan dengan Mark dan ada sesuatu yang lain.

"Kau tak makan?"

Nana menggeleng. Ia menatap Mark yang makan dengan pelan.

Entah kenapa ia sedikit gugup saat Mark menarik lengan hoodie nya ke atas hingga lengan yang kelihatannya rajin digunakan berolahraga atau gym itu terlihat.

"Baru saja ayah dan ibuku pulang. Aku makan dengan mereka."

"Menjengukmu?"

Pertanyaan Mark di jawab anggukkan. Ia agak risih saat mata Nana terus melihatnya.

"Eh! Biarkan aku yang mencucinya. Tinggalkan saja di sana."

Nana mencegah Mark yang ingin mencuci piringnya.

"Oke."

Dan dengan mudah Mark mengiyakan.

"Tapi jangan langsung pulang!"

Mark berbalik.

"Lalu apa lagi?"

Nana berdecak kesal. "Ada yang ingin ku tunjukkan."

Dengan berat hati Mark kembali dan duduk di sofa kecil. Ia memeluk bantal dan memejamkan mata. Menunggu Nana kembali dengan sesuatu.

Nana datang dengan kertas-kertasnya.
Mendengar bunyinya Mark lalu membuka mata.

"Itu yang ingin kau tunjukkan?"

"Ini. Aku hanya menjadikan Jinjirou Senpai sebagai objek menggambarku. Aku ingin menggambar lesung pipi. Makanya aku sering menatapnya dan yang paling kutunggu adalah senyumnya, aku tertarik karena itu.." karena Mark tak merespon Nana melanjutkan, "aku benar-benar hanya suka Mark sejak kelas 1, kok."

"Tapi bohong. Karena sering memperhatikan Jinjirou Senpai, aku memang sempat menyukainya. Tapi hanya sebentar. Akhirnya aku tetap suka denganmu," sambungnya.

Mark memandang Nana kira-kira sepuluh detik lalu gadis itu tak tau harus melakukan apa kecuali meneguk ludahnya.

"Kenapa?"

Mark balik bertanya, "lalu, kenapa?"

"Aku mengatakannya agar kau menjadi pacarku dengan ikhlas."

"Ah, aku lupa masih jadi pacarmu."

Mata Nana melotot. "Kau sudah melupakannya dua kali."

"Aku melupakannya hampir setiap saat."

Dan Nana tak bisa untuk tidak kecewa.

"Mimi mengajakku jalan bersamanya nanti."

Nana merasa seperti salah dengar, tapi ia benar-benar yakin Mark berbicara dengan jelas. Dan demi apa, jantungnya berdetak dengan kencang karena khawatir.

"Hey.." Mark mengulurkan sebelah telapak tangannya untuk menangkup pipi dingin Nana, menjalarkan rasa hangat di sana.

Mata Nana membulat dan menatap Mark yang tersenyum menampilkan gigi rapinya. Begitu jarang Nana lihat.

"Terimakasih makan malamnya. Tidurlah sehabis ini."

Lalu Mark menghilang di balik pintu. Mungkin, Nana harus meminta maaf karena setelah ini ia akan kesulitan tidur karena jantungnya bahkan lebih menggila dari semula.

***

:)

Backstreet | Markmin GS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang