はち

1.5K 187 42
                                    

Ada banyak kehangatan meskipun di sekitar masih berselimut putih.

*


Satu beban dari Mark sudah terangkat. Penantian akan kesadaran kakaknya akhirnya terjawab sudah. Jinjirou semakin sehat dan Mark bisa lebih berbicara secara akrab dengan lelaki itu. Lucas turut senang, apalagi kebahagiaan Mark membuat orang itu jadi lebih dermawan.

Hal-hal baik yang bisa tercapai bagaikan hadiah mengagumkan di awal tahun yang sudah berlalu beberapa saat yang lalu.

Hari ini, sepulang sekolah Mark mengajak Lucas yang galau tak kunjung mendapatkan gadis impiannya untuk mengisi perut di restoran yang selalu diburu pembeli.

Sejak pertama memasuki restoran, senyum lebar selalu menghiasi wajah Lucas karena keberadaan daging yang mengeluarkan aroma menggoda saat di panggang.

Sehabis membolak-balik dagingnya, Mark mengecek handphone miliknya. Nana, si penghuni kamar apartemen sebelah meminta untuk mengunjungi Jinjirou ke rumah Mark yang Mark sendiri bahkan baru ke sana lagi setelah sekian lama.

"Lalu, bagaimana hubungan kalian. Ada kemajuan?"

Mark meletakkan handphone tadi sambil mencebikkan bibirnya. "Seolah-oleh aku yang mengejarnya."

"Kalian terlihat dekat. Lagipula bukankah orang sepertinya membuat penasaran? Nana hanya aneh, bukannya jahat."

Lucas menatap sahabatnya, mencoba untuk tidak mengeluarkan ekspresi menyebalkan di wajahnya. Habisnya, dia ingin jawaban yang mewakili isi hari Mark sebenarnya.

"Nana bahkan bisa membuatku melupakan Mimi." Wajah Mark tak mengeluarkan emosi apapun atau Lucas akan menggodanya.

Tapi sekarang di depannya, Lucas menatap Mark cukup lama dengan mata yang semakin membesar. Ia menunjuk-nunjuk Mark dengan sumpitnya dan menjadi antusias. "Aku tak tahu apa sihir yang Nana kirimkan tapi aku mendukung kalian!"

"Sihir yang aku lakukan?"

Entah kenapa, suara tiba-tiba dari belakang Lucas membuatnya tersedak ludah sendiri. Sudah pasti itu adalah seseorang yang akhir-akhir ini kelihatannya begitu melekat dengan Mark.

Dengan patah-patah, Lucas memalingkan wajahnya, menatap Nana yang juga menatapnya.

Lucas tersenyum kikuk dan mempersilahkan Nana untuk duduk di sebelah Mark yang sialnya seolah tak terjadi apapun.

Nana duduk dengan tenang dan sedikit memiringkan badannya, menghadap Mark. Lelaki itu meletakkan piring kecil di depan Nana lalu meletakkan beberapa iris daging yang sudah di masak.

"Mark, aku lapar."

Mark berdecak sebal, sedang Lucas di seberang sana hanya menguping sambil menikmati makanannya.

"Makanya kau makan dagingnya. Aku sudah meletakkannya di piring, kau tak lihat?"

"Aku ingin memakanmu."

Mark sekarang berekspresi bagai banteng yang darah tinggi di tambah ada backsound orang tersedak -lagi- yang tentunya adalah Lucas.

Kini Nana beralih fokus kepada daging di piringnya, seolah lempar batu sembunyi tangan atas sesuatu yang ia katakan tadi. Ia hanya main-main, meski suatu saat nanti ia memang ingin tahu bagaimana rasanya Mark.

"Kalau begitu aku tak akan ke kamarmu malam ini." Disela kunyahannya, Mark berucap. Ucapan itu rupanya membuat kepala Lucas penuh tanda tanya.

"Apa yang kalian lakukan?!"

"Kami hanya berbicara atau menonton tv." Nana menyahuti.

Mark kemudian menyela, "kau biasanya juga sibuk dengan kanvasmu."

Backstreet | Markmin GS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang