Epilog.

25 3 0
                                    

Disclaimer

Cerita ini dibuat secara fiktif. Tidak ada sangkut paut dengan dunia luar. Tolong untuk tidak membawa karakter cerita ini ke dalam dunia nyata. Kesamaan nama, tokoh, tempat, adalah hal yang wajar dan tentu nya tidak ada sangkut paut dari pihak manapun.

...

6 bulan setelah hari pengkhianatan berlalu. Kabar helicopter yang meledak di atas gedung 25 lantai itu telah dibungkam, semua orang berpikir itu adalah kesalahan teknis, kebakaran listrik dan konspirasi-konspirasi lainnya.

Leona tersenyum manis di sebuah acara talkshow, mengabarkan tentang brand baju baru nya yang beberapa minggu lalu telah ia keluarkan.

"Berbulan-bulan yang lalu saat sehari setelah launching kosmetik, kenapa kak Leona seakan-akan menghilang begitu saja, ya?" Host yang terkenal dengan pembicaraan yang lugas itu bertanya.

"Ah, waktu itu saya mendadak diajak oleh teman-teman saya traveling ke beberapa tempat, sebagai hadiah dari opening brand kosmetik," Leona tersenyum menjawab pertanyaan dari host talkshow tersebut.

"Wow menyenangkan sekali, saya sebenarnya masih ingin bertanya-tanya soal liburan kak Leona tapi ternyata sudah 30 menit kak Leona menemani kami semua yang ada di studio dan di rumah. Sukses terus untuk kak Leona ya, sampai jumpa di kesempatan berikutnya," Host itu berdiri menyalami Leona dengan ramah.

Leona akhirnya keluar dari gedung televisi tersebut, lalu menaiki mobil berplat merah.

"Nona, Tuan Presiden bilang malam ini akan diadakan makan malam bersama kongres partai di istana, apakah Nona bersedia ikut?" Tanya salah satu personil Paspampres yang merangkap menjadi sopir pribadi Leona.

Setelah sejak kembalinya Leona ke rumah, ayahnya sekaligus Presiden yang baru di lantik langsung memperketat keamanan putrinya, sebelum ia mendapatkan fasilitas Paspampres, ayahnya menyewa beberapa bodyguard untuk melindungi Leona.

Dan Leona berpikir itu sangatlah berlebihan, tetapi selagi itu tidak mengganggu aktivitas nya, ia tak masalah.

"Hmm, tetapi aku ingin ke suatu tempat, biarkan Leon mewakili ku, Pak." Ujar Leona dengan sopan.

"Ke rumah sakit jiwa itu lagi, Nona?" Tanya pria bertubuh gagah itu. Leona hanya mengangguk.

Sesampainya ia disana, ia langsung masuk ke bangsal yang didalam nya terdapat seorang pria bertubuh kekar.

"Leona datang! Leona datang! Lihat Buzz, Leona datang! Hei Woody kenapa diam saja? Lihat siapa yang datang? itu Leona!" Pria itu membawa boneka Toy Story kemudian menghampiri Leona.

Leona hanya menatap sedih pria yang ada di hadapannya, "Leona kenapa sedih?" pria itu menatap Leona dengan tatapan sedih juga.

"Aku minta maaf padamu, Jackson." Ujar Leona dengan air mata yang mengambang di pelupuk mata.

"Kenapa setiap datang kesini kau selalu minta maaf, Leona? Kau tidak salah, sudah jangan nangis. Lihat! Woody dan Jessie ikut menangis." Jackson menunjukkan mainan nya ke hadapan Leona.

Semenjak kabar kematian Ferdinan, Leona telah menguras semua harta kekayaan Jackson. Ia mencairkan semua properti menjadi uang, lalu uang itu di sumbangkan ke UNICEF, WHO, dan badan-badan amal lainnya. Jackson ketakutan selalu di kejar-kejar oleh orang bawahan Bram, teman-teman yang dahulu selalu berfoya-foya bersama tidak ada yang mau menolongnya. Ia menjadi depresi berkepanjangan dan sekarang ia berakhir disini, di rumah sakit jiwa. Setidaknya, Leona membawa nya kesini, tidak di telantarkan di jalanan.

Leona pamit pulang lalu ia menghapus air mata nya, ia tak tahu apakah ini hukuman yang pantas untuk Jackson yang selalu semena-mena?

***

Di Paviliun berbentuk kotak yang disulap menjadi markas itu kini tengah diisi oleh 5 orang.

"Cepat hubungi dia," Abin menyuruh Felix untuk segera menghubungi seseorang—video call yang disambung ke layar protektor.

tut tut tut

Akhirnya orang yang di tuju mengangkat video call.

"Hei, kawan. Ada yang bisa aku bantu?" Pria yang sedang duduk di sebuah ruangan dengan bangku seperti singgasana itu menyeringai lebar.

Tetapi orang yang menghubungi mereka sebaliknya, datar dan penuh kekesalan.

"Mana janji yang telah kau sepakati?" Chris tanpa basa-basi menanyakan tentang 'kesepakatan' yang telah mereka janjikan.

"Bukankah aku sudah mengirim kalian separuh dari kekayaan, heh?" Jawab lelaki yang kini menguasai Black Market tersebut.

"Kau jangan pura-pura lupa dengan kesepakatan yang telah kau setujui sendiri, Bram." Chris menatap tajam orang yang ada di layar tersebut

"Maksudmu, ini?" Bram mengeluarkan botol beling kecil bersegel, cairan berwarna hijau.

White Intel menatap Bram tajam.

"Kalau kalian mau botol ini, aku akan kirim lewat kurir paket, setuju?" Bram terkekeh

"Semua. Kami minta semua. Bukan hanya yang ada di botol itu, kenapa dia jadi sangat menyebalkan, sih?" Anja mengeluh menatap layar proyektor.

"Hei, kawan. Maaf ya, biological weapons itu sangat berharga. Aku tentu tidak bisa memberikan nya kepada kalian secara cuma-cuma. Bantuan kalian cukup sudah kubayar dengan separuh harta. Harusnya kalian bersyukur sudah kubayar." Bram kembali terkekeh, saran dari Reyno ia pakai sekarang.

"Kau membohongi kami, heh?" Abin mulai menggeram

"Pengkhianat memang selalu berbohong, kawan. Tetaplah di jalan naif, White Intel." Bram tersenyum sembari menutup sambungan video call tersebut.

Video call terhenti begitu Bram mematikannya.

"Ah, dasar orang gila! Kita seharus nya tidak usah membantu nya! Dasar pria licik! mereka pasti tidak menepati janji!" Anja memukul-mukul meja.

"Aaargh, sia-sia aku terkena luka bahu! Black Intel bedebah!" Aksa mulai menendang-nendang semua barang yang ada.

Abin hanya terdiam menunduk, Felix menggigir bibirnya geram.

Chris dengan wajah nya yang memerah menggenggam gelas kaca dan memecahkan gelas itu menggunakan genggaman nya.

"Felix, hubungi mereka lagi!" Titah Chris

"Roger, Captain!" Felix mencoba video call lagi dengan ketua Black Intel itu.

Tersambung, tetapi yang muncul di layar hanyalah foto 5 badut yang sedang menari-nari dengan wajah yang diganti oleh wajah masing-masing anggota White Intel.

"PETER SIALAN!" Felix ikut geram, membanting laptop dengan lambang apel tergigit itu ke lantai.

Chris menggeram, "Baiklah, tetap berada di jalan setan, Black Intel. Kita akan bertarung dengan bersisian lagi, dasar pengecut!"

♕︎

BERSAMBUNG.

Cerita ini akan berlanjut di part kedua,
Coming soon.

TARGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang